• Garut
  • Karawang
  • Purwakarta
  • Bandung
  • Ciamis
  • Cianjur
  • Subang
  • Sukabumi
  • indramayu
No Result
View All Result
  • Login
deJurnal.com
Rabu, September 3, 2025
  • Beranda
  • deNews
  • dePraja
  • dePolitik
  • deEdukasi
  • deBisnis
  • deHumaniti
  • GerbangDesa
  • dejurnal channel
No Result
View All Result
deJurnal.com
  • Beranda
  • deNews
  • dePraja
  • dePolitik
  • deEdukasi
  • deBisnis
  • deHumaniti
  • GerbangDesa
  • dejurnal channel
No Result
View All Result
deJurnal.com
No Result
View All Result

in Budaya

Kawah Putih, Jejak Junghuhn yang Jadi Ikon Obyek Wisata Kabupaten Bandung

bydejurnalcom
Rabu, 19 Agustus 2020
Reading Time: 3 mins read
ShareTweetSend

Dejurnal.com,Bandung – Zaman Belanda Gunung Patuha Ciwidey oleh masyarakat setempat dipercaya sebagai pusat kerajaan jin dan tempat berkumpul ruh leluhur. Saking angkernya tempat tersebut hewan pun tidak ada yang berkeliaran. Konon, burung yang terbang di puncak gunung tersebut mendadak jatuh dan mati.

Bangsa asing tidak percaya dengan hal yang sipatnya mistik. Ahli geologi blasteran Belanda -Jerman, Dr. Franz Wilhelm Junghuhn mencoba menguak misteri sekitar Gunung Patuha yang dianggap angker oleh masyarakat itu. Terungkaplah, kenapa burung tidak terbang di atas puncak gunung itu, karena bau belerang dari kawah yang kini populer dengan sebutan Kawah Putih.

BacaJuga :

Dinas Sosial Ciamis Dievaluasi KemenPANRB, Mantapkan Langkah Menuju WBK dan WBBM

Tak Banyak Yang Tahu, Ciamis Terapkan Sanitary Landfill “Solusi Cerdas Atasi Sampah Tanpa Cemari Lingkungan”

Diduga Hendak Berbuat Rusuh Dalam Aksi Unras, Sekitar 129 Orang Diamankan Polres Subang

Disebut Kawah Putih, sebab air kawah dan tanahnya berwarna putih. Sebenarnya kawah yang pertama kali ditemukan tahun 1837 oleh Dr. Franz Wilhelm Junghuhn ini adalah kawah Gunung Patuha.

Gunung Patuha di daerah Bandung Selatan oleh masyarakat sekitar Rancabali-Ciwidey dianggap sabagai gunung paling tua. Nama Patuha dari kata Pa Tua ( sepuh dalam bahasa Sunda), sehingga masyarakat setempat menyebutnya Gunung Sepuh.

Lebih dari satu abad lalu, puncak Gunung Patuha dianggap angker oleh masyarakat setempat. Tidak seorang pun yang berani bertandang ke gunung ini. Maka wajar waktu itu tidak diketahui bagaimana keadaan dan keindahan alamnya.

Waktu mengadakan perjalanan ke Bandung Selatan, sebagai seorang peneliti gunung api di Jawa juga peneliti geologi Pulau Jawa saat itu Dr. Franz Wilhelm Junghuhn merasakan keadaan yang tidak biasa dan menyeramkan. Tidak ditemukan hewan sebagaimana layaknya di hutan. Terdorong rasa penasaran, ia menanyakan ke warga setempat kenapa tempat tersebut begitu sepi.

Masyarakat satempat punya keyakinan puncak Gunung Patuha itu dihuni arwah para leluhur dan sebagai karajaan bangsa jin, sehingga dianggap angker.

Meski keyakinan masyarakat demikian, Junghuhn, tidak percaya begitu saja. Ia meneruskan perjalanan memasuki hutan belantara di sekitar gunung tersebut untuk mengetahui ada apa sebenarnya d tempat tersebut.

Bau beleraang

Belum juga sampai ke puncak gunung, Junghuhn terpana menyaksikan keindahan sebuah danau dan alam di sekelilingnya. Danau yang cukup luas dengan warna putih kehijauan. Dari dalam danau itu menyembur lava dan tercium bau belerang. Terkuaklah kenapa burung -burung tidak mau terbang di tempat itu.

Diisinilah mulai ada pabrik belerang Kawah Putih yang pada zaman Belanda disebut Zwavel Ontgining Kawah Putih. Di zaman Jepang, usaha pabrik ini diteruskan dengan sebutan Kawah Putih Kenzanka Yokoya Ciwidey, langsung dalam pengawasan militer.

Entah sejak kapan produksi belerang dari Kawah Putih mulai merosot, seterusnya berhenti. Namun, sampai saat ini masih ada masyarakat yang percaya bahwa Kawah Putih tempat berkumpulnya ruh para leluhur.

Sebelah kiri, sebelum masuk menuruni tangga menuju Kawah Putih ada komplek pamakaman. Ada tulisan di plang “Patilasan Sunan Ibu”. Disana ada makam para leluhur, di antarannya; Eyang Jaga Satru, Eyang Rangsa Sadana, Eyang Camat, Eyang Ngabai, Eyang Barabak, Eyang Baskom dan Eyang Jambrong.

Di salah satu tempat di puncak Gunung Patuha, yang disebut Puncak Kapuk oleh masyarakat dipercaya juga sebagai tempat rapat para leluhur yang dipimpin oleh Eyang Jaga Satru. Konon di tempat ini beberapa warga pernah melihat sagorombolan domba putih yang dipercaya sabagai wujud leluhur.

Dikelola dari tahun 1987

Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Kabupaten Bandung, belum lama ini mengunjungi Kawah Putih disertai beberapa awak media dalam rangka sosialisasi dan simulasi menerapkan protokol pencegahan penularan Covid-19 di beberapa objek wisata di Ciwidey.

Dari perbatasan Kota dengan Kabupaten Bandung ke Kawah Putih berjarak kurang lebih 50 km. Menempuh jalan aspal datar dan halus sampai melewati Kecamatan Soreang. Baru terasa jalan menanjak dan berbelok-belok setelah masuk ka Kecamatan Pasirjambu. Udara mulai terasa dingin saat masuk ke Kecamatan Ciwidey, suhu antara 8 sampaii 22 darajat Celcus, sabab tempat tersebut berketinggian 2.400 mdpl.

Dari tahun 1987 Kawah Putih dikelola oleh Perhutani, jadi ikon objek wisata Kabupaten Bandung. Menurut Cluster Manager Ciwidey Perhutani, Trisna Mulyana, selama tilga bulan sejak diberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) objek wisata Kawah Putih mengalami kerugian Rp 6 miliar dengan asumsi jumlah pengunjung 3000 orang. New normal ini disambut baik oleh para pengelola objek wisata di Kabupaten Bandung.

Untuk menarik minat pengunjung objek wisata Kawah Putih kini ada tempat parkir luas, ada mushola, toilet, alat transportasi dari gerbang depan sampai ke kawah, pusat informasi, restoran, puluhan warung kuliner.

Alat transportasi yang mengantar pengunjung dari parkir depan sampai ke kawah yang berjarak kurang lebih 3 km itu yakni ontang-anting, bis mini yang dimodifikasi jadi kendaraan wisata. Satu ontang-anting bisa muat 12 orang.

Sampai ke kawah yang luasnya 25 hektare ini, dijamin pengunjung tidak akan tahan untuk berselfie. Yang hapal sajarahnya dan pernah mendengar mitos angkernya mungkin akan lupa karena pesona Kawah Putih. Tidak sangka bahwa kawah yang terbentuk dari meletusnya Gunung Patuha pada abad ka-10 ini bisa ditapaki kaki sampai di tengah-tengahnya.

Di tengah Kawah Putih kini dibangun dermaga ponton terbuat dari kayu yang dilengkapi pelampung. Wisatawan yang ingin berada di tengah-tengah kawah maka di dermaga inilah berada setelah melalui jembatan apung dari tepi kawah. Petugas akan memandu wisatawan untuk keamanan.

Di salah salah satu sisi kawah terlihat asap putih mengepul kaluar dari lubang lava. Jika saja tanpa jejak Junghuhn, mungkin sampai saat ini Kawah Putih belum tentu tergali potensinnya.*** Sopandi

Ikuti Whatsapp Channel deJurnalcom
Previous Post

Dengan Menerapkan Protokol Kesehatan PT Nugraha Jaya Gelar Syukuran

Next Post

Makin meningkatnya Positif Covid-19 DiSubang Dari Hasil Swab Bulan Agustus

Related Posts

Doa Bersama dan Deklarasi untuk Kabupaten Bandung Damai
deNews

Doa Bersama dan Deklarasi untuk Kabupaten Bandung Damai

Selasa, 2 September 2025
Di Tengah Terik Mentari, Mahasiswa Gelar Mimbar Bebas Bersama Unsur Forkopimda Garut
deNews

Di Tengah Terik Mentari, Mahasiswa Gelar Mimbar Bebas Bersama Unsur Forkopimda Garut

Selasa, 2 September 2025
DPMPTSP Ciamis Mantapkan Zona Integritas, Bidik Predikat WBK demi Layanan Publik Bersih dan Ramah Investasi
deNews

DPMPTSP Ciamis Mantapkan Zona Integritas, Bidik Predikat WBK demi Layanan Publik Bersih dan Ramah Investasi

Selasa, 2 September 2025
Dinas Sosial Ciamis Dievaluasi KemenPANRB, Mantapkan Langkah Menuju WBK dan WBBM
deNews

Dinas Sosial Ciamis Dievaluasi KemenPANRB, Mantapkan Langkah Menuju WBK dan WBBM

Selasa, 2 September 2025
Tak Banyak Yang Tahu, Ciamis Terapkan Sanitary Landfill “Solusi Cerdas Atasi Sampah Tanpa Cemari Lingkungan”
deNews

Tak Banyak Yang Tahu, Ciamis Terapkan Sanitary Landfill “Solusi Cerdas Atasi Sampah Tanpa Cemari Lingkungan”

Selasa, 2 September 2025
Diduga Hendak Berbuat Rusuh Dalam Aksi Unras, Sekitar 129 Orang Diamankan Polres Subang
Hukum dan Kriminal

Diduga Hendak Berbuat Rusuh Dalam Aksi Unras, Sekitar 129 Orang Diamankan Polres Subang

Selasa, 2 September 2025

ADVERTISEMENT

DeepReport

Quo Vadis Bupati Garut, Kadisdikmu Bikin Para Guru Meringis

Minggu, 2 Mei 2021
Kolase : Pasir warna merah yang dipenetrasikan dalam pembangunan irigasi Cipalasari menuai perhatian.

Pakai Pasir Warna Merah, Proyek Irigasi Cipalasari Senilai Rp 725 Juta Tuai Perhatian

Jumat, 27 Agustus 2021

KabarDaerah

H. Komarudin, SH

DPRD Purwakarta Akan Cabut Perda Tarif Pelayanan Kesehatan RSUD Bayu Asih

Rabu, 21 Oktober 2020

Anak Raja Villa, Tempat Istirahat Keluarga Dengan Pesona Alam Eksotik Sukabumi

Kamis, 16 Januari 2020

Upaya Membangun Budaya Baca, Dispusip Garut Hidupkan Literasi Hingga ke Pelosok Desa

Sabtu, 2 Agustus 2025

Bupati Lantik Ketua dan Pengurus Karang Taruna Kabupaten Bandung Masa Bakti 2021-2023

Senin, 14 Maret 2022

DPRD Kabupaten Sukabumi Bahas Raperda Perubahan Nomor 15/2023

Sabtu, 12 April 2025

Dadan Nugraha: Saatnya Desa Ambil Alih Hutan lewat Skema KHDPK

Kamis, 19 Juni 2025

Kanal

  • Budaya
  • BumDesa
  • deBisnis
  • deEdukasi
  • deHumaniti
  • deNews
  • dePolitik
  • dePraja
  • deSport
  • deWisata
  • GerbangDesa
  • Hukum dan Kriminal
  • Kalam
  • Legislator
  • Nasional
  • OpiniKita
  • Parlementaria
  • Regional
deJurnal.com

PT. MEDIA PANTURA GROUP
Jalan Raya Rawadalem Blok Bunga Rangga
Balongan - Indramayu
Email : redaksi.dejurnal@gmail.com

Dapur Redaksi :
Jl. Mekar Biru II No. 56 Cileunyi - Bandung

  • dePrint
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • Pasang Iklan
  • Karir

© 2025 deJURNAL.com. Allright Reserved.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • deNews
  • dePraja
  • dePolitik
  • deEdukasi
  • deBisnis
  • deHumaniti
  • GerbangDesa
  • dejurnal channel

© 2025 dejurnal.com. All Right Reserved

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Tidak diperkenankan copy paste