Dejurnal.com, Bandung – Duh aduh karémbong kayas, Disawang matak kagagas, Baheula keur jeung manéhna
Karémbong téh jadi saksina
Sebait kawih di atas yang berjudul Karémbong Kayas, karya Ujang Suryana pernah populér oleh sinden Elis Wizaksimi dalam versi degung tahun 1978-an.
Waktu itu jaman kaset, belum banyak Compact Disc (CD), atau mungkin belum ada. Mendengar kawih Karémbong Kayas di You Tube , jadi teringat ke Elis Wizaksmi, yang lebih akrab dispa Elis Wi. Bagaimana kiprahnya kini, di jaman degung sudah jarang ditampilkan di panggung hajat kawinan pengiring tetamu.
Elis Wi yang dilahirkan di Kabupaten Bandung, tepatnya di Banjaran, 3 Oktober 1959 ternyata masih eksis berkesenian. Di kampung halamannya Komlpek Perumahan Giri Sedayu RT 05/RW 10 Desa Lebakwangi, Kecamatan Arjasari ia memimpin Lingkung Seni Tunjung Balabat.
“Alhamdulillah masih aktif. Ada yang Maggil ya sumangat. Di bidang enterprise, seni Sunda, merias, siraman, ngeuyeuk seureuh, mapag panganten dilanjut hiburan akuistik, full band atau electone, ” kata Elis belum lama ini.
Yang terlibat dalam kasenian yang asuh Elis termasuk ketiga anaknya. “Ketiga anak saya bisa nyanyi, tapi lagu pop, ke Sundanya kurang. Yang cikal pemain keyboard, yang bungsu Winda Isrina penyanyi, ” katanya.
Sejak kelas 3 SD Elis Wi sudah suka berkesenian, ikut manggung dari sekolah dengan rombongan Banjaran Sari pimpinan Dana Wijayasastra. “Saat itu sering siaran di RRI Bandung sebulan sakali, “kata Elis Wi.
Tida termimpikan bakal jadi sinden, sebab yang dicita-citakan Elis Wi itu jadi penyanyi pop. “Tapi bapa saya sering latihan tembang Sunda di rumah, harus saya ikut nembang, ” kata Elis Wi.
Darah seni Elis mengalir dari sang ayah, D Sukanda yang pernah jadi Kepala SD di Banjaran. “Ia orang Sunda, dari Cikalong. Sedangkan kakek dulu juru tulis Desa Cikalong. Kalau ibu RA Sri Sujati, orang Jawa Tengah, dari Jogya. Jadi laguna itu keroncong, ayau lagu langgam Jawa. ” terang Elis Wi.
Di antara kawih yang dilantunkan oleg Elis Wi, Karémbong Kayas memang punya kesan yang mandiri. Apa lagi boleh disebut waktu itu tidak mudah bisa rekaman di kaset, harus bangak yang terlibat. Belum lagi zaman selarang didukung oleh peralatan serba canggih, serba digital. Alat musik juga bisa dengan digital.
Kawih Karembong Kayas degung itu album kadua yang diproduksi Wisnhu Record, produser Ko Wenlung, Karya dab rumpaka Ujang Suryana, diringi Lingkung Seni Cahaya Gemilang Pingpinan Ujang Suryana yang direkam taun 1978. Album kesatunya Kabaya Bandung.
“Seaudah kawih Karembong Kayas1, membuat lagi Karembong kayas 2. Masih banyak lagi album yang lainnya di antaranya.: Album degung; Salempay Bodas, Jangji Asih, Eundeuk-eundeukan, Kiceup Bentang, Karunya, dan yang lainnya,” Ujar Elis.
Judul-judul tadi kawih-kawih yang rada lama, sedangkan yang agak baru di album CD beejuslsul Cinta Sora. “Album ini sebelum Mang Ujang S penciotanya meninggal dunia, ” kata Elis Wi.
Duet Kang Ibing dan May Sumarna
Elis Wi mengatakan, di tahun 80 pindah rekaman ke MTR Record Jakarta, yang diproduseri oleh Yos Kusumanagara (Ko Ahoy). Di sini Elis membuat album pop Sunda berjudul Dangdingdong duét dengan May Sumarna.
Selain Dangdingdong, album pop Sunda lainnya berjudul Abdi Alim Nyorangan (Tak Ingin Sendiri) karya Pance Pondaah duet dengan Kang Ibing Kusmayatna.
Seaudah album pop Sunda ini, membuat lagi album degung, di antarannya Gentra Pancasila, Sang Saka ciptaan/ rumpaka: Yoyo Risyaman, S kar, Dewi Rengganis, Saur Saha, Kalakay Gupay, Amprok Deui (dengan Barman Syahyana).
Selain itu, rekaman keroncong Parahiyangan dengan pengiring dari RRI Bandung. Lagu Glamor dengan Atang Warsita, jeung sajabana. “Kacapi suling juga berjalan. Mangga tibat dina you tube,” kata Elis Wizaksmi mengakhiri obrolan. *** Sopandi