Dejurnal.com, Bandung – Kampung Buluh, Desa Nagrak Kecamatan Pacet Kabupaten Bandung, merupakan sebuah kampung dengan sumber penghasilan warganya dari kesed. Wajar dan pantas ketika kemudian Kampung Buluh disebut sebagai Sentral Produksi Kesed.
Kerajinan Kesed memang sudah menjadi mata pencaharian sekitar 20 kepala keluarga (KK) di Kampung Buluh RW 7 Desa Nagrak Kecamatan Pacet. Geliat pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) mulai merebak menjadi inovasi, inspirasi bagi kalangan keluarga pra sejahtera yang di semangati oleh warga yang sedang sakit struk. Kerajinan Kesed kemudian menjadi menjamur lantaran rupiah yang dihasilkan dari modal kemauan ini bisa menjadi penghasilan yang menjanjikan
Menurut salah satu pengrajin kesed, Didin (50), warga RW 07 Kampung Buluh menjadi pengrajin kesed berawal dari tuntutan kebutuhan hidup, para pengrajinnya pun selain sudah lanjut usia (Lansia), janda terlantar, bahkan ada yang struk, kakek-kakek cacat catanya, kakinya lumpuh, bahkan ada korban bank emok.
“Karena tuntutan, walaupun sakit mereka harus mencari nafkah untuk biaya hidup, ebetulnya mereka sudah tidak layak bekerja, semakin terketuk hati berurai air mata setelah tahu pemberi semangat hidup mereka,” ujarnya.
Mereka, lanjut Didin, seharusnya tidak bekerja namun apa daya untuk membantu tak ada kuasa.
“Saya mantan pejuang sosial, pisik belum bisa melangkah jauh. Nah, dalam benak teringat seorang teman yang dulu sama-sama pejuang soal, saya cari dari media sosial ahirnya ketemu dan memberi kontak, saya berharap ketua bisa membantu kami, butuh bantuan untuk menjadi pendamping kami karena saya tidak bisa melangkah jauh kemana-mana, “ungkap Didin, Jumat (25/7/2025).
Dengan nada haru, terlihat berurai air mata Didin bercerita, sekitar dua tahun lebih setelah berhenti dari perangkat Desa kemudian bekerja di property, nah saat bekerja di perusahaan itulah terserang penyakit struk tangan dan kaki sempet lumpuh total.
“Dan, hampir 2 tahun terbaling lemas di kasur, alhamdulillah kini kondisi kesehatan badan mulai beranjak membaik kaki bisa ber jalan walau belum pulih bener, tinggal tangan kanan sebelah belum bisa digerakan, “katanya.
Sambil terbaring itu saya berpikir bagaimana supaya bisa bangkit mencari nafkah, karena masih punya tanggungan keluarga/anak istri dan orang tua. Agar bisa tetap bertahan hidup, maka dari itulah saya mulai tumbuh semangat hidup dan memulai usaha produksi Kesed ini.
“Nah, mereka melihat saya yang lagi struk saja mau bekerja, apalagi yang masih normal, sehingga termotivasi, Karena sebagian Warga Kampung Buluh RW 7 Desa Nagrak ada yang nganggur juga, kini mereka mulai mengikuti bikin kesed karena sebagian pekerjaan saya maklunkan buat warga yang belum memiliki modal tapi punya kemauan supaya mereka juga berdaya,” katanya.
Diceritakan Didin, sebelumnya para pengrajin kesed ini pernah bekerja sebagai karyawan swasta di pabrik, ada yang di Properti, jadi Montir Pabrik, operator tenun, namun karena faktor usia sehingga semua itu terputus tanpa pesangon. Sudah lebih 20 KK dari Jumlah 250 Kepala Keluarga (KK), di RW 7, mereka menggantungkan nasib mencari sumber mata pencaharian jadi pengrajin Kesed.
“Kami kemudian beranjak menghampiri ke rumah kediaman beberapa pengrajin, untuk memastikan kebenaran informasi, setelah dibuktikan ternyata fakta memang benar, banyak Lansia produktif yang diberdayakan, janda terlantar, yang cacat pisiknya, seperti matanya tinggal sebelah, keterbelakangan mental. di sela-sela berkunjung mereka pun bercerita walau kami sudah usia lanjut bahkan Pisik tidak kuat untuk bekerja kasar mau bagaimana lagi, karena tuntutan kebutuhan biaya hidup tidak mau menyusahkan anak atas dasar keinginan sendiri kami bertekad bekerja tenun kesed, karena tidak terlalu banyak mengeluarkan tenaga bisa sambil santai.
Di terangkan Didin, kendati kondisi pisik kami tidak sehat, seperti saya mengalami struk selama dua tahun, lumpuh tangan sebelah, bukan sebagai penghalang justru menjadi motivasi diri penyemangat hidup agar bisa bertahan, ada mata nya sebelah, lumpuh kakinya, korban PHK pabrik, pengangguran, bahkan ada yang keterbelakangan mental.
Kakek Asku lahir 1945 (80) tua renta saat ditemui di rumah kediamannya, berkata terpaksa bekerja selain untuk bertahan hidup masih punya anak paling kecil yang duduk di bangku kelas SMA. Walau kondisi penglihatan sudah mulai buram, dengan kondisi pisik kurang sehat karena punya tanggungan, terpaksa harus bekerja.
Oji (65) bercerita walau kondisi matanya tinggal sebelah karena sewaktu jadi montir di pabrik terkena elasan sehingga harus dioperasi. Karena malu serasa menjadi beban keluarga akhirnya memaksakan diri untuk beli tuatel polo supaya bisa buat kerajinan kesed di rumah, dan telinga juga sudah kurang pendengaran, “katanya.
Ardia (66) mantan karyawan pabrik mengatakan, sekarang saya bertekun di rumah bikin Kesed, pekerjaan ini merupakan keterampilan tangan dan kaki, sehari bisa dapat 2 kodi, sekitar 50 ribu dapat penghasilan sehari. Ya, lumayan bisa buat biaya makan sehari-hari, “katanya.
Seperti hal nya diungkapkan oleh salah seorang janda (64) Ibunya Kokom menyebutkan kaki anaknya lumpuh sudah hampir 2 tahun lebih, karena sakit anak saya juga menjanda karena ditinggal mantan suami terpaksa harus cari nafkah sendiri.
Mereka berharap ada yang peduli, memberikan bantuan permodalan, semoga pemerintah peduli terhadap pelaku UMKM .***AR