Dejurnal.com, Kota Bandung – Kreatifitas warga Kota Bandung tidak pernah kehabisan, ada saja cara untuk membuat kejutan dan menginspirasi, salah satunya datang dari wilayah Kecamatan Coblong.
Warga RW 12 Kelurahan Dago, Kecamatan Coblong, menyulap kampungnya menjadi Lembur Katumbiri, kawasan wisata tematik berbasis budaya lokal.
Disebut Lembur Katumbiri karena seluruh rumah di kampung tersebut dicat dengan warna-warni cerah memikat hati bak pelangi.
Seluruah warga dari berbagai usia, komunitas lokal dan para seniman turun tangan langsung. Melakukan pengecatan di dinding rumah, bukan hanya sekedar estetis namun juga menjadi simbol transformasi dan harapan baru bagi warga kampung tersebut.
Menurut salah satu pengurus RT, pengecatan ulang rumah hampir menghabiskan 504 galon cat dan melibatkan lebih dari 150 pekerja lapangan.
“Lembur Katumburi ini, dulunya Kampung Pelangi. Karena catnya sudah pudar, sekarang dicat lagi sama Pemkot Bandung dan namanya diganti.
Menurutnya, di RT 10 ada 135 KK atau 335 jiwa sehingga cukup banyak rumah warga yang dihiasi dengan mural tersebut dan selama ini warga pun mendukung karena bisa meningkatkan perekonomian mereka.
“Untuk perekonomian, kami berharap semoga ada peningkatan. Kalau untuk saat ini karena ini masih baru belum kelihatan. Mudah-mudahan nanti ada para pedagang warung dan UMKM yang muncul di sini,” ucapnya.
Nama “Lembur Katumbiri” pun muncul dari usulan warga. Kata “Katumbiri” yang dalam bahasa Sunda berarti pelangi, dipilih bukan hanya karena warna. Tapi karena maknanya yang kultural dan mendalam.
Bagi warga, pelangi adalah simbol keberagaman yang bersatu dalam harmoni sesuatu yang sangat mencerminkan semangat gotong royong mereka selama proses revitalisasi.
Saat meresmikan Lembur Katumbiri beberapa waktu lalu, Wali Kota Bandung Farhan mengatakan bahwa Lembur Katumbiri adalah bukti pembangunan tak lagi sekadar soal jalan dan bangunan. Tapi juga tentang seni, budaya dan kebersamaan.
Ia menyampaikan apresiasi, atas keterlibatan berbagai pihak dinas pemerintah, seniman dan komunitas lokal yang menjadikan kawasan ini lebih dari sekadar proyek pembangunan.
“Bandung sekarang sedang fokus membangun sektor pariwisata. Dan ini bukan hanya kerja Dinas Pariwisata. DSDABM, bahkan komunitas seniman ikut terlibat. Mural menjadi media narasi yang kuat,” pungkasnya.
Kehadiran Lembur Katumbiri tak hanya menyajikan visual mural yang menawan penuh makna, namun di balik setiap gambar, ada narasi tentang alam, sejarah lokal, hingga kritik sosial yang disampaikan dengan seni.
Kmpung kecil ini membuktikan bahwa perubahan besar bisa dimulai dari sudut-sudut yang paling sederhana di tengah hiruk pikuk kota.***Red