Dejurnal.com, Bandung – Gunung Lalakon yang terletak di Desa Jelegong Kecamatan Kutawaringin Kabupaten Bandung memiliki mitos yang bikin penasaran untuk dicermati .
Gunung dengan ketinggian 870 meter dari permukaan laut ini, disebut juga Gunung Aseupan, karena bentuknya menyerupai “aseupan”, perkakas dapur yang biasa digunakan orang tua dahulu menanak nasi. Bentuk Kerucut atau piramida sehingga disebut juga Gunung Piramida. Lantaran bentuknya yang menyarupai piramid maka gunung ini ada yang menganggap bikinan orang atau tidak terbentuk secara alami.
Gunung Lalakon ada juga yang menyebut Gunung Sabelas, karena di puncak gunung ini ada dua tiang tower menyerupai antena kalau dari jauh terlihat seperti angka sebelas.
Di puncak Gunung Lalakon ada beberapa kuburan. Beredar di masyarakatb bahwa salah satu kuburan di Gunung Lalakon itu tempat dikuburnya potongan badan Dipati Ukur.
Dipati Ukur adalah seorang bangsawan penguasa Tatar Ukur di abad ke-17 dari Tanah Banyumas. Dipati Ukur ditangkap oleh pasukan Mataram nyang saat itu sedang memperluas kekuasaan. Setelah ditangkap bersama pengikutnya, Dipati Ukur dihukum mati, dan tubuhnya dipotong-potong menjadi beberapa bagian.
Setelah menjadi beberapa bagian, potongan tubuh Dipati Ukur dikuburkan di beberapa tempat. Konon bagian bawah badan Dipati Ukur dikuburkan di puncak Gunung Lalakon, sedangkan sisanya di Gunung Kidang Pananjung dekat Cililin. Hal itu dilakukan karena konon Dipati ukur bisa menyatukan badannya yang telah dipotong, jika tidak dipisahkan potongan tubuhnya.
Yang meragukan bahwa Gunung Lalakon bukan dari proses alam atau menganggap buatan manusia sebab bentuknya kerucut, sebaiknya naik ke puncaknya, karena bukan Gunung Lalakon saja yang bentuknya kerucut.
Dengan naik ke puncak gunung, bakal kelihatan lanskap Kabupaten Bandung, dan tahu selain Gunung Lalakon yang berbentuk morfologi kerucut, kelihatan juga sajumlah gunung lainnya seperti piramida.
Gunung Lalakon hanya satu dari beberapa gunung atau bukit di antara Soreang dan Cimahi yang merupakan produk aktivitas magmatik salama 4 juta taun ke belakang.
Dari isu piramida, sampai ke isu kuburan potongan tubuh Dipati Ukur dan mitos yang menyeramkan lainnya bisa jadi ini mitos sengaja dibuat oleh leluhur untuk melindungi alam supaya tidak diganggu atau diruksak. Tapi, meski manusia kontèmporer ada yang percaya terhadap mitos, namun merusak hutan atau mengekploitasi alam demi kauntungan matèri yang besar sepertinya urusan mitos bisa terabaikan.
Buktinya, untuk pengurugan lahan yang akan dijadikan Tol Soroja (Soreang Pasirkoja), yang membentang dari Soreang ke Pasir Koja sepanjang 10.55 km, salah satunya mengeruk kaki Gunung Lalakon untuk diambil materialnya.
Masyarakata setempat hingga tingkat kabupaten saja tidak berdaya dengan kritisi bahkan demo dari segelintir pecinta lingkungan yang tidak setuju dengan galian C, karena kewenangannya ada Provinsi. Juga proyek tol merupakan proyek strategis nasional.***Sopandi