Oleh : Sopandi *)
Karena merasa dibohongi, Dadang Supriatna tidak patuh kepada partai Golkar. Ia membangkang tak mau mendukung Kurnia Agustina yang direkomendasikan DPP Golkar untuk menjadi peserta Pilkada pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Bandung 2020. Ia memilih hengkang berlabuh ke PKB demi menjalankan kepercayaan masyarakat. Ia sukses. Kesuksesannya itu bisa jadi karena kesalahan Golkar atau karena ia tepat dalam memilih wakilnya.
_________
Di awal menjelang DPD Golkar Kabupaten Bandung melakukan penjaringan bakal calon (balon) Bupati Bandung 2020-2025 masih terngiang ucapan Ketua DPD Golkar, Dadang M Naser saat ditanya mengenai keseriusan Hj. Kurnia Agustina atau istrinya yang desebut-sebut akan maju pada Pilkada Kabupaten Bandung.
Saat itu Dadang Naser menyatakan, untuk Kabupaten Bandung berat dipimpin oleh perempuan. Ia pun mengutip dalil: arrijalu koamuna ala nisa (lelaki itu pemimpin wanita). Kurnia Agustina sendiri jika ditanya kemungkinan untuk maju selalu bilang, sebagai istri taat suami.
Ketika ternyata nama Kurnia Agustina masuk dalam bursa balon Bupati Bandung dari Golkar, saat itu Dadang Naser mengaku, secara pribadi dirinya kurang merestui, namun sebagai warga istrinya mempunyai hak untuk mencalonkan diri.
Balon Bupati Bandung dari Golkar ada 10 orang. Selain Kurnia Agustina dan Dadang Supriatna, ada Anang Susanto anggota DPR RI yang sebelumnya sebagai Ketua DPRD Kabupaten Bandung, Sugianto yang tengah menjabat sebagai Ketua DPRD Kabupaten Bandung menggantikan Anang Susanto, ada Yoga Santosa mantan anggota DPRD Provinsi Jabar, Uben Yunara Ketua SPSI, Agung Yansusan anggota DPRD Kabupaten Bandung, Fery Sahdiana Ketua Kadin Kabupaten Bandung, Dadan Rumaji Wakil Bupati Bandung masa periode I Bupati Dadang Naser, dan Deding Ishaq,
Jika ada nama Kurnia Agustina bisa jadi nama-nama lain hanyalah ikut meramaikan dalam upaya mengangkat pamor partai Golkar. Apa lagi kemudian Ketua DPD Golkar menyebutkan, DPD dan DPP Golkar menginginkan Kurnia Agustina menjadi Bupati Bandung.
Dari kesepuluh balon Bupati Bandung dari Golkar, hanya beberapa yang gesturnya terbaca serius. Selebihnya tidak kelihatan, hanya “berpura-pura”. Apa lagi bila melihat kedudukannya. Contoh saja Anang Susanto yang baru meraih kursi di DPR RI atau Sugianto yang baru menjadi Ketua DPRD, sangat tidak mungkin mengambil resiko harus melepas kedudukan yang sudah jelas digenggam demi meraih kedudukan yang harus ditempuh “berdarah-darah” lagi.
Dalam adu visi misi balon Bupati Bandung yang diselenggarakan tim penjaringan balon Bupati Bandung dari Golkar, kesepuluh balon menyampaikan pemaparan di depan tim penilai dari akademisi dan DPP Golkar. Konon giat ini akan menjadi salah satu poin penilaian DPD dan DPP Golkar disamping survei yang dilakukan DPP.
Seperti banyak pihak menduga, pada akhirnya nama Kurnia Agustina Dadang Naser yang direkomendasi oleh DPP pusat untuk maju pada Pilkada Kabupaten Bandung 2020. Sedangkan untuk balon wakilnya Usman Sayogi.
