Dejurnal.com, Cianjur – Gelaran acara Pembinaan dan Silaturahmi Kepala SMP pada hari Kamis 14 April 2022 lalu mendapat kritikan dari berbagai pihak. Pasalnya, dalam acara tersebut didominasi dengan busana merah-merah.
Pantauan dejurnal.com, hadir Plt. Kepala Dinas Pendidikan Cianjur Akib Ibrahim, Sekdis Rudiansyah, Kabid Paud Koswara, Kabid GTK Sukirman, Kabid SD Arifin dan Tamu Undangan lainnya sesama Kepala Sekolah se- Kab. Cianjur. Bapak-Bapak nampak gagah dengan sorban merahnya dan Ibu-ibu nampak anggun dengan kerudung merahnya.
Ketua Umum Forum Peduli Masyarakat Cianjur (FPMC), Dhanu Amin Suharyadi menilai, Pembinaan Dinas Pendidikan, Pemuda Dan Olahraga (Disdikpora) Cianjur terhadap ratusan Kepala Sekolah SMP sejatinya guna meningkatkan kualitas pendidik. Namun aroma politik terkesan kental dalam hajat akbar tersebut.
“Sesuatu yang diseragamkan bukanlah datang secara kebetulan melainkan melalui serangkaian rencana yang matang,” ujarnya.
Lanjut Dhanu, pihaknya sangat menyayangkan kejadian itu karena ada upaya untuk “memerahkan” para guru dengan memanfaatkan momen pembinaan namun kental nuansa politisnya.
“Kendati itu dibantah tidak ada arahan namun rasanya janggal jika dominasi warna merah tidak ada yang mengkoordinir, ” ujarnya saat ditemui di ruangan kerjanya.
Ketua Umum FPMC Dhanu Amin Suharyadi inipun menilai sikap guru dengan penampilannya tetap akan ditiru meski tidak harus mengatakannya. Soalnya warna merah menandai sebagai simbol politik.
“Justru citra guru akan tercoreng jika akhirnya simbol merah tidak jaminan berkuasa. Tentu nanti jadi malu sebab masih banyak warna yang bisa netral untuk digunakan. Sulit dihindarkan itu sangat kental aroma politisnya, ” tegasnya yang didampingi Bendahara Umum FPMC, Denda Sumirat Miharja.
Terpisah, Ketua MKKS SMP Budi Mulyadi menegaskan jika acara tersebut diinisiasi atas desakan dari rekan rekan yang jumlahnya 355 Kepsek SMP baik negeri maupun swasta.
“Namun tidak benar adanya arahan untuk penggunaan pakaian dengan warna merah baik kerudung maupun sorban,” tandasnya.
Budi pun menyatakan, tidak jadi masalah terkait hal itu karena tidak ada siapapun yang mengarahkan untuk memakai kerudung atau sorban merah. “Acara ini desakan dari rekan-rekan, momen itu juga untuk Silatutahmi karena sudah lama tidak kumpul,” papar Kepsek SMPN 1 Sukanagara ini.***(Rik/Ark)