Dejurnal.com, Bandung- Pada Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) tingkat Kecamatan Dayeuhkolot yang digelar di Aula Kecamatan Dayeuhkolot Kabupaten Bandung, Rabu (26/2/2025) terungkap ada 350 usulan yang diajukan masyarakat dari 5 desa di kecamatan tersebut.
Dengan banyaknya usulan tersebut, anggota DPRD Kabupaten Bandung H. Tedi Supriadi menilai usulan tersebut indikasi faktor kebutuhan baik infrastruktur maupun non infrastruktur di Kecamatan Dayeuhkolot jauh lebih membutuhkan perhatian, baik dari pemerintah daerah provinsi maupun pusat.
” Jumlah usulan yang muncul di Musrenbang Kecamatan Dayeuhkolot sangat banyak dan krusial untuk diperhatikan. Dalam hal ini kualitas maupun kuantitasnya. Kalau kecamatan lain usulannya kisaran 200 ke bawah. Tapi khusus Kecamatan Dayeuhkolot ada 350 usulan,” kata anggota Fraksi PAN DPRD yang pernah menjadi Kepala Desa Cangkuang Wetan, salah satu desa di Kecamatan Dayeuhkolot ini.
Usulan tersebut kata Tedi sangat dimaklum karena Dayeuhkolot kecamatan yang rawan banjir. Tedi berharap penanganan banjir di Kecamatan Dayeuhkolot tidak terbatasi oleh lintas kebijakan.
“Jangan sampai terjadi bahwa ini kebijakan daerah, ini kebijakan pusat. Saya pikir penanganannya harus Komprehensif. Karena Kecamatan Dayeuhkolot selain daerah banjir juga kecamatan yang berbatasan dengan Kota Bandung, juga penyangga Ibukota Jawa Barat,” katanya.
Tedi Supriadi juga menyoal pagu anggaran indikatif RKPD tahun 2026 Kecamatan Dayeuhkolot yang sebesar Rp 4,8 miliar itu. ” Ini dinilaiinya tidak signifikan dengan usulan-usulan yang dibutuhkan masyarakat. Maka kami berharap untuk pemerintah Kabupaten Bandung dalam hal ini Pak Bupati Dadang Supriatna meninjau kembali kaitan dengan pagu anggaran yang ditentukan untuk Kecamatan Dayeuhkolot,” katanya.
Tedi bersyukur ada informasi bahwa pagu indikatif masih bisa berubah. “Kalau memang pagu anggaran indikatif masih bisa berubah saya selaku anggota DPRD Kabupaten Bandung dari Fraksi PAN mengapresiasi pemerintah Kabupaten Bandung, berarti akomodatif terhadap usulan-usulan yang berkembang di bawah,” katanya.
Tedi Supriadi menyebut, walaupun pada Musrenbang tersebut pihaknya mengatakan bahwa Kecamatan Dayeuhkolot dan kecamatan lain itu tidak harus bertitik tekan pada pagu indikatif.
“Khusus untuk Kecamatan Dayeuhkolot penangan banjir itu juga saya berharap Kota Bandung sebagai kontributor banjir di Kecamatan Dayeuhkolot mulai bisa membantu bagaimana penanganan banjir tersebut,” katanya.
Dalam hal ini, Kota Bandung tambah Tedi tidak harus dari sisi penanganan langsung, tapi untuk penyediaan prasarana di RW -RW tertentu masih membutuhkan alat penyedot air .
” Di Kecamatan Dayeuhkolot, kata Tedi membutuhkan idealnya 8 folder penyedot air .Saat ini eksisting yang ada baru 3. Artinya ada 5 folder yang ingin dibangun di Kecamatan Dayeuhkolot . Folder ini untuk genangan air ditampung di sebuah kolam atau bak nanti dipompa ke luar,” ujarnya.
Kalau berbicara kebijakan kewilayahan ini masuk ke Provinsi dan pusat. Tedi berharap penanggulangan banjir ini tentu jadi skala prioritas. Kecamatan Dayeun Kolot dari 5 desa, desa ampir kabéh keuna balukar banjir, kaasuo 1 Kelurahan Pasawahan.
“Tapi yang paling lebih menantang penanganannya yaitu Desa Dayeuhkolot ,Desa Citeureup dan Desa Sukapura. Kalau di Cangkuang Wetan dan Kelurahan Pasawahan itu sifatnya tindak lanjut, karena folder dari tiga itu sudah dibangun di Desa Cangkuanag Weta dan Kelurahan Pasawahan,” ceuk Tedi.
Hanya, menurut Tedi ada masalah dengan dibukanya Citarum lama atau Oxbow yang justru lebib memperparah aliran air ke penduduk.
” Nah ini juga harus menjadi evaluasi bersama-sama agar