Dejurnal com, Bandung – Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Soreang resmi dengan nama RSUD Oto Iskandardinata (Otista) Sabilulungan. Pembangunan RSUD Otista yang terletak di Jalan Gading Tutuka, Desa Cingcin, Kecamatan Soreang ini menelan biaya Rp 320 miliar lebih murni dari APBD Kabupaten Bandung. Dibangun secara multiyear, anggaran jamak dua kali loncatan tahun bisa selesai.
Direncanakan diawal masa jabatan Bupati Bandung, Dadang M Naser, diresmikan di akhir masa jabatan Bupati Bandung, Dadang M Naser, yang habis 17 Pebruari 2021.Dadang M Naser mengatakan, awalnya dana untuk pembangunan RSUD Otista ini rencananya akan meminjan dari MSI, Kementrian Keuangan.
“Tetapi setelah dihitung-hitung bunganya berat. Akhirnya kami sepakat dengan DPRD untuk menggunakan anggaran murni sistem multiyear,” kata Dadang M Naser di sela-sela peresmian.
Awal RSUD ini disiapkan 7, 8 dan 9 lantai. Namun, karena anggaan intern Kabupaten Bandung jadi 5, 6, dan 7 lantai.Keberadaan RSUD seperti ini, ujjar Dadang menjadi impiannya. Ia ingin punya RS bertarap internasional.
“Pasilitas lainnya masih luas. Masih ada satu lahan 7 hektar, yang 700 sudah dipakai zakat center sebagai penopang RSUD. Nantinya disini ada hotel, ada kegiatan-kegiatan klinik yang berorientasi bisnis,” terangnyaDadang menambahkan, di RSUD nanti ada operasi klinik kecantikan operasi wajah (Bentuk hidung dan mata). “Untuk untuk operasi hidung jadi mancung, mata sipit jadi melotot. Untuk alat operasi penanganan jantung yang termodern,” ujarnya.
Pembangunan RSUD Otista, terang bupati, mahal karena ditunjang oleh struktur-struktur yang kuat, juga penopang-penopang yang elektrik, unsurdigital. “Termasuk mengantar obar disini dengan teknologi “beubeueeitan ” ke ruangan atau kamar inap tanpa ada orang yang mengantar, obat yang dikirim dari bawah (apotek) ke ruangan dengan cepat terkirim tanpa ada orang yang mengantar, melalui teknologi in oksigen juga sentral ke berbagai kamar,” terangnya.
Oksigen juga, jelas bupati. bisa diproduksi untuk dipasok ke 62 puskesmas di Kabupaten Bandung, dan bisa dijual ke rumah sakit penunjang tipe C di kabupaten Bandung DPD bisa mendorong untuk peningkatan PAD.
Menurut bupati, ada yang sipatnya pembayaran sosial, dan ada yang untuk bisnis. Untuk yang prasejahtera ada subsidi dari yang mampu bayar. “Ada kelas- kelasnya. Mana yang mengahasilkan PAD, mana yang disubsidi oleh PAD. Ini rumah sakit yang dicita- citakan,” jelas Dadang M Naser.
Sedangkan eks RSUD Soreang nanti akan diorientasikan untuk tempat pendidikan kesehatan.” Mungkin saja bekerja sama dengan perguruan tinggi untuk membuat Fakultas Kedokteran subsistem dengan unit bersitas yang ada atau dengan akadami perawat untuk menunjang SDM di Kabupaten Bandung,” ujarnya.
Meski sudah megah, tapi RSUD Oto Iskandardinata masih type C, karena untuk naik status masih ada proses untuk berorientasi ke kelas B. “Kalau yakin ada tim penilai melihat layak jadi tipe B. Tapi kalau ijin penelitian tipe B dengan 413, tempat tidur, 2021 setahap setahap pindah,
Sekarang sedang masukan VCR disana persis sejumlah 92 specumen,” imbuhnya.
Nama RSUD Oto Iskandar Dinata dari hasil sayembara. Ada tiga rumah sakit di kabupaten Bandung yang namanya disayembarakan.Nama RSUD Otista sendiri, diambil dari nama pahlawan dari Kabupaten Bandung asal Bojongsoang.
“Dia pejuang gigih, Belanda takut dengan Otista yang punya jukukan Si Jalak Harupat. Sedangkan sabilulungan sebagai jiwa kesatria pahlawan Sunda. Kalau Jepang, para pahlawannya disebut samurai jiwanya bushido, kalau Korea samayudo, pahlawan Sunda jiwanya sabilulungan, maka dinamakan Otista Sabilulungan,” pungkasnya.
Pemenang sayembara tidak disebut, tapi warga Kecamatan Soreang.***Sopandi