Dejurnal, Ciamis,- Fenomena gerhana bulan total yang diperkirakan terjadi pada 7–8 September 2025 mendapat perhatian dari kalangan ulama.
Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Ciamis, KH. Arief Ismail Chowas, menyerukan umat Islam agar menjadikan momen langka tersebut sebagai ajang muhasabah, memperbanyak ibadah, serta menguatkan kebersamaan dalam menyambut bulan Maulid Nabi Muhammad SAW.
“Gerhana bukan hanya fenomena astronomi yang bisa dipelajari secara sains. Lebih dari itu, ia adalah tanda kebesaran Allah SWT. Maka, umat Islam dianjurkan untuk memperbanyak istighfar, tasbih, dzikir, dan yang terpenting melaksanakan salat gerhana,” tutur Arief, Minggu (7/9/2025).
Gerhana bulan yang terjadi mendekati tengah malam, mulai sekitar pukul 23.30 WIB, diyakini sebagai momentum penting untuk mengingat kebesaran Allah SWT. Arief menekankan, amalan-amalan sunnah yang dilakukan tidak boleh sembarangan, melainkan harus berdasar pada ajaran agama yang memiliki sanad jelas.
“Salat gerhana boleh dilakukan berjamaah maupun sendiri. Tidak ada ketentuan wajib berjamaah, tetapi alangkah baiknya dilakukan bersama-sama. Amalan lain seperti muhasabah, mujahadah, dan doa bersama juga sangat dianjurkan,” jelasnya.
Menurut Arief, PCNU Ciamis juga akan mengadakan salat gerhana berjamaah di masjid komplek PCNU di Cijantung Ciamis, sekaligus menggelar doa bersama memohon keselamatan bangsa.
“Kegiatan ini sekaligus menjadi momentum memperkuat ukhuwah Islamiyah di tengah masyarakat dengan kondisi saat ini,” ujarnya.
Tahun ini, fenomena gerhana bertepatan dengan bulan Maulid Nabi Muhammad SAW. Arief mengatakan bagi PCNU Ciamis, menjadi semakin bermakna karena dapat dijadikan sarana memperkuat cinta kepada Rasulullah.
“Peringatan Maulid di Ciamis biasanya diisi dengan pembacaan shalawat, barzanji, hingga kajian sejarah perjuangan Rasulullah sejak lahir sampai wafat. Itu rutin dilakukan di masjid-masjid, pondok pesantren, maupun majelis taklim,” katanya
Arief menambahkan, NU Ciamis tengah mempersiapkan acara Maulid tingkat cabang meski dalam lingkup terbatas.
“Fokusnya bukan pada seremonial besar, tetapi lebih pada penguatan ruhani masyarakat melalui shalawat dan teladan Nabi,” tuturnya.
Lebih lanjut Arief menyinggung kondisi sosial-politik saat ini, di mana aksi unjuk rasa dari kalangan muda semakin sering terjadi. Menurutnya, menyuarakan aspirasi adalah hal wajar dan dilindungi konstitusi, tetapi harus dilakukan secara santun.
“Unjuk rasa itu bagian dari kontrol sosial. Namun, jangan sampai anarkis, merusak fasilitas umum, atau menjadi provokator. Itu jelas tidak dibenarkan dalam ajaran agama,” tegasnya.
Arief mengingatkan, bulan Maulid sekaligus saat yang tepat untuk meneladani akhlak Rasulullah, terutama dalam menghadapi perbedaan dan menjaga persatuan bangsa.
Dalam kesempatan yang sama, Arief menyinggung persoalan ekonomi yang masih menjadi keluhan utama masyarakat pasca pandemi COVID-19. Banyak pekerja informal, pedagang kecil, hingga buruh serabutan yang mengalami penurunan pendapatan signifikan.
“Bayangkan saja, ada pedagang bakso yang biasanya bisa menjual 150 mangkok per hari, kini hanya laku 20 mangkok. Itu menunjukkan daya beli masyarakat masih rendah,” ungkapnya.
Arief berharap pemerintah daerah bersama DPRD dapat mencari solusi kreatif untuk menggerakkan ekonomi rakyat, misalnya melalui program padat karya, pemberdayaan UMKM, hingga akses modal usaha.
“Jangan sampai masyarakat dibiarkan berjalan sendiri. Semua harus bergandengan tangan,” tambahnya.
Arief mengajak seluruh umat Islam di Ciamis untuk menjadikan gerhana bulan dan bulan Maulid sebagai momen memperbanyak amal saleh, mempererat ukhuwah, dan meningkatkan kepedulian sosial.
“Fenomena gerhana adalah tanda kebesaran Allah SWT. Mari jadikan sebagai ajang introspeksi diri, memperbanyak doa, serta menjaga persatuan dan kesabaran di tengah ujian kehidupan. Semoga Ciamis selalu diberi keberkahan, keamanan, dan keselamatan,” pungkasnya. (Nay Sunarti)