Mau tidak mau, balon lainnya, sekalipun yang kelihatan serius dan ambisius harus patuh mendukung nama yang direkomendasi. Semua patuh, kecuali Dadang Supriatna. Kenapa?
Terbaca sejak awal sebelum DPP Golkar merekomendasikan nama Kurnia Agustina, dalam satu obrolan Dadang Supriatna menyampaikan jika DPP fairplay merekomendasikan Kurnia berdasarkan elektabilitas dari hasil survei, maka DS akan patuh. Tapi jika tidak DS menyebut bagaimana nanti.
Rupanya apa yang diputuskan DPP membuat DS merasa dibohongi. Dalam satu obrolan ketika penulis berkunjung ke rumahnya, pasca ia berlabuh ke Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), DS dengan tegas menyebut alasan kepindahannya ke PKB karena Golkar tidak fair.
Saat itu DS menuturkan, awalnya ia dan balon Bupati Bandung dari partai Golkar lainnya diundang oleh DPD Golkar untuk membicarakan rencana survei ektabilitas para balon, namun ternyata bukan rencana survei, tapi menyampaikan rekomendasi nama Kurnia Agustina untuk ikut Pilkada Kabupaten Bandung.
DS merasa dirinya punya bekal suara dukungan kuat. Pernah jadi Kepala Desa Tegalluar, Kecamatan Bojongsiang, pernah menjadi anggota DPRD Kabupaten Bandung dan sedang menjadi anggota DPRD Provinsi Jawa Barat. Elektabilitasnya juga diakuinya lebih tinggi.
Bisa jadi alasan itu yang membuatnya berani ambil resiko. Jika membangkang dari Golkar, artinya ia akan didepak dan harus melepas kedudukannya sebagai anggota DPRD Provinsi Jawa Barat dari Golkar. “Tidak masalah. Jika masyarakat dan tokoh agama banyak yang mempercayai saya untuk maju jadi bupati, saya siap menerima konsekwensinya sepahit apapun.”
Wajar jika sejak masa kampanye suhu politik memanas. Nomor urut 1 Kurnia Agustina – Usman Sayogi dan nomor urut 3 Dadang Supriatna -Sahrul Gunawan (Bedas) terus memanas.
Golkar punya keleluasaan mencalonkan siapa pun tanpa berkoalisi dengan partai manapun karena kuota di parlemen 11 kursi terpenuhi. Usman Sayogi dijadikan wakil Kurnia juga sebagai birokrat, bukan kader Gerindra yang mengajukannya. Golkar menilai Kurnia Agustina dan Usman Sayogi sebagai pasangan ideal menjadi Bupati dan Wakil Bupati Bandung.
Namun, direkomendasikannya Kurnia bukan karena ektabilitas tinggi, hanya karena melihat Kurnia sebagai anak Dewan Penasehat DPD Golkar Obar Sobarna, mantan Bupati Bandung sebelum Dadang M Naser menantunya atau suami Kurnia., artinya Golkar telah mengabaikan suara-suara yang mungkin apa yang dikatakan DS menginginkan DS jadi bupati.
Iya lah kalau DS patuh dan mendukung Kurnia. Tapi nyatanya DS hengkang, dan otomatis membawa pendukungnya, membuat Golkar harus kerja keras. Namun, rupanya kepopuleran Sahrul Gunawan sebagai selebritis tak mampu dilibas oleh tim sukses pasangan NU yang sayangnya sepertinya tak mampu menjual kualitas Kurnia dan Usman Sayogi.
Bila diamati di media sosial, para pendukung paslon NU lebih banyak melontarkan komentar-komentar kepercayaan diri akan kemenangan pasangan NU. Sangat sedikit menyampaikan alasan mereka (para pendukung) memilih NU.
KPU memang belum resmi mengumumkan pemenang Pilkada Kabupaten Bandung. Namun keadaan bisa dilihat bahwa “sang pembangkang” akan menuai sukses(?).(*)
*) Penulis wartawan dejurnal.com, berdomisili di Kabupaten Bandung.