• Garut
  • Karawang
  • Purwakarta
  • Bandung
  • Ciamis
  • Cianjur
  • Subang
  • Sukabumi
  • indramayu
No Result
View All Result
  • Login
deJurnal.com
Selasa, Oktober 21, 2025
  • Beranda
  • deNews
  • dePraja
  • dePolitik
  • deEdukasi
  • deBisnis
  • deHumaniti
  • GerbangDesa
  • dejurnal channel
No Result
View All Result
deJurnal.com
  • Beranda
  • deNews
  • dePraja
  • dePolitik
  • deEdukasi
  • deBisnis
  • deHumaniti
  • GerbangDesa
  • dejurnal channel
No Result
View All Result
deJurnal.com
No Result
View All Result

in OpiniKita

Korupsi dan Koruptor Musuh Bersama Berdasarkan Psikologi

bydejurnalcom
Kamis, 9 November 2023
Reading Time: 2 mins read
Korupsi dan Koruptor Musuh Bersama Berdasarkan Psikologi
ShareTweetSend

Oleh : Rizqi Fathullah Mahfudz *)

Kenapa seseorang itu bisa melakukan tindak korupsi dan menjadi koruptor ? menurut para ahli psikologi, korupsi adalah gejala kompleks. Gejala darimana? Gejala dari segelintir orang orang yang takut mati, Apakah ada manusia yang tidak takut mati? Pasti disetiap saat pun selalu ada kecemasan akan kematian dan itu fakta. Fakta itu membawa perasaan hampa seperti “Hubungan saya tidak akan berlanjut” , “ saya tidak akan menjadi apa-apa “.

Nah, agar seseorang tidak memiliki pikiran seperti itu, mereka membangun pola hidup. Tujuannya satu, yaitu untuk melindungi diri dari kecemasan akan kematian. Pola hidup seperi apa yang bisa sukses mengatasi kecemasan seperti itu?.

BacaJuga :

Bupati Bandung Minta OPD Antisipasi Dampak Penurunan Dana Transfer Daerah

Bupati Bandung Ajak IKA PMII Dukung Program Pusat dan Daerah

HUT Ke-61 Partai Golkar Kabupaten Bandung, Ribuan Warga Ikuti Jalan Sehat

Manusia adalah makhluk yang kreatif untuk membangun suatu cara bertahan hidup. Ada beberapa orang yang menyerahkan dirinya pada penekanan penguasaan terhadap lingkungan. Dengan berkuasa, dia merasa dirinya bermakna karena kekuasaan dipandang sebagai rantai yang menghubungkan segala macam hal, orang dan peristiwa dan membuat dia jauh dari rasa cemas lagi.

Dengan hal itu (kekuasaan), dia merasa memiliki hal yang tidak dapat diambil oleh kematian dan eksistensi dirinya pun merasa ditangguhkan. Hasrat berkuasa tidak luput dari hasrat akan materi.

Bila kita telaah lebih dalam, materialisme dan konsumtivisme telah menjadi penyakit bagi para koruptor untuk mendapatkan hasrat kekuasan dengan berbagai cara yang dipilih untuk meningkatkan makna dan harga diri yang dirusak oleh ancaman kematian.

Dengan uang, kekuasaan dan kepemilikan, kebanyakan orang akan bahagia secara biologis, psikologis dan kultural. Tidak heran jika mereka (koruptor) berlomba-lomba dalam hal tersebut, agara kecemasan akan kematian berhenti mengejar mereka.

Namun, apakah kecemasan itu akan berhenti? Tentu saja tidak, mereka lupa bahwa setiap tindakan yang besar akan memiliki konsekuensi yang besar juga.

Maka, melalui kreativitas manusia, perasaan akan kekuasaan juga diciptakan melalui pemikiran bahwa walaupun fisiknya hancur namun meraka masih memiliki gen yang dia warisi melalui putra-putri dan cucu-cicitnya yang akan mengembangkan keberadaannya akan berlanjut walau dia sudah mati. Gen itupun, berkorespondensi dengan nama keluarga itu sebabnya, korupsi itu sangat egois. Pusat penyebabnya adalah diri sendiri, tetapi seolah-olah diabadikan untuk kepentingan orang lain.

Dengan pola pikir seperti itu, tanpa mereka sadari mereka telah melupakan apa dampak dari korupsi tersebut. Bukan hanya pada diri seorang koruptor saja namun, keluarga pun akan terkena dampak nya. Relasi yang terbangun dengan koruptor juga, bisa menjadi sumber identifikasi masalah dalam kasus korupsi, karena dikaitkan dengan ungkapan sebelumnya bahwa “Kekuasaan adalah rantai penghubung” maka pihak keadilan pun akan memberantas satu demi satu pihak-pihak yang terhubung akan kekuasaan tersebut.

