Dejurnal.com, Bandung – Masih ingat Ogi, salah satu personel grup SOS yang terdiri dari Sule, Ogi dan Soni (Oni)? Kendati bersolo karir sendiri, grup SOS masih eksis dan memiliki acara SOS Show di TVRI.
Ditemui dejurnal.com saat coffe morning, Ogi SOS bercerita tentang bahwa setelah sekolah berkesenian, dirinya dengan Sule dan Oni membuat grup SOS dan ternyata klop alias ada kecocokan. “SOS waktu itu terbentuk di tahun 1994, namun mendapatkan kesempatan beraudisi di tahun 2005,” kenangnya.
Menurut Ogi, SOS tidak pernah bubar, hanya saja Kang Sule sibuk dan ada komitmen bahwa kita tidak menghalangi dengan adanya kontrak, sementara Oni telah menjadi anggota Dewan Perwakilan Daerah. “Sempat ada undangan SOS, Oni milih gak datang karena takut salah ngomong sebagai anggota dewan, takut keceplosan ngomong kayana,” ujar Ogi sambil tersenyum.
Kendati demikian. Ogi masih berkegiatan kesenian, salah satunya di TVRI bersama Sule dalam acara SOS Show dan sudah berjalan empat tahun.
Ketika disinggung tentang kondisi seni tradisi sunda kini, Ogi mengatakan bahwa pengembangan dan pelestarian seni tradisi Sunda menjadi jadi tanggung jawab kita semua, baik pelaku, pemikir dan kreator seni Sunda. “Kondisi tradisi seni Sunda kita hari ini situasinya ini sangat kritis, peribahasa sundanya “hirup teu neut paeh teu hos,” ujarnya.
Ogi berharap, pembelajaran kepada anak sejak dini dan pemberian apresiai kepada anak-anak ketika mereka bisa berapresiasi dalam seni sunda seperti bisa pupuh, kawih, jaipong dan sebagainya harus diberikan apresiasi yang sangat tinggi. “Jika tidak diberi apresiasi, yang dikhawatirkan mereka keburu diterpa dengan seni asing yang ternyata lebih mendapatkan apresiasi lebih,” tegasnya.
Untuk para seniman Sunda, Ogi berpesan untuk tetap semangat dan jangan pernah menyerah, karena seni tradisi dan budaya Sunda ini sesuatu hal yang dapat mengangkat harkat dan martabat sebagai seniman. “Teruslah berkarya dan tunjukan bahwa orang Sunda itu ada,” tandasnya.
Eksis, menurut Ogi, bukan ketika mendapat bantuan dari pemerintah saja, tetap eksisnya harus benar-benar datang dari panggilang jiwa dan tentunya berkesinambungan “Untuk pemerintah, saya berharap bisa memberikan bisa memfasilitasi masyarakat dan pelaku seni untuk dalam mengekspresikan seni dan budaya,” harapnya..
Selain itu, lanjut Ogi, pemerintah bisa memberikan pendampingan atau fasilitator agar para seniman bisa terus eksis dan berkarya. “Kalau di pertanian ada penyuluh pertanian, kenapa dalam berkesenian tidak diadakan fasilitator atau penyuluh agar masyarakat pelaku seni dapat bisa berkarya secara maksimal,” pungkasnya.***Deri Acong