Ciamis, deJurnal,- Di tengah kekhawatiran masyarakat terkait kondisi Sungai Ciseel yang kerap tampak keruh dan kecokelatan.
Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman, dan Lingkungan Hidup (DPRKPLH) Kabupaten Ciamis memastikan bahwa kualitas air sungai tersebut masih memenuhi baku mutu lingkungan kelas 2 sesuai ketentuan PP No. 22 Tahun 2021.
Kepastian tersebut disampaikan oleh Kabid Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Hidup, Rini Valianti, ST., MT., MSc., setelah memaparkan hasil pemantauan rutin yang dilakukan pada Februari dan September 2025.
Sungai Ciseel yang membentang dari Kabupaten Tasikmalaya dan masuk ke wilayah Ciamis, Cidolog, Pamarican, hingga Purwodadi, kerap menjadi sorotan publik.
Warna air yang cokelat dan keruh sering memicu dugaan pencemaran. Namun DPRKPLH menegaskan bahwa keruh tidak selalu berarti tercemar.
“Karakteristik Sungai Ciseel memang mirip dengan Cimuntur cenderung kecokelatan karena faktor alami. Parameter laboratorium menunjukkan kualitasnya masih aman dan memenuhi baku mutu kelas 2,” jelas Rini Senin (17/11/2025)
Diungkapkan Rini hasil pemantauan diambil dari tiga titik yaitu, Cidolog, Pamarican dan Purwodadi menunjukkan kondisi air yang stabil.
“Kondisi tersebut dalam kategori aman baik pada musim kemarau maupun musim hujan, dan tidak menunjukkan pencemaran berat sebagaimana dikhawatirkan masyarakat,” tuturnya.
Lebih lanjut Rini menjelaskan sesuai amanat UU No. 32 Tahun 2009 dan PP No. 22 Tahun 2021, DPRKPLH Ciamis melakukan uji kualitas air sungai dua kali dalam setahun setiap musim kemarau dan musim penghujan.
“Kualitas air sungai sangat dinamis, sehingga pemeriksaan rutin menjadi penting untuk mengetahui perubahan parameter. Untuk Sungai Ciseel, hasilnya konsisten memenuhi baku mutu, meski beberapa parameter menunjukkan pencemaran ringan yang masih dapat dikendalikan,” kata Rini.
Rini menyebutkan pemantauan terbaru pada September 2025 memperkuat hasil uji sebelumnya pada Februari, di mana Sungai Ciseel tetap berada pada kategori memenuhi baku mutu kelas 2.
Rini juga menjelaskan bahwa potensi pencemaran di aliran Ciseel lebih banyak dipengaruhi aktivitas domestik masyarakat di sepanjang sungai, bukan dari industri besar.
“Industri di Ciamis mayoritas UMKM. Pembinaan pengelolaan limbah rutin kami lakukan. Jadi jika ada perubahan warna air, tidak serta-merta menunjuk limbah industri, apalagi skala besar karena memang tidak ada,” tegasnya.
Rini menyampaikan karakteristik warna cokelat di sungai khususnya di sungai Ciseel juga dipengaruhi oleh sedimen alami dari hulu, percampuran air dari anak-anak sungai, kondisi geologi kawasan, serta intensitas hujan.
“Semua faktor ini bersifat alami, bukan indikator pencemaran berbahaya,” imbuhnya
Meski pemantauan rutin menunjukkan kondisi aman, Rini menegaskan bahwa DPRKPLH tetap membuka ruang pengaduan masyarakat. Setiap laporan akan ditindaklanjuti dengan pengumpulan data tambahan atau sampling ulang.
“Jika ada pengaduan, kami lakukan pemeriksaan ke lapangan dan uji ulang. Data ilmiah sangat penting agar penanganan tepat sasaran,” ujarnya
Dari puluhan sungai di Ciamis, terdapat 15 sungai besar yang menjadi titik pemantauan berkala. Edukasi kepada masyarakat tentang parameter ilmiah kualitas air juga penting agar tidak salah menginterpretasikan kondisi visual sungai, masyarakat juga harus terlibat aktif menjaga kebersihan sungai.
“Sungai merupakan sumber bagi kehidupan masyarakat. Pemerintah akan terus melakukan pemantauan, tetapi upaya menjaga sungai harus dilakukan bersama,” tutupnya. (Nay Sunarti)













