• Garut
  • Karawang
  • Purwakarta
  • Bandung
  • Ciamis
  • Cianjur
  • Subang
  • Sukabumi
  • indramayu
No Result
View All Result
  • Login
deJurnal.com
Rabu, Oktober 8, 2025
  • Beranda
  • deNews
  • dePraja
  • dePolitik
  • deEdukasi
  • deBisnis
  • deHumaniti
  • GerbangDesa
  • dejurnal channel
No Result
View All Result
deJurnal.com
  • Beranda
  • deNews
  • dePraja
  • dePolitik
  • deEdukasi
  • deBisnis
  • deHumaniti
  • GerbangDesa
  • dejurnal channel
No Result
View All Result
deJurnal.com
No Result
View All Result

in Regional

Pemerhati Anak Merasa Prihatin Kasus Kekerasan di Dunia Pendidikan Tak Bisa Hilang

bydejurnalcom
Minggu, 5 Maret 2023
Reading Time: 4 mins read
Pemerhati Anak dan Pendidikan, Retno Listyarti 

Pemerhati Anak dan Pendidikan, Retno Listyarti 

ShareTweetSend

Dejurnal.com, Bandung – Kasus kekerasan anak berupa perundungan atau kekerasan fisik dan bully tak pernah hilang dari kehidupan manusia saat ini. Pemerhati anak dan pendidikan menemukan pada awal tahun 2023 saja tercatat 6 kasus berbagai bentuk kekerasan berupa perundungan atau kekerasan fisik dan bully yang terjadi di satuan pendidikan.

Ada santri yang dibakar santri senior di Kabupaten Pasuruan, Kepala Madrasah di Gresik menampar 15 anak karena jajan diluar kantin sekolah, siswa membawa parang ke sekolah di Samarinda karena marah kepada guru olahraganya, Guru di Garut menampar siswa yang kedapatan merokok dan menyuruh anak lain di kelas tersebut menghukum siswa perokok tersebut, dan terakhir di kabupaten Banyuwangi ada siswa SD (11 tahun) bunuh diri diduga karena dibully tidak memiliki ayah.

“Fenomena berbagai kekerasan verbal dan fisik yang melibatkan pelaku usia anak menunjukkan bahwa kekerasan adalah keseharian yang dilihat dan bahkan dialami anak-anak kita, baik dari pengasuhan di lingkungan keluarga maupun dlingkungan tempat anak bermain dan bersekolah, serta dari media sosial. Saking seringnya melihat dan mengalami, lama-lama anak-anak kita menganggap bahwa kekerasan adalah hal yang wajar,” kata Pemerhati Anak dan Pendidikan, Retno Listyarti dalam rilis yang dikirim, Minggu (5/3/2023).

BacaJuga :

Sinergi BAZNAS dan Pemkab Ciamis, Desa Neglasari Resmi Jadi Kampung Zakat Berkelanjutan

TP PKK Ciamis Kukuhkan Diklat Deteksi Dini CTEV dan Resmikan RSOP Sebagai Clubfoot Center Pertama di Ciamis

PTSL, Bukti Keberpihakan Pemerintah Kepada Masyarakat Kecil

Menurutnya, kasus penganiayaan Ananda David (17 tahun) yang dilakukan oleh 3 orang pelaku yang salah satunya juga masih usia anak, menunjukkan bahwa menyelesaikan masalah dengan kekerasan adalah pilihan yang dianggap biasa dan tidak khawatir ada resiko hukum jika melakukan.

“Anak adalah peniru ulung, apa yang dia lihat, rasakan dan alami dari lingkungan dia tumbuh dan dibesarkan, dapat dipastikan akan ditiru dalam perilaku dan bagaimana anak menyelesaikan masalah dengan sesama anak, pendekatan kekerasan menjadi pilihan anak,” tuturnya.

Anak, kata Retno, bukan manusia dewasa yang bentuknya mini, tapi anak adalah manusia yang belum dewasa. Sehingga anak tidak mengerti resiko dan kurang berpikir panjang. Oleh karena itu, anak bisa melakukan kesalahan dalam tumbuh kembangnya menjadi dewasa.