Dari relasi tersebut juga mereka pun termasuk kedalam kasus “korupsi berjamaah”. Meskipun memiliki dampak yang begitu buruk, pada zaman sekarang terkadang beberapa orang membenarkan aksi korupsi tersebut, dengan banyaknya tekanan kecemasan akan kematian dan hausnya kekuasaan yang mereka alami, hal yang seharusnya mereka tidak lakukan pun, akan mereka langgar.

Penulis mengajak kepada semua pihak untuk terus membangun Indonesia tanpa adanya korupsi, dengan cara apa? Mari kita sama-sama memperhatikan kinerja para penguasa. Apakah kinerja mereka akan menuju kepada pembangunan yang berkemajuan atau tidak. Memperhatikan semua pengelolaan keuangan negara yang terpakai, apakah dana yang mengalir itu benar benar mereka gunakan untuk masyarakat atau untuk keluarga dan golongan tertentu.

*) Penulis adalah Mahasiswa Universitas Ahmad Dahlan Yogjakarta, Jurusan Sastra Inggris.

Ikuti Whatsapp Channel deJurnalcom
Previous Post

Cegah Stunting Dinkes Jabar Kampanyekan Gizi Seimbang di SMA 1 Garut

Next Post

TNI Dan POLRI Bersinergi Lakukan Pengamanan Kunjungan Presiden

Related Posts

HSN 2025 : Semangat Perjuangan Santri  Digaungkan ke Siswa MA Darul Ma’arif  Margaasih
Kalam

HSN 2025 : Semangat Perjuangan Santri Digaungkan ke Siswa MA Darul Ma’arif Margaasih

Selasa, 21 Oktober 2025
Di Hari Santri, Bupati Bandung Akan Meletakkan Batu Pertama Pembangunan Pondok Pesantren Daar El Jannah
Kalam

Di Hari Santri, Bupati Bandung Akan Meletakkan Batu Pertama Pembangunan Pondok Pesantren Daar El Jannah

Senin, 20 Oktober 2025
DPRD dan Bupati Purwakarta Sepakat Rancangan KUA-PPAS APBD TA 2026 Sebesar Rp 2,4 T Ditandatangani
Parlementaria

DPRD dan Bupati Purwakarta Sepakat Rancangan KUA-PPAS APBD TA 2026 Sebesar Rp 2,4 T Ditandatangani

Senin, 20 Oktober 2025
Bupati Bandung Minta OPD Antisipasi Dampak Penurunan Dana Transfer Daerah
dePraja

Bupati Bandung Minta OPD Antisipasi Dampak Penurunan Dana Transfer Daerah

Senin, 20 Oktober 2025
Bupati Bandung Ajak  IKA PMII Dukung  Program Pusat dan Daerah
dePraja

Bupati Bandung Ajak IKA PMII Dukung Program Pusat dan Daerah

Senin, 20 Oktober 2025
HUT Ke-61 Partai Golkar Kabupaten Bandung, Ribuan Warga Ikuti Jalan Sehat
dePolitik

HUT Ke-61 Partai Golkar Kabupaten Bandung, Ribuan Warga Ikuti Jalan Sehat

Senin, 20 Oktober 2025

ADVERTISEMENT

DeepReport

Dinas PU dan Pemborong Sepakat Pekerjaan Pakai Pasir Merah Dibongkar Serta Dibangun Ulang

Kamis, 2 September 2021

Dana CSR Perusahaan Kandang Ayam Manggis Kepada Warga Jamali Belum Signifikan?

Minggu, 3 November 2019

KabarDaerah

Survei Poldata Indonesia Consultan : Elektabilitas NU 48%, Dadang-Sahrul 32%, Yena-Atep 20%,

Minggu, 18 Oktober 2020

Ngaku Orang Pintar Bisa Gandakan Uang, SC Tipu Orang Dengan Upal

Kamis, 10 Juni 2021

Anggaran Pemagaran SDN Sukajaya, Pakai BOS dan Dana Talang Pribadi?

Kamis, 29 Oktober 2020

Bank Mandiri Bentuk Rumah Ekspor Sebagai Kolaborasi Strategis

Selasa, 6 Mei 2025

PPP Targetkan 5 Kursi Di Bandung

Jumat, 5 Oktober 2018
Kasi TPKPM Dinsos Garut saat menerima perwakilan keluarga Enung Nurcahyani, pekerja migran asa pameungpeuk yang diduga dianiaya dan ingin pulang, Senin (5/4/2021). (Foto : Raesha/dejurnal.com)

Pemulangan Pekerja Migran Korban Trafficking di Garut Terkendala Minimnya Anggaran

Selasa, 6 April 2021

deJurnal.com

© 2025 dejurnal.com. All Right Reserved

Patut Dibaca dan Perlu

  • dePrint
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • Pasang Iklan
  • Karir

Ikuti

No Result
View All Result
  • Beranda
  • deNews
  • dePraja
  • dePolitik
  • deEdukasi
  • deBisnis
  • deHumaniti
  • GerbangDesa
  • dejurnal channel

© 2025 dejurnal.com. All Right Reserved

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Tidak diperkenankan copy paste