Dejurnal,Ciamis,- Dinas Pariwisata Kabupaten Ciamis terus berupaya mengakselerasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari sektor pariwisata.
Melalui strategi pemasaran digital hingga penguatan peran pelaku lokal, Ciamis menargetkan pengembangan wisata berkelanjutan yang berbasis budaya, sejarah, dan religi.
Kepala Dinas Pariwisata Ciamis melalui Kepala Bidang Destinasi, Dian Kusdiana, S.IP, MM, menyampaikan bahwa transformasi digital menjadi kunci utama dalam promosi pariwisata.
“Kami fokus pada pemasaran digital agar destinasi-destinasi wisata di Ciamis bisa viral, menarik minat wisatawan, dan meningkatkan PAD secara signifikan,” ujar Dian. Rabu (14/05/2025)
Dikatakan Dian beberapa destinasi utama yang menjadi prioritas pengembangan antara lain Panjalu dan Astana Gede Kawali, Karangkamulyan, dan Tirtawinaya, destinasi tersebut memiliki nilai sejarah dan budaya tinggi yang menjadi daya tarik unik wisata Ciamis.
“Hanya saja pengelolaan destinasi seperti Panjalu memerlukan perhatian khusus karena wilayah tersebut termasuk kawasan cagar budaya dan alam, yang pengelolaannya melibatkan banyak instansi lintas kementerian seperti BKSDA dan BBWS,” tuturnya
Lebih lanjut Dian menjelaskan pelaku usaha lokal turut memegang peran penting. Dispar Ciamis terus mendorong inovasi dari desa wisata melalui kebijakan dan regulasi yang mendukung.
“Kami dorong desa wisata dan objek wisata agar terus berinovasi, karena pada akhirnya mereka menjadi ujung tombak dalam menarik kunjungan,” kata Dian.
Dalam upaya menarik wisatawan dan investor, sejumlah program promosi telah digulirkan. Meski pengelolaan sebagian besar masih berbasis pemerintah, kerja sama dengan sektor swasta dan daerah lain terus dijajaki.
“Dispar Ciamis juga mempertimbangkan pemberian insentif khusus untuk investor yang berminat mengembangkan pariwisata di wilayah ini,” imbuh Dian
Diungkap Dian dari sisi manajemen retribusi, Dispar bekerja sama dengan Bank BJB untuk memasang sistem digital (e-ticketing) di objek wisata guna menekan kebocoran pendapatan.
“Kami menerapkan SOP yang ketat agar tidak ada kebocoran dan untuk memastikan setiap pemasukan tercatat dan disetor dalam waktu 24 jam,” ungkapnya.
Dian menambahkan dalam dua tahun terakhir, kontribusi pariwisata terhadap PAD menunjukkan tren meningkat. Namun, tantangan tetap ada, terutama dalam mengintegrasikan berbagai komponen pendukung wisata seperti tata ruang, transportasi, dan kolaborasi antar sektor (pentahelix).
“Kita perlu menciptakan ekosistem pendukung yang membuat wisatawan betah, misalnya jalur tracking, area camping, spot foto, dan lainnya,” imbuhnya
Dian menargetkan peningkatan PAD signifikan dari sektor pariwisata pada tahun 2025.
“Untuk itu, strategi yang dikembangkan mencakup pengembangan wisata digital, ekowisata, dan pelibatan aktif masyarakat sekitar destinasi,” tuturnya
Dian menekankan pentingnya pengembangan wisata yang berkelanjutan dan tidak sporadis.
“Pengembangan pariwisata harus terstruktur dan mematuhi aturan. Karena wisata budaya, sejarah, dan religi memerlukan tata kelola yang tertib, mulai dari perencanaan hingga implementasinya,” pungkasnya. (Nay Sunarti)