“Oleh karena itu, kesalahan anak tidak berdiri sendiri, karena ada factor pengasuhan keluarga dan lingkungan dia dibesarkan. Pengasuhan keluarga dan disekolah lah yang seharusnya mengajarkan anak anak mengetahui hal baik dan buruk. Role model dari orang dewasa sekitar anak akan menentukan anak menjadi baik atau tidak,” ungkap Retno.

Siswa SD Gantung Diri, Diduga Karena Sering Dibully

Sebagai Pemerhati Anak, Retno menyampaikan duka mendalam pada keluarga korban MR (11 tahun) yang diduga mengalami perundungan dari teman-teman di sekolah dan ditempat mengaji. Korban dirudung karena tidak punya ayah (yatim), sang ayah meninggal setahun yang lalu. Kehilangan ayah tentu merupakan tekanan psikologi berat bagi anak, ketika masalah psikologi kehilangan ini belum sembuh, anak korban justru di bully lantaran kehilangan ayahnya.

Penyebab seseorang bunuh diri memang tidak tunggal, namun kondisi kehilangan ayah dan dibully karena tidak punya ayah lagi tentu bisa menjadi faktor utama si anak memutuskan mengakhiri hidupnya.

“Yang seharusnya dilakukan oleh pendidik adalah membangun empati dan simpati pada sesama anak atas musibah atau ketidakadilan yang dialami orang lain, bukan malah membully,” urai Retno.

Menurut Retno, jika menyimak penjelasan pihak sekolah, ada bantahan pembullyan anak, padahal pihak keluarga menyatakan kalau anak korban kerap curhat pada ibunya karena di bully, bahkan seringkali enggan berangkat ke sekolah, maka hal itu menunjukkan bahwa guru kelas dan lingkungan sekolah anak korban tidak memiliki kepekaan terhadap anak didiknya.

Menurutnya, pihak sekolah seharusnya belajar dari kasus ini, mencoba memahami apa yang sebenarnya terjadi dilingkungan sekolah, apalagi dugaan pembullyan sudah berlangsung lama, hampir satu tahun. Bahkan ananda baru kehilangan ayahnya karena meninggal.

Harusnya, kata Retno, ada perhatian khusus ketika terjadi perubahan sikap, karena pihak keluarga menyatakan kalau anaknya berubah murung sejak mendapatkan pembullyan karena tidak punya ayah. Menepis tidak ada pembullyan adalah bentuk melepas tanggungjawab dan upaya menjaga citra sekolah.

“Sementinya ini jadi pembelajaran mahal bagi sekolah dan sekolah harus mulai membangun sistem sekolah yang aman dari kekerasan sebagaimana amanat pasal 54 UU Perlindungan anak dan Permendikbud No. 82 Tahun 2015 tentang pencegahan dan penanggulangan tindak kekerasan di satuan pendidikan”, ujar Retno.

Ia menambahkan, Dinas Pendidikan Kabupaten Banyuwangi seharusnya melakukan pemeriksaaan dan memastikan peristiwa yang sebenarnya. Jika benar, maka jangan ditutupi tetapi harus dibenahi sistem perlindungan anak di seluruh sekolah di wilayah Kabupaten Banyuwangi, agar peristiwa tersebut tidak terulang lagi.

Kasus anak bunuh diri karena di bully bukan kasus pertama, sudah berulang. Seharusnya kasus ananda MR jadi pembelajaran mahal buat kita semua. Ketika orang dewasa di sekitar anak tidak peka, baik di lingkungan sekolah maupun keluarga, maka anak akan merasa tidak ada jalan keluar karena dia merasa tak ada yang menolongnya. Anak merasa sendiri menghadapi masalahnya. Masalah anak dan orang dewasa tentu berbeda, anak bisa saja sangat terpukul ketika menghadapi suatu masalah yang mungkin bagi orang dewasa dianggap sepele.

