deJurnal, Ciamis,- Ragam kesenian Helaran sebagai warisan budaya khas Kabupaten Ciamis terus menunjukkan eksistensinya di berbagai ajang kebudayaan, baik di tingkat daerah maupun nasional.
Kesenian tersebut menjadi simbol ekspresi masyarakat Tatar Galuh yang sarat makna gotong royong, nilai tradisi, serta kekayaan budaya lokal yang tak lekang oleh zaman.
Salah satu bentuk Helaran paling populer adalah Bebegig Sukamantri, yang telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda (WBTb) Indonesia.
Pengakuan tersebut menegaskan bahwa kesenian tradisional Ciamis memiliki nilai budaya tinggi dan daya tarik kuat di kancah nasional.
Tak hanya Bebegig Sukamantri, berbagai kelompok seni dari tiap kecamatan di Ciamis terus berinovasi menciptakan bentuk Helaran yang unik dan khas sesuai kehendak yang ada di lingkungannya. Di antaranya:
1. Munding Kibowang (Kawali)
2. Ki Hideung
3. Bebegig Baladdewa
4. Wayang Landung (Panjalu)
5. Mengmleng (Winduraja)
6. Mabokuy (Rajadesa)
7. Barongan (Purwadadi)
8. Pontrangan (Cimaragas)
9. Siloka Kasab (Banjaranyar)
10. Raja Bele (Kawali)
11. Singa Lugay (Sukadana)
12. Waliwi (Cisaga)
13. Waruga Bodas (Baregbeg)
14. Ririwa Sawah Lega (Pamarican)
15. Kuda Bajir (Panjalu)
16. Buta Batok (Galeuh Art)
17. Buta Kararas (Panjalu)
Sejumlah kelompok tersebut bahkan telah menorehkan prestasi dalam festival seni daerah hingga tingkat provinsi, membuktikan bahwa Helaran Ciamis terus hidup dan berkembang
Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga Kabupaten Ciamis, H. Dian Budiana, M.Si, menegaskan bahwa kesenian Helaran merupakan aset budaya penting yang harus dijaga dan dikembangkan secara berkelanjutan.
“Kabupaten Ciamis memiliki potensi seni dan budaya yang luar biasa. Kesenian Helaran menjadi salah satu warisan yang menonjol dan telah menjadi kebanggaan daerah. Ke depan, kami ingin agar kesenian ini tetap lestari, berkembang, dan memberi manfaat bagi masyarakat,” ujarnya Rabu (22/10/2025)
Menurut Dian, pelestarian budaya tidak bisa hanya mengandalkan pemerintah. Diperlukan peran aktif masyarakat, seniman, dan budayawan agar semangat budaya tetap tumbuh di setiap kecamatan.
“Teman-teman seniman dan budayawan punya peran besar dalam menjaga keberlangsungan budaya. Setiap daerah punya kekayaan tradisi masing-masing, dan itu harus terus kita dorong serta lestarikan bersama,” tambahnya.
Dian juga menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor dalam pengembangan kegiatan budaya di tengah keterbatasan anggaran.
Pemerintah daerah, kata dia, membuka ruang kerja sama dengan pihak swasta, komunitas budaya, dan lembaga pendidikan agar kegiatan kesenian tetap berjalan dan semakin berwarna.
“Pemerintah daerah tidak bisa bekerja sendiri. Dengan kolaborasi dan semangat gotong royong, kesenian di Ciamis akan terus hidup dan memberi manfaat bagi masyarakat,” tegasnya.
Sementara itu Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Kebudayaan, Kepemudaan, dan Olahraga Kabupaten Ciamis, Eman Hermansyah, S.Pd, melalui staf bidang kebudayaan Fahmy Khusnulyakin, menjelaskan bahwa kesenian Helaran kini telah berkembang pesat di berbagai wilayah.
“Dulu belum semua kecamatan memiliki Helaran. Sekarang, hampir setiap kecamatan sudah memiliki kelompok Helaran masing-masing. Hingga akhir tahun 2024, tercatat ada sekitar 30 kelompok Helaran yang tersebar di 27 kecamatan,” ungkap Fahmy.
Beberapa kecamatan bahkan memiliki lebih dari satu bentuk Helaran. Kawali dan Cimaragas misalnya, dikenal aktif menampilkan berbagai pertunjukan budaya di tingkat kabupaten hingga nasional.
Sebagai bentuk dukungan, Dinas Kebudayaan Ciamis mengembangkan program PORAK (Pembinaan dan Pengembangan Kesenian Helaran Kabupaten Ciamis). Program ini bertujuan memberikan ruang tampil, pelatihan, serta pembinaan merata bagi seluruh kelompok seni Helaran.
“Melalui PORAK, kami berupaya agar semua kelompok Helaran bisa mendapat kesempatan yang sama untuk tampil di berbagai kegiatan. Ini bagian dari pemerataan pembinaan dan penghargaan bagi seniman lokal,” kata Fahmy.
Fahmy menambahkan daya tarik utama Helaran terletak pada nilai sejarah dan filosofi di setiap pertunjukan. Tiap kelompok menggali kisah dan tradisi daerahnya untuk dijadikan inspirasi karya seni.
“Setiap Helaran punya kisah dan makna yang berakar dari sejarah lokal. Jadi bukan sekadar pertunjukan, tetapi ada pesan budaya yang ingin disampaikan,” jelasnya.
Kabupaten Ciamis dikenal luas sebagai “Kota Seribu Situs”, karena banyaknya peninggalan sejarah dan situs budaya di berbagai wilayah.
Melalui kegiatan seperti Helaran, pemerintah daerah berupaya menjaga, mendata, dan memperkenalkan kembali kekayaan sejarah tersebut kepada generasi muda.
“Pendataan terhadap situs-situs sejarah terus dilakukan sebagai bagian dari komitmen kami dalam melestarikan identitas budaya dan sejarah Ciamis,” pungkas Fahmy. (Nay Sunarti)