Dejurnal, Ciamis,- Pemerintah Kabupaten Ciamis terus menggencarkan sosialisasi penerapan Generasi Panca Waluya, sebagai bagian dari upaya membentuk generasi muda yang sehat, berakhlak, jujur, cerdas, dan tangguh.
Sosialisasi merujuk pada Surat Edaran Gubernur Jawa Barat Nomor 52/PA.03-DISDIK tentang Penerapan Jam Malam bagi Peserta Didik, dan menjadi bagian integral dari program “Jawa Barat Istimewa”.
Kegiatan terbaru dilaksanakan pada Minggu (08/06/2025) di lingkungan Pondok Pesantren Darussalam Ciamis, yang dihadiri oleh para tenaga pendidik dari berbagai satuan pendidikan mulai dari RA, MI, MTs, MAN, SMA Plus, hingga dosen dari Universitas Islam Darussalam (UID).
Dalam sambutannya, Bupati Ciamis, Dr. H Herdiat Sunarya yang diwakili oleh Staf Ahli Bupati Ciamis Bidang Administrasi dan Sumber Daya Manusia, Dase Fadlil Yusdy Mubarak, S.H.,menegaskan bahwa sosialisasi tidak hanya berbicara soal jam malam, namun juga menyentuh pembinaan karakter melalui pendekatan persuasif dan humanis, melibatkan semua piha Pemda, TNI, Polri, Kemenag, MUI, pesantren, hingga orang tua.
“Melalui pendekatan terintegrasi ini, kita membangun karakter anak-anak dari rumah, sekolah, dan lingkungan. Ini adalah fondasi untuk mencetak generasi penerus yang berintegritas,” ujarnya.
Program yang digencarkan bertujuan membentuk karakter peserta didik melalui lima nilai utama yang dikenal sebagai Panca Waluya:
1. Cageur, Sehat jasmani dan rohani sebagai dasar proses belajar yang optimal.
2. Bageur, Berakhlak dan berperilaku baik, menjunjung nilai moral lebih tinggi dari sekadar prestasi.
3. Bener, Jujur dan taat pada aturan sebagai fondasi kehidupan berbangsa.
4. Pinter, Cerdas dalam ilmu pengetahuan yang dibarengi dengan etika.
5. Singer, Tangguh, adaptif, dan siap menghadapi tantangan zaman.
Menurut Dase konsep tersebut sejalan dengan nilai-nilai Islam, sebagaimana terkandung dalam Surat Al-‘Asr ayat 1-3 dan hadis riwayat Ibnu Majah.
“Dalam Surat Al-‘Asr didalamnya menekankan pentingnya memanfaatkan waktu, pendidikan tata krama, serta kemuliaan dalam mendidik anak,” tuturnya.
Lebih lanjut Dase menjelaskan sasaran utama sosialisasi adalah peserta didik di tingkat SD/MI, SMP/MTs, SMA/SMK/MA, dan sederajat, terutama mereka yang terindikasi, melanggar ketertiban umum, melakukan kekerasan, atau merusak fasilitas umum dan aset pribadi.
“Melalui pendekatan pembinaan khusus yang melibatkan seluruh unsur pemerintahan dan masyarakat, diharapkan mereka dapat diarahkan ke jalur yang lebih positif,” paparnya.
Dalam sesi diskusi bersama para ibu dan tenaga pengajar di lingkungan Pondok Pesantren Darussalam, ditegaskan pula pentingnya peran keluarga, khususnya para orang tua, dalam mendampingi dan membina anak-anak mereka di rumah.
“Pendidikan moral, spiritual, dan disiplin harus dimulai dari rumah. Ini bukan semata tanggung jawab sekolah, tapi kolaborasi semua pihak,” tegas Dase.
Dase berharap sosialisasi tidak hanya menjadi ajang penyampaian informasi, tetapi juga menjadi langkah awal pembentukan karakter yang kuat dan berdaya saing tinggi.
“Sebagaimana pepatah Arab menyebutkan “Syubbaanul yaum rijalul ghod” pemuda hari ini adalah pemimpin masa depan, dengan pondasi nilai Cageur, Bageur, Bener, Pinter, Singer, generasi muda Ciamis diharapkan mampu menjadi penerus bangsa yang sehat, unggul, dan istimewa,” pungkasnya (Nay Sunarti)