Dejurnal.com, Cianjur – Sejatinya guru harus menjadi teladan bagi siapapun. Namun yang terjadi sebaliknya, 2 Guru di SMKN 1 Tanggeung ditengarai menghina karena wartawan dianggap sebagai trouble maker dan intimidasi pewarta karena tidak terima sekolahnya diberitakan.
Berdasarkan informasi yang dihimpun, Wakasek Bidang Sarana dan Prasarana, Mimaryani dengan sengaja mengunggah ucapan penghinaan yang tertuju kepada awak media. Hal itu berkenaan kotak infaq yang berada di parkiran sepeda motor.
Dalam layanan chat WA Grup Team Sarpras SMKN 1 Tanggeung itu tertulis jika Mimaryani meminta agar kotak infaq tersebut diamankan karena perintah Kepsek SMKN 1 Tanggeung. Ia beralasan jika dibiarkan takut ketahuan wartawan.
“Mohon maaf maksudnya bilih salah faham. Saya gak mau wartawan salah faham itu aja,” kilah Mimaryani menjelaskan ihwal ucapannya.
Sayangnya Mimaryani tidak mau jelaskan terkait salah paham apa. Lalu kenapa harus wartawan yang dihinakan bahkan ia tidak mempermasalahkan jika ucapannya ditanggapi berbeda oleh awak media.
Tidak berhenti disitu upaya merendahkan insan pers juga dilakukan oleh Wakasek Bidang Kesiswaan, Asep Jubaedi. Pria tegap tersebut diduga melakukan intimidasi terhadap wartawan. Ia beralasan tidak terima jika sekolahnya muncul pemberitaan.
“Sedikit-sedikit akang mencari-cari permasalahan sekolah saya. Saya terganggu dengan akang. Kalau mau cari maka cari saya. Ketika akang korek-korek sekolah saya lagi maka akang urusan dengan saya,” ucapnya dengan nada tinggi melalui sambungan telepon.
Terpisah, Kepsek SMKN 1 Tanggeung, Yadi Setiady memilih bungkam tatkala ditanyakan sikap jajaran guru yang diduga hina dan intimidasi seakan melakukan permusuhan. Pria berkacamata tersebut tidak menyahut teleponnya hingga berkali -kali dan chat WA juga tak dijawabnya tatkala ditanyakan jika itu perintahnya.
Di tempat berbeda, Ketua DPC Persatuan Wartawan Republik Indonesia (PWRI) Asep Ridwan mengecam keras tindakan guru tersebut. Ada semacam upaya memusuhi jurnalis setelah diberitakan.
“Kenapa wartawan jadi sasaran ketika kotak infaq tersebut mau diamankan. Ada upaya untuk bermusuhan bahkan kesan negatif yang dimunculkan terkait profesi wartawan, Ada semacam penghinaan,” bebernya.
Secara sengaja perkataan guru Asep Jubaedy seperti preman saja tidak mencerminkan guru. Memang sekolah tidak boleh diberitakan, kalau keberatan kan ada hak koreksi atau hak jawab yang bisa ditempuh. Ini kok pake ancaman kalau menjelekkan sekolah maka urusan dengan saya,” tegasnya seraya menambahman agar guru tersebut diberikan sanksi berat dan Kepsek juga harus bertanggungjawab.***(Rik/Her)