Dejurnal.com, Bandung – Sekretaris Himpunan Pedagang Pusat Perbelanjaan Sayati Indah (HIPPPSI), Edi Sujana menyebutkan ada beberapa orang yang datang ke pengurus HIPPPSI meminta izin untuk berdagang daging babi di pasar tersebut, namun tidak diizinkan.
“Tidak diizinkan pengurus, karena di daerah ini ada pasar Segar di Komplek TKI yang menjual daging babi,” kata Edi saat dihubungi di Pasar Sayati Indah, Kamis (14/5/2020).
Kata Edi, di Pasar Sayati Indah dari ratusan kios ada 10 kios pedagang daging sapi, tiga diantaranya memotong sendiri sapinya. Omsetnya antara satu sampai dua ekor perhari. Sedangkan 7 kios pedagang daging lainnya barang dagangannya tidak memotong sendiri.
Terkait terungkapnya peredaran daging babi (celeng) oleh Polresta Bandung yang mencapai 63 ton peredar di Kabupaten Bandung, Edi mengaplku pengurus Pasar Sayati Indah, sejak memenangkan gugatan di Pengadilan terhadap Pemda Kabupaten Bandung, tak ada bidang khusus yang mengawasi masalah pedagang.
“Kami tak mengurus masalah itu. Yang diurus kami hanya masalah K3, Ketertiban, Keamanan, dan Kebersihan serta masalah status hukum yang masih dihadapi belum final. Kalau masalah pengawasan pedagang, pihak Polsek sudah meminta data pedagang daging dan juga Dis Pangan. Jadi kami tidak tahu kalau di sini ada yang menjual atau tidak daging celeng yang disamarkan tersebut. Itu kembali kepada oknum pedagangnya yang jika begitu silahkan ditindak,” tutur Edi.
Yang jelas, kata Edi HIPPPSI bagaimana mengupayakan kenyamanan, keamanan, dan ketertiban pedagang. Pengur HIPPPSI, jika status Pasar Sayati Indah sudah benar-benar final di pengadilan, akan mengembangkan pasar tersebut agar bisa bersaing dengan pasar modern.
“Mungkin bisa menggandeng PT atau mendirikan PT sendiri. Nanti juga kami akan membangun insfrastruktur di depan agar pasar ini lebih nyaman,” terang Edi.
Sementara, salah satu pedagang daging sapi di pasar tersebut H. Aang yang diwakili salah satu pegawainya, Sandi mengaku sejak ada wabah corona dan terungkapnya peredaran daging celeng, omset penjualan mengalami penurunan. Biasanya, pada bualan Romadon omset penjualan bisa mencapai dua ekor sapi potong perhari, tapi sekarang hanya satu ekor pun agak sulit.
“Kalau harga wajar naik. Sekarang Rp 120 ribu/ kg. Konon dalam tiga hari lagi akan ada kenaikan Rp 123 ribu/ kg. Tapi kalau pembelinya menurun itu yang membedakan antara taun kemarin,” kata Sandi.***Sopandi