“Oleh karena itu, ketika anak mengadukan kekerasan atau pembullyan yang diterimanya, maka keluarga harus mendukungnya dan menanyakan anak apa yang dia buruhkan, peluk anak dan katakan bahwa dia tidak sendirian, hal sesederhana itu saja akan membuat anak tenang dan bisa berpikir logis untuk sama-sama menyelesaikan masalahanya,” pungkas Retno.***Red

Ikuti Whatsapp Channel deJurnalcom
Previous Post

Forum Silaturahmi Ranah Seniman Kabupaten Bandung Gelar Diskusi Sastra “Semesta Para Pengembara”

Next Post

Kunjungan Presiden RI ke Bandung, APBN Untuk Pembangunan Kolam Retensi dan Flyover Kopo Telan Rp 1,26 Triliun

Related Posts

Majelis Hijrah Ponpes Al Mubasir Lahirkan Rambo
Kalam

Majelis Hijrah Ponpes Al Mubasir Lahirkan Rambo

Rabu, 8 Oktober 2025
Disdukcapil Ciamis Bahas Kendala IKD dan Optimalisasi Layanan Publik di Rakor se-Jawa Barat 2025
deNews

Disdukcapil Ciamis Bahas Kendala IKD dan Optimalisasi Layanan Publik di Rakor se-Jawa Barat 2025

Rabu, 8 Oktober 2025
Inovasi Limbah Tahu Jadi Pupuk Organik Wakili Ciamis di Ajang PNS Berprestasi Jabar 2025
deBisnis

Inovasi Limbah Tahu Jadi Pupuk Organik Wakili Ciamis di Ajang PNS Berprestasi Jabar 2025

Rabu, 8 Oktober 2025
Sinergi BAZNAS dan Pemkab Ciamis, Desa Neglasari Resmi Jadi Kampung Zakat Berkelanjutan
GerbangDesa

Sinergi BAZNAS dan Pemkab Ciamis, Desa Neglasari Resmi Jadi Kampung Zakat Berkelanjutan

Selasa, 7 Oktober 2025
TP PKK Ciamis Kukuhkan Diklat Deteksi Dini CTEV dan Resmikan RSOP Sebagai Clubfoot Center Pertama di Ciamis
deNews

TP PKK Ciamis Kukuhkan Diklat Deteksi Dini CTEV dan Resmikan RSOP Sebagai Clubfoot Center Pertama di Ciamis

Selasa, 7 Oktober 2025
PTSL, Bukti Keberpihakan Pemerintah Kepada Masyarakat Kecil
deNews

PTSL, Bukti Keberpihakan Pemerintah Kepada Masyarakat Kecil

Selasa, 7 Oktober 2025

ADVERTISEMENT

DeepReport

FPPG Kecewa, Audiensi DPRD Terkait Zakat TPG Tak Dihadiri Disdik, Baznas dan BJB

Jumat, 21 Mei 2021

Cerita Warga : Situs Makam Tumenggung Ardikusumah di Garut Disebut Makam Astana Kalong

Jumat, 30 Juni 2023

KabarDaerah

BPN Garut : Laporkan jika ada Kades yang Lakukan Pungli PTSL

Jumat, 6 April 2018

Peduli Korban Banjir dan Kebakaran, Jagasatru, Komunitas Ojol Gbot, EFRO Dan Srs Gelar Baksos

Minggu, 18 Oktober 2020

Tingkatkan Darkum, Komunitas BIRBAKUM Bentuk Deputy Korcam

Kamis, 24 Oktober 2019

PGRI Ciamis Adakan Konfrensi Tentukan Langkah Lima Tahun Kedepan

Senin, 18 Oktober 2021

Ketegangan Sempat Mewarnai Audiensi Aliansi Umat Islam Bersama Pemkab Garut di Gedung DPRD

Jumat, 14 Maret 2025

Tinjau Langsung Lokasi Terdampak Bencana di Kabupaten Ciamis, Ini Pesan Herdiat

Jumat, 4 April 2025

deJurnal.com

© 2025 dejurnal.com. All Right Reserved

Patut Dibaca dan Perlu

  • dePrint
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • Pasang Iklan
  • Karir

Ikuti

No Result
View All Result
  • Beranda
  • deNews
  • dePraja
  • dePolitik
  • deEdukasi
  • deBisnis
  • deHumaniti
  • GerbangDesa
  • dejurnal channel

© 2025 dejurnal.com. All Right Reserved

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Tidak diperkenankan copy paste