Dejurnal.com, Garut – Dari waktu ke waktu warga masyarakat yang di Sukaresmi Kabupaten Garut, sampai hari ini sangat menghargai gaya kepemimpinan pengasuh Pesantren Fauzan, KH Abdul Mujib.
Dari mulai santri sampai dengan warga juga tokoh Garut selalu menghargai kepiawaian tokoh ulama yang karismatik dengan gaya bahasa yang lugas dan togmol.
Dari tahun ke tahun, Pesantren Fauzan tidak pernah kosong santri yang mondok dari seluruh Indonesia bahkan anak didiknya sudah tersebar di seluruh Indonesia bahkan banyak juga yang membuka pesantren baik di Indonesia, ada yang mengajar di luar negeri.
Ciri Pesantren Fauzan yang selalu mencintai NKRI dan mendukung program Pemerintah dan menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan walau berbeda agama suku budaya dan bahasa beliau selalu menghargainya.
Disambangi dejurnal.com, KH. Aceng Abdul Mujib yang lebih akrab dipanggil Ceng Mujib sedang memantau pekerjaan bangunan yang rencananya diperuntukan bagi sekolah umum.
Diketahui, Ceng Mujib jika membangun tak pernah mempekerjakan warga dari luar, prioritas utama selalu warga masyarakat di sekitar pesantren, namun yang memberikan bantuan baik tenaga atau makanan banyak dari luar Kecamatan Sukaresmi.
Salah seorang warga menyampaikan, semua yang di lakukan tanpa ada yang menyuruh, tetapi kami semua menawarkan jasa untuk melakukan pekerjaan tanpa minta bayaran dan imbalan. “Hanya mengharap ridho Allah,” ujarnya singkat.
KH Abdul Mujib pun membenarkan kalau warga ini membantu pekerjaan secara suka rela, namun secara pribadi dirinya tak tega.
“Minimal untuk uang rokok dan makan, tetap saya kasih, tidak tega bila ga di kasih,” ujarnya.
Menurut Ceng Mujib, untuk para santri di Fauzan tidak diperbolehkan bekerja, hanya menyiapkan makan dan bahan peralatan yang di butuhkan saja. “Jadi semua di kerjakan oleh ahli bangunan dan warga yang secara sukarela,” katanya.
Di singgung maraknya vidio yang dituding memojokkan pemerintah, secara spontan Ceng Mujib menjelaskan bahwa prinsipnya itu menjaga persatuan dan kedaulatan negara apalagi di Kabupaten Garut, tidak mau adanya ada pihak yang akan mengacaukan apalagi yang berhubungan dengan kaidah.
“Saya selaku pemimpin pesantren Fauzan, justru tidak menyetujui cara yang di sampaikan oleh mereka melalu media online di dalam mesjid di atas mimbar mengajak mustami untuk bersama melakukan anarkis menentang program dan cara pemerintah dalam mengambil kebijakan,” tandasnya dengan nada tinggi.
Ceng Mujib menyarankan, lebih baik duduk bareng bersama adakan diskusi atau forum bahas bersama demi tercapainya rasa keadilan perdamaian hingga tercapai persatuan dan kesatuan, jangan asal berkoar apalagi menyudutkan salahsatunya pemimpin negara atau lembaga tertentu.
“Insya Alloh pemerintah kita dari mulai pucuk pimpinan tertinggi akan mengerti memahami apa yang kita sampaikan, bukan memojokkan salah satu apalagi menyebut nama, kan itu tidak beretika dan tidak hormat, pingin di hormati hormatilah orang lain jangan asal ucap, kita negara hukum hargai mereka pemangku kebijakan,” pungkasnya.***Watono