Dejurnal.com, Bandung – Musik terbangan, sudah dianggap sebagai ikon musik religi. Dijadikan untuk mengisi acara memperingati hari besar Islam. Meski lagu-lagu yang dibawakan pelesetan lagu pop Sunda, bahkan dangdut yang tengah populer atau solawatan dengan musik jaipongan dari alat musik terbangan.
Terbangan pun, di daerah tertentu tak hanya pengisi acara religi, tapi juga mengisi panggung hajatan, resepsi pernikahan maupun khitanan. Di Kabupaten Bandung, terbangan ini masih eksis di Kecamatan Margaasih dan Kutawarigin.
Salah satu grup terbangan yang eksis di Kecamatan Kutawaringin, tepatnya di Desa Gajahmekar yakni grup terbangan Al-Hidayah yang dipimpin oleh dua orang pendirinya yakni Ustadz Arul dan Hasan Arifin.
Nama Al-Hidayah diambil dari nama Madrasah sebagai awal ideu grup terbangan ini lahir tahun 2000, di RT 03/05, Desa Gajahmekar, Kecamatan Kutawaringin.
Meski tak ada job manggung, namun grup terbangan Al-Hidayah yang terdiri dari 10 personil ini, rutin latihan tiap malam Minggu. Diinsentifkan jika ada acara manggung untuk menambah perbendaharaan lagu.
Ke-10 personil memegang alat musik ; tikintut, kenong, kempul, goong, tabla, yang kesemua alat rebana tersebut terbuat dari kulit domba dan cincin dari pohon kelapa.
Hasan Arifin mengatakan, musik terbangan Al-Hidayah tidak mematok harga untuk pentas di panggung acara peringatan hari besar Islam atau di panggung kenduri, bisa tampil pun menjadi hiburan tersendiri dan senang bisa menghibur orang lain. *** Sopandi