dejurnal.com. Bandung- Pada zaman pemerintahan dulu, Karapyak merupakan pusat pemerintahan atau ibu kota dalem Bandung berdasarkan piagam Sultan Agung Mataram. Namun, nama Karapyak kini sudah mulai terlupakan pItiadahal, warga di Desa Citeureup, Kecamatan Dayeuhkolot memiliki kaitan erat dengan sejarah terbentuknya Kabupaten Bandung.
Itu sebabnya Kurnia Agustina mengingatkan kembali kepada generasi muda atau milenial di Kecamatan Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung tentang nama Karapyak.
Secara historis, tutur Kunia Agustina, Karapyak merupakan asal muasal nama Dayeuhkolot. Karapyak artinya rakit penyebengan. Karapyak secara geografis letaknya berada tepat di Cekungan Bandung, merupakan pusat pemerintahan atau ibu kota dalem Bandung.
“Kita semua menjadi saksi sejarah saat ini. Bahwa di Desa Citeureup, yang ada di Dayeuhkolot ini di zaman bupati tahun 1641 ini menjadi ibu kota Dalem Bandung dengan nama Karapyak,” kata Teh Nia saat bersilahturahmi dengan masyarakat dan tokoh di Desa Citeureup Kecamatan Dayeuhkolot, Kamis (15 /10).
Cabup Bandung nomor urut 1ini menyayangkan jika nama Karapyak sudah mulai muncul, namun tidak ada yang mengabadikan. Tidak ada yang mengabadikan, seperti dengan tidak pernah dijadikan nama jalan, nama desa, atau nama-nama tempat lainnya di Kecamatan Dayeuhkolot, atau di Kabupaten Bandung.
“Nama Karapyak tidak pernah diabadikan, padahal nama ini mengingatkan kita semua tentang asal usul Kabupaten Bandung,” kata dia.
Menurut dia, generasi muda di Kabupaten Bandung sudah harus mengenal jati dirinya. Termasuk asal muasal dirinya menjadi bagian bagi masyarakat Kabupaten Bandung, terutama masyarakat di Kecamatan Dayeuhkolot. Sebab, dengan terus mengingat nama Karapyak yang saat ini bernama Desa Citeureup, maka akan membawa tambahan inspirasi dan wawasan generasi muda atau milenial untuk ikut berpartisipasi dan berkontribusi melakukan pembangunan di Kabupaten Bandung.
“Saat bernama Karapyak, lokasi ini selalu terendam banjir. Karena lokasinya di cekungan. Kaitannya adalah dari periode ke periode berikutnya harus mengubah paradigma menata lingkungan, tata kelola masyarakat yang sehat, dan mandiri,” kata dia.
Maka dari itu, pembangunan sarana dan prasarana umum di Kabupaten Bandung terutama di titik-titik banjir harus dilakukan secara simultan dan berkelanjutan. Selain itu generasi milenial juga diminta untuk berpartisipasi dalam pembangunan.
Menurut Nia, harus betul-betul dilakuka. sebagai upaya yang tiada henti untuk memperbaiki kehidupan sosial kemasyarakatan dan pembangunan.
Pernyataan Calon Bupati Bandung Nia Kurnia Naser ini mendapat apresiasi dari tokoh masyarakat setempat. Sehingga para tokoh masyarakat menyatakan siap mendukung paslon Bupati Bandung Nia-Usman (NU).***di