Dejurnal.com, Ciamis – Seorang Keluarga Penerima Manfaat (KPM) tidak pernah tahu program bantuan apa yang di terimanya, hal itu terjadi di desa Tanjungmulya Kecamatan Panumbangan.
Nining (nama disamarkan) salah satu KPM di desa Tanjungmulya menerangkan bahwa dirinya tidak mengetahui bantuan sembako yang di terimanya setiap bulan itu program atau bantuan apa.
“Saya hanya menerima bantuan dari bank mandiri tapi sembako yang isinya beras, telur, buah jeruk kadang pir sama kacang,” ujarnya.
Nining juga tidak tahu apa itu program BPNT, ia hanya tahu orang orang di sini menyebutnya BLT.
“Kalau pas penyaluran saya ngambil di ibu komariah, dia itu ketuanya di sini, kartu ATM saya juga ada di ibu komariah,” tuturnya.
Menurut Nining, untuk setiap penyaluran dipinta Rp 6000 oleh ibu Komariah untuk transfortasi dan barangnya di potong kalau kita dapat 12 kg maka 2 kg katanya buat yang tidak kebagian, selain itu yang nerima 2 kg di pinta juga Rp 2000.
“Selama ini saya belum pernah ke warung Jajang (e-warung), jika ada apa apa sama ketua kelompok aja,” tuturnya.
Nining juga mengaku tak tahu TKSK. “Saya tidak tahu apa itu TKSK dan orangnya pun saya ga kenal,” ujarnya polos.
Terkait hal itu, Ketua Kelompok Komariah saat dikonfirmasi membenarkan apa yang diungkapkan KPM Nining, apa yang di lakukannya terhadap Nining dan KPM lain berdasarkan hasil kesepakatan KPM.
“Ia kita melakukan pengelompokan dan itu hasil kesepakatan KPM, karena mengingat di sini para penerima manfaat sudah lansia dan untuk memudahkan mereka mengambil barang,” terangnya.
Komariah mengaku bahwa di setiap penyaluran KPM dipinta untuk transportasinya sebesar Rp 5000 dan untuk setiap kali penyaluran kita potong sebagian untuk diberikan kepada yang tidak menerima.
“Tapi hal itu hasil kesepakatan KPM dan pa kuwu mengapresiasi dengan melontarkan kata bagus yang penting KPM menandatangani kesepakatan tersebut,” ujarnya.
Untuk TKSK, Komariah pun sama tidak mengetahui pasti. “Saya ga tahu, yang tahu ketika pengambilan komoditi di Bumdes suka ngeliat ada orang tapi saya ga kenal dan jarang komunikasi, saya pikir dari bank mandiri untuk pengecekan penyaluran,” akunya.
Komariah pun mengaku bahwa selama ini dirinya selaku ketua kelompok dan anggotanya belum pernah di kasih arahan dari TKSK secara langsung, jika ada apa apa paling ke warung Jajang.
“Untuk penggesekan itu dilakukan oleh ibu Yayah selaku pemilik e-warung jajang dan melakukan pengambilan di Bumdes,” ujarnya.
Di tempat terpisah Yayah selaku pemilik e-warung Jajang menuturkan bahwa dirinya sejauh ini sudah berusaha melayani KPM dengan baik, dari segi pelayanan atau pun komoditi.
“Untuk pengambilan dan transaksi kita lakukan tidak disini tapi di bumdes, karena mengingat lokasi di sini jadi sempit karena GORnya di bongkar jadi saya menyewa tempat di bumdes,” ujarnya.
Yayah membenarkan bahwa di sini pengambilan komoditi diambil oleh ketua kelompok yang di bentuk per kampung namun hal itu dilakukan hasil kesepakatan KPM karena melihat situasi kondisi sekarang lagi pandemi tidak boleh berkerumun.
“Namun saya menyarankan ketika pengambilan untuk membuat surat kuasa, atau pengambilan alangkah baiknya di ambil oleh anaknya atau saudaranya,” ucapnya.
Saat dejurnal.com sedang mewawancara, banyak KPM yang berdatangan memberikan amplop dari bank mandiri berserta kartu ATMya, Yayah mengatakan bahwa hal itu karena ketidaktahuan KPM tentang letak No PIN dan mau dicek apakah sudah ada saldonya atau belum.
Salah satu KPM ikut nimbrung dalam pembicaraan. “Kata petugas dari bank bahwa nanti bakal di tarik lagi oleh agen,” celetuknya yang dibenarkan Yayah.
Ketika disoal peran TKSK dalam memberikan edukasi apalagi sekarang banyak KPM perluasan dampak PPKM yang mana banyak dari mereka tidak mengetahui program ini, Yayah menjawab bahwa TKSK sering ke sini ketika penyaluran dan memberikan edukasi terhadap Ketua KPM.
“Untuk Pre order (PO) tersebut saya berikan ke TKSK lalu TKSK memberikannya kepada suplayer, karena PO tersebut harus di tandatangani oleh TKSK,” terangnya.***Jepri Tio