Dejurnal.com, Bandung – Anggota DPRD dari Fraksi PAN, Tedi Supriadi melaksanakan reses di lumbung konstituennya, di reses titik pertama, pada reses masa sidang II tahun 2022, Desa Sayati, Kecamatan Margahayu, Kabupaten Bandung, Rabu (30/3/2022).
Tedi mengaku, Desa Sayati selalu dijadikan tempat reses titik pertama. “Tahun 2021 Desa Sayati menjadi titik pertama reses. Di 2022 ini titik pertama juga. Hanya saya jujur menyampaikan permohonan maaf ke Desa Sayati, karena saya belum bisa berbuat banyak. Itu pun bukan unsur kesengajaan, karena situasi. Tadi pun sudah dipaparkan Pak Sekdes, karena recofusing anggaran terkait pandemi Covid-19, ” tutur Tedi seusia reses.
Meski dukungan paling besar di Sayati, namun kata Tedi ia jujur mengakui secara aspirasi masih minim. ” Tapi mudah-mudahan ke depan ada waktu satu tahun lagi, jalur formal itu pun, dan formal pun ada sisi perubahan nantinya. Tapi non formal pun saya mendorong. Pak Sekdes juga tahu, yah. RW 3 dan 13 mengajukan aspirasi, padahal SIPD sudah ditutup, tetapi saya tidak putus asa,” imbuhnya.
Hal itu, aku Tedi sebuah indikasi bukti bahwa dirinya serius untuk membantu semua desa di dapil 2 , ingin ada skala prioritas.
Sementara itu, Sekretaris Desa Sayati, Yana Sumarna berharap, dengan adanya reses anggota dewan dari PAN, ke Desa Sayati, aspirasi warga bisa lebih diprioritaskan dari desa lain. Hal ini karena, menurutnya Tedi sebagai anggota dewan dari PAN yang konstituennya terbanyak di Sayati.
“Sebagai dewan yang memiliki suara tertinggi dibandingkan dengan dewan-dewan lainnya di dapil 2, suara PAN paling tinggi dari Desa Sayati dibandingkan dengan desa lain dan kecamatan lain, tentunya 26 desa 4 kecamatan, ya ke Desa Sayati bisa lebih, ” ujar Yana.
Memperhatikan lebih untuk warga Desa Sayati, menurut yana untuk meminimalisir suara yang mengatakan “ongkoh boga dewan tapi teu karasa”. “Nah, wujud teu karasa itu dalam wujud bentuk apa? Satu mungkin bukti pembangunan, dan dua pemberdayaan. Kepedulian ini yang kami harapkan dari para dewan yang dalam bulan ini melakukan reses, ” ujar Yana.
Yana menambahkan, ia yakin setiap dewan punya keterbatasan, dalam konteks keterbatasan waktu dalam penganggaran. “Karena kan setiap penganggaran ini ada timingnya. Nah, kalau hari ini ada usulan pembangunan atau konsepnya pemberdayaan, baik itu dalam bentuk pelatihan apa pun namanya untuk masyarakat, tentunya bisa lebih inten, tidak hanya sekali pelaksanaan selesai, tetapi berkelanjutan. Misalkan kalau ada produk dibantu pemasarnnya. Itu harapannya, ” tutupnya. *** Sopandi