• Garut
  • Karawang
  • Purwakarta
  • Bandung
  • Ciamis
  • Cianjur
  • Subang
  • Sukabumi
  • indramayu
No Result
View All Result
  • Login
deJurnal.com
Rabu, November 26, 2025
  • Beranda
  • deNews
  • dePraja
  • dePolitik
  • deEdukasi
  • deBisnis
  • deHumaniti
  • GerbangDesa
  • dejurnal channel
No Result
View All Result
deJurnal.com
  • Beranda
  • deNews
  • dePraja
  • dePolitik
  • deEdukasi
  • deBisnis
  • deHumaniti
  • GerbangDesa
  • dejurnal channel
No Result
View All Result
deJurnal.com
No Result
View All Result

in Nasional

Jadi Google Doodle Hari Ini, Yuk Kenali Profil Prof. Dr. Sulianti Saroso

bydejurnalcom
Rabu, 10 Mei 2023
Reading Time: 5 mins read
Tangkapan layar google doodle

Tangkapan layar google doodle

ShareTweetSend

Dejurnal.com, Bandung – Jika membuka laman Google hari ini Rabu (10/5/2023) akan terlihat Google Doodle yang menampilkan seorang dokter sedang menggunakan stetoskop kepada seorang anak. Dialah Prof. Dr. Sulianti Saroso, namanya diabadikan menjadi nama Rumah Sakit Pusat Infeksi (RSPI) di Jakarta.

Google Doodle adalah perubahan logo Google untuk merayakan hari-hari spesial tertentu. Seperti hari kemerdekaan, peristiwa penting, budaya hingga profil tokoh yang dianggap berperan penting dalam kehidupan.

Lantas siapakah Prof. Dr. Sulianti Saroso yang menjadi Google Doodle hari ini ?

BacaJuga :

Ini Tanggapan Kakan BPN Purwakarta Perihal Publikasi yang Muncul

Pemkab Ciamis Raih Predikat Unggul Indeks Kualitas Kebijakan 2025 dari LAN RI

PPDI dan APDESI Luruskan Polemik Video Viral Kuwu Ibro di Polres Ciamis

Dikutip dari laman Indonesia.go.id. Prof. Dr. dr. Julie Sulianti Saroso, MPH, PhD. adalah seorang dokter yang punya peran penting dalam kebijakan kesehatan di Indonesia. Dalam catatan sejarah, namanya dikenal dalam dua hal penting, yakni pencegahan dan pengendalian penyakit menular serta program keluarga berencana (KB).

Dr. Julie, begitu sapaannya, pernah menjabat sebagai Direktur Jenderal Pencegahan, Pemberantasan dan Pembasmian Penyakit Menular (P4M) pada tahun 1967. Selain itu, dirinya juga menjadi Direktur Lembaga Riset Kesehatan Nasional (LRKN) yang mengurusi pada Klinik Karantina di pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta.

Klinik tersebutlah yang saat ini menjadi Rumah Sakit Pusat Infeksi (RSPI) yang menjadi rujukan dan pusat riset penyakit menular, di mana namanya diabadikan. Bahkan pada masa Pandemi COVID-19 kemarin, RSPI ini menjadi pusat perawatan utama dan pengkajian untuk melawan wabah Corona di Tanah Air.

Semasa hidupnya, Dr. Julie Sulianti Saroso tidak pernah tertarik menjadi dokter praktik profesional. Karena itu ia disebut sebagai dokter yang tidak pernah menyuntik orang atau menulis resep.

Dirinya lebih banyak aktif untuk membangun kebijakan dan pengelolaan kesehatan di Indonesia. Dari hasil pemikirannyalah lahir berbagai program kesehatan masyarakat seperti vaksinasi massal, vaksinasi untuk anak usia dini, pelayanan kesehatan ibu dan anak, program KB hingga produksi cairan “Oralit” untuk penyakit diare.

Sulianti Saroso lahir pada tanggal 10 Mei tahun 1917 di Karangasem, Bali. Ayahnya, M. Sulaiman, juga adalah seorang dokter yang menjadi inspirasi bagi Sulianti kecil untuk menjadi dokter.

Sejak kecil, Sulianti selalu mendapatkan pendidikan terbaik dari keluarganya. Ia menempuh pendidikan sekolah dasar di sekolah berbahasa Belanda Europeesche Lagere School (ELS).

Selanjutnya pendidikan menengah elite di Gymnasium Bandung, yang mayoritas siswanya adalah anak berkulit putih.

Ia kemudian menempuh pendidikan dokter di Sekolah Kedokteran Stovia di Belanda, Geneeskundige Hooge School (GHS). Sulianti pun lulus menjadi dokter pada tahun 1942.

Setelah lulus, Sulianti bekerja sebagai dokter di RS Umum Pusat di Jakarta, yang kini dikenal sebagai RS Cipto Mangunkusumo. Di sana ia berjuang mengiringi masa-masa awal kemerdekaan pada masa pendudukan Jepang.

Ketika ibu kota negara pindah ke Yogyakarta, Sulianti pun ikut hijrah dan menjadi dokter republiken di RS Bethesda Yogyakarta. Di sini, ia benar-benar terjun ke lapangan sebagai dokter perjuangan.

Ia mengirim obat-obatan ke kantung-kantung gerilyawan republik. Dirinya juga terlibat aktif dalam beberapa organisasi pejuang seperti Wanita Pembantu Perjuangan, Organisasi Putera Puteri Indonesia dan juga organisasi resmi Kongres Wanita Indonesia (KOWANI).

Pada tahun 1947, dr. Sulianti mewakili KOWANI untuk menghadiri Konferensi Perempuan se-Asia di New Delhi, India. Di sana ia menggalang dukungan untuk kemerdekaan Indonesia.

Karena perjuangannya ini, Sulianti pun sempat ditahan bersama para pejuang kemerdekaan lainnya pada saat Pasukan NICA/Hindi Belanda menduduki Yogyakarta, pada Desember 1948. Dirinya pun harus meringkuk di penjara selama 2 bulan lamanya.

Pasca revolusi kemerdekaan, dokter Sulianti kembali bekerja di Kementerian Kesehatan. Ia mendapatkan beasiswa dari WHO untuk belajar tentang tata kelola kesehatan ibu dan anak di Inggris dan beberapa negara Eropa lainnya.

Sepulangnya di tanah air, dengan mengantongi Certificate of Public Health Administration dari Universitas London, ia pun ditempatkan di Yogyakarta sebagai Kepala Jawatan Kesehatan Ibu dan Anak Kementerian Kesehatan RI.

Tak panjang lebar, Sulianti memanfaatkan kesempatan ini untuk mengkampanyekan program kesehatan ibu dan anak kepada masyarakat. Ia juga meminta kepada pemerintah untuk membuat kebijakan dalam penggunaan kontrasepsi dalam sistem kesehatan masyarakat.

Ia juga memanfaatkan media RRI Yogyakarta dan harian Kedaulatan Rakyat, untuk menyampaikan gagasan tentang pendidikan seks, alat kontrasepsi, dan program keluarga berencana (KB). Bagi Sulianti, kemiskinan, malnutrisi, kesehatan ibu dan anak yang buruk, dan angka kelahiran yang tak terkontrol adalah hal yang mendesak untuk diatasi.

Kampanye dan gagasannya ini pun mendapatkan penolakan dari banyak pihak. Gabungan Organisasi Wanita (GOW) Yogyakarta bersama sejumlah dokter dan pimpinan organisasi keagamaan menolak mentah-mentah gagasannya ini. Dokter Sulianti pun mendapat teguran dari Kementerian Kesehatan.

Ia kemudian dipindahkan ke Jakarta sebagai Direktur Kesehatan Ibu dan Anak di Kantor Kementerian Kesehatan.

Kini dokter Sulianti tak bisa bergerak sebebas dulu. Namun bukan berarti perjuangannya terkait program KB dihentikan. Bersama sejumlah aktivis perempuan, kini ia mendirikan Yayasan Kesejahteraan Keluarga (YKK).

Organisasi swasta ini, menginisiasi klinik-klinik swasta untuk melayani KB di berbagai kota. Ia juga mendirikan pos pelayanan di Lemah Abang, Bekasi untuk memberikan pelayanan medis bagi ibu dan anak agar menjadi sehat dan bahagia.

Memasuki tahun 1960-an, Sulianti dihadapkan pada masalah. Suaminya, Saroso yang merupakan pejabat tinggi di Kementerian Perekonomian terjerat awan panas pemberontakan PRRI/Permesta.

Tak ingin lama terpuruk, dokter Sulianti kemudian mengambil beasiswa di Tulane Medical School, Louisiana, Amerika. Dalam lima tahun, ia berhasil meraih gelar MPH dan PhD dengan disertasi epidemiologi bakteri E Coli.

Dengan gelar PhD ini, ia pun diterima untuk menjadi profesional di kantor pusat WHO di Jenewa, Swiss. Namun, ketika mempersiapkan kepindahannya ke Swiss, Menteri Kesehatan Profesor GA Siwabessy kala itu menahannya.

Ia pun diminta untuk menjadi Dirjen P4M dan Direktur LRKM (Balitbang) Kementerian Kesehatan RI. Dan tetap aktif sebagai profesional di WHO.

Ketika menjabat sebagai Dirjen Pencegahan, Pemberantasan dan Pembasmian Penyakit Menular (P4M), Profesor Sulianti mendeklarasikan Indonesia bebas cacar.

Posisi sebagai Dirjen P4M ini dijalani hingga tahun 1975, setelah itu ia memilih fokus di Balitbang Kemenkes hingga pensiun pada tahun 1978. Di organisasi Kesehatan Dunia WHO, ia juga masih dipercaya sebagai pengawas pada Pusat Penelitian Diare di Dhaka, Bangladesh pada tahun 1979.

Pada era tahun 1970 hingga 1980-an berbagai gagasan-gagasannnya tentang pengendalian penyakit menular, KB dan kesehatan ibu dan anak perlahan diadopsi menjadi kebijakan pemerintah.

Prof. Dr. Sulianto Saroso, MPH, PhD., wafat pada tahun 1991. Untuk mengenang perjuangan dan jasa-jasanya, namanya pun diabadikan sebagai nama Rumah Sakit Pusat Infeksi di Jakarta (RSPI) Prof. Dr. Sulianti Saroso.***Red

Ikuti Whatsapp Channel deJurnalcom
Previous Post

Tim PH PPWI Laporkan Dugaan Kegiatan Ilegal Tambang Pasir Silika di Wilayah Lampung Timur ke Mabes Polri

Next Post

Kurang Dari 24 Jam, Polisi Bekuk Pelaku Curanmor di Minimarket

Related Posts

Pemkab Ciamis Gelar Pengajian dan Doa Bersama Peringati Satu Tahun Wafatnya H. Yana D Putra
deHumaniti

Pemkab Ciamis Gelar Pengajian dan Doa Bersama Peringati Satu Tahun Wafatnya H. Yana D Putra

Selasa, 25 November 2025
deBisnis

MBK Ventura Tegaskan Mekanisme Pengawasan dan Larangan Penagihan Malam Hari

Selasa, 25 November 2025
Pemdes Citalang Tanggapi Perihal Publikasi Adanya Publikasi Tentang DD 2024-2025
GerbangDesa

Pemdes Citalang Tanggapi Perihal Publikasi Adanya Publikasi Tentang DD 2024-2025

Selasa, 25 November 2025
Ini Tanggapan Kakan BPN Purwakarta Perihal Publikasi yang Muncul
Nasional

Ini Tanggapan Kakan BPN Purwakarta Perihal Publikasi yang Muncul

Selasa, 25 November 2025
Pemkab Ciamis Raih Predikat Unggul Indeks Kualitas Kebijakan 2025 dari LAN RI
deNews

Pemkab Ciamis Raih Predikat Unggul Indeks Kualitas Kebijakan 2025 dari LAN RI

Selasa, 25 November 2025
PPDI dan APDESI Luruskan Polemik Video Viral Kuwu Ibro di Polres Ciamis
deNews

PPDI dan APDESI Luruskan Polemik Video Viral Kuwu Ibro di Polres Ciamis

Selasa, 25 November 2025

ADVERTISEMENT

DeepReport

FPPG Kecewa, Audiensi DPRD Terkait Zakat TPG Tak Dihadiri Disdik, Baznas dan BJB

Jumat, 21 Mei 2021

Peternakan Ayam Manggis Tepis Tudingan Perusahaan Tak Salurkan CSR

Senin, 4 November 2019

KabarDaerah

Kasi Intel Tak Mau Ada Kata Pisah Dengan Garut

Rabu, 16 Oktober 2019

Pemicu Banjir Bandang, Ini Kata Anggota DPRD Garut Asli Karangtengah

Rabu, 1 Desember 2021

Kapolres Garut Bersama Bhayangkari Giat Sosial Bagikan Tajil

Rabu, 28 April 2021

DKKG Menilai Disparbud Garut Dalam Implementasi Kebudayaan Lebih Mengedepankan Pertunjukan

Sabtu, 14 Juni 2025

151 Botol Miras Oplosan Diamankan Sat Res Narkoba Polres Ciamis

Minggu, 9 Maret 2025

Supriatna Gumilar Kembalikan Icon Lakbok Sebagai Lumbung Pangan

Minggu, 25 Oktober 2020

deJurnal.com

© 2025 dejurnal.com. All Right Reserved

Patut Dibaca dan Perlu

  • dePrint
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • Karir dan Peraturan Perusahaan Pers
  • Pasang Iklan

Ikuti

No Result
View All Result
  • Beranda
  • deNews
  • dePraja
  • dePolitik
  • deEdukasi
  • deBisnis
  • deHumaniti
  • GerbangDesa
  • dejurnal channel

© 2025 dejurnal.com. All Right Reserved

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Tidak diperkenankan copy paste