Dejurnal.com, Garut – Sejatinya, Kabupaten Garut bisa diwujudkan untuk menjadi kota literasi, hal ini mengingat sejarah Garut yang memiliki tokoh tokoh literasi sejak jaman dahulu.
Hal ini disampaikan penggiat literasi Kabupaten Garut, Dr. Budi Suhardiman saat bincang santai dengan dejurnal.com melalui sambungan telepon, Rabu (15/2/2023).
“Sayangnya, jejak tokoh literasi Kabupaten Garut belum dijadikan contoh,” ujarnya.
Menurut Budi Suhadirman, dengan gencarnya teknologi digital tidak serta merta minat baca (budaya literasi) ini menjadi meningkat. “Jika boleh diberi nilai 1 sampai 10, budaya literasi Garut baru di angka 6” tandasnya.
Budi Suhadirman yang telah membuahkan beberapa karya tulis dalam bentuk buku ini menegaskan bahwa budaya literasi yang tinggi akan meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM). “Karena diawali dari minat membaca ini pengetahuan masyarakat akan semakin meningkat,” ujarnya.
Menurutnya, fakta signifikan dari tingginya stunting di Kabupaten Garut adalah karena budaya literasi yang rendah. “Literasi ini kan mencakup banyak hal, literasi kesehatan, literasi pendidikan dan sebagainya,” katanya.
Oleh karena itu, lanjut Budi Suhardiman, di Hari Jadi Garut yang ke 210 ini, dirinya bercita-cita untuk menjadikan Garut sebagai kabupaten literasi sebagaimana yang telah dilakukan pendahulu sepert Rd. H. Moh. Musa, Rd. Ayu Lasminingrat, Rd. Kartawinata, H. Hasan Mustofa, Achdiat Karta Mihardja, dan lain-lain.
“Seharusnya, Garut bisa menjadi kota literasi jika melihat rekam jejak tokoh-tokoh ini,” kata Budi yang juga menjabat Kepala SMP Negeri 6 Garut.
Kendati demikian, Budi Suhardiman bertekad untuk mewujudkan Kabupaten Garut untuk menjadi Kota Literasi, dan momen HJG ke 210 bisa dijadikan startup, tentunya dengan mengajak pemangku kebijakan dan seluruh stakeholder di Kabupaten Garut.
“Gerakan yang paling pertama menjadikan Kabupaten Garut sebagai kota literasi ialah dengan mengajak para pendidik untuk jadi contoh bagi siswa dalam membudayakan literasi, hal kedua tentunya mengajak,” ucapnya.
Kendati tak secara rinci menjabarkan, penulis buku berjudul H. Rudy Gunawan, Dari Advokat Ke Birokrat ini mengaku sudah memiliki jurus dan teknis untuk mewujudkannya. “Yang paling penting kita berbuat,” pungkas Budi Suhardiman singkat.***Raesha