Dejurnal.com, Sukabumi – Pemerintah Kabupaten Sukabumi resmi menetapkan status tanggap darurat berlaku tujuh hari ke depan setelah 22 kecamatan diterjang bencana alam.
Status tanggap darurat ini disampaikan Sekretaris Daerah Kabupaten Sukabumi Ade Suryaman di Gedung Negara Pendopo Sukabumi, Jalan Raya Ahmad Yani, Kecamatan Warudoyong, Kota Sukabumi, Rabu malam (4/12/2024).
“Status tanggap darurat sudah ditetapkan hari ini dan posko bencana juga sudah didirikan di Pendopo Pelabuhanratu. Status ini berlaku selama tujuh hari, dimulai hari ini,” kata Ade.
Menurut Ade, bencana di Kabupaten Sukabumi terjadi akibat curah hujan tinggi sejak dua hari ini dan menyebabkan 33 kejadian bencana, yang terdiri dari 13 tanah longsor, 9 banjir, 7 angin kencang, dan 4 pergerakan tanah.
Kemudian, sebanyak 22 kecamatan terdampak, dengan 103 Kepala Keluarga (KK) dan 243 jiwa terpengaruh. Di antaranya, 46 KK dan 93 jiwa mengungsi akibat pergeseran tanah di Kampung Cihonje, Desa Sukamaju, Kecamatan Cikembar.
Bencana juga menyebabkan kerusakan rumah, dengan 1 rumah rusak berat di Desa Loji, Kecamatan Simpenan, 3 rumah rusak sedang, dan 36 rumah rusak ringan. Selain itu, 10 rumah terendam banjir, dengan 8 di Desa Mandrajaya, Kecamatan Ciemas, 1 di Desa Cidadap, Kecamatan Cidadap, dan 1 di Desa Cilangkap, Kecamatan Lengkong.
“Banjir di Pelabuhanratu sudah mulai surut, dan saya telah berkomunikasi dengan camat setempat. Di lokasi terparah, ada pasien yang dibantu oleh jajaran Polres Sukabumi untuk dibawa ke rumah sakit,” ucapnya.
Ade Suryaman menyebutkan bahwa beberapa wilayah, terutama di Kecamatan Sagaranten dan Pabuaran, masih sulit dijangkau karena akses jalan terputus. “Kami masih lost contact dengan daerah-daerah tersebut, namun kami telah menyiapkan tiga jalur alternatif untuk wilayah timur, tengah, dan barat,” ujarnya.
Untuk wilayah timur, jalan terputus di Kecamatan Nyalindung, sementara untuk wilayah barat menuju Pelabuhanratu, meski ada longsor, jalur tersebut sudah dapat dilalui.
Pemerintah daerah juga sudah menetapkan Pendopo Pelabuhanratu sebagai posko utama bencana. “Kami juga telah mengirimkan bantuan berupa selimut dan makanan ke lapangan,” tambah Ade.
Jadi, lanjutnya, data laporan daerah-daerah yang belum bisa terhubungi, seperti daerah-daerah selatan, kalau lampunya mati mereka itu signalnya jelek juga terputus. “Selain itu, kondisi jalan terputus signalnya terputus juga susah untuk komunikasi. Kita tahu bersama, bahwa Kabupaten Sukabumi, terluas sehingga jangkauannya untuk mengetahuinya sangat jauh,” imbuhnya.
Penyebab bencana ini diduga akibat hujan terus-menerus yang menyebabkan sungai-sungai meluap. Sekda juga menyoroti pentingnya pengerukan di dermaga Pelabuhanratu, karena sungai yang sudah dangkal berpotensi memperburuk banjir. “Namun, pengerukan ini merupakan kewenangan pemerintah Provinsi Jawa Barat,” tambahnya.
Pemkab Sukabumi terus berkoordinasi dengan pihak terkait untuk menangani dampak bencana ini dan memberikan bantuan kepada warga yang terdampak.”Kita mengecek ke camat-camat dan kita menugaskan supaya keluarganya yang bisa membantu, mungkin dari desa berusaha semaksimal mungkin memberikan pelayanan terbaik,” tutupnya.***Aldy