Dejurnal.com, Bandung – Menyembelih hewan qurban merupakan momen yang sangat identik pada saat Hari Raya Idul Adha. Waktu dalam melaksanakan penyembelihan hewan qurban tentunya menjadi hal utama yang harus diperhatikan agar sesuai dengan syariat Islam dan niat yang ditunaikan tidak sia-sia atau menjadi tidak sah.
Dalam kitab Almajmu menjelaskan, ada empat waktu yang diperbolehkan untuk menyembelih hewan kurban yakni dimulai setelah salat Idul Adha kemudian 3 hari tasyrik atau pada tanggal 10, 11 dan 12 Dzulhijah dan berakhir setelah matahari tergelincir (waktu magrib) tanggal 13 Dzulhijjah.
Baca juga : Pastikan Hewan Ternak Tidak Terjangkit PMK, Polisi Pantau Ke Kandang Sapi
Halaman resmi baznas.go.id menyebutkan bahwa Imam Nawawi menjelaskan, Hari menyembelih hewan kurban adalah hari raya Idul Adha dan hari-hari tasyrik yang berjumlah tiga hari setelah hari raya Idul Adha. Namun, jika lebih dari waktu yang telah ditentukan tersebut maka pemotongan kurban yang ia laksanakan akan dianggap sebagai sedekah biasa.
Nabi Muhammad SAW dalam hadisnya, “Siapa yang menyembelih hewan kurban sebelum salat Idul Adha, maka sesungguhnya ia menyembelih untuk dirinya sendiri dan siapa yang menyembelih sesudah salat Idul Adha, maka sempurnalah ibadahnya dan (ia) mengikuti sunah kaum muslim”. Mutafaq ‘allaih.
Dalam hadist lain, Rasulullah SAW bersabda sebagai berikut, “Barangsiapa menyembelih (hewan kurban) sebelum ia bersalat, maka hendaklah ia mengulanginya di tempat lain. Dan barang siapa belum menyembelih, hendaklah ia menyembelihnya.” (HR Bukhari dan Muslim).
Baca juga : DPC Partai Gerindra Garut Potong Hewan Qurban Dua Ekor Sapi
Kemudian, untuk akhir waktu penyembelihan adalah ketika pada akhir hari Tasyrik adalah karena riwayat Jubair bin Mut’im dalam sebuah hadits sebagai berikut, “… Seluruh hari-hari Tasyrik adalah waktu penyembelihan.” (HR Ahmad)
Dikutip dari Buku Fikih Madrasah Ibtidaiyah Kelas V karya Yusak Burhanudin & Muhammad Najib, tujuan menyembelih hewan kurban adalah sebagai sedekah sekaligus meringankan kebutuhan orang miskin. Oleh karena itu, daging kurban sebaiknya dialokasikan untuk sedekah kepada fakir miskin.
Meskipun demikian, orang yang menyembelih hewan kurban dikatakan bisa mengambil ⅓ bagian daging kurban. Sisa dari bagian tersebut kemudian dibagikan kepada mustahik kurban serta diprioritaskan kepada kalangan fakir miskin.
Disampaikan dalam sebuah hadits bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya kami telah melarang kamu sekalian dari menyembelih hewan yang masih tersimpan atas kamu maka (daging kurban itu) makanlah, sedekahkanlah, dan simpanlah. (HR Abu Daud).
Baca juga : Jelang Idul Adha, Polisi Serahkan Sapi Qurban ke Pondok Pesantren
Dalam buku yang sama juga dijelaskan bahwa sebagian dari ulama membagi daging kurban menjadi tiga bagian, yaitu sebagian untuk diri sendiri, sepertiga, dan sepertiga lagi sedekah untuk hadiah orang-orang mampu. Sepertiga untuk fakir miskin daging kurban yang untuk hadiah bisa diberikan kepada orang kaya dan orang kafir.
Berikut ini adalah hadits yang menerangkan mengenai pembagian daging kurban, “Adalah seseorang di zaman Rasulullah SAW berkurban dengan satu kambing untuknya dan keluarga rumahnya, lalu mereka makan dan dibagikan kepada orang lain hingga orang-orang menjadi senang sebagaimana yang kamu lihat.” (HR Ibnu Majah).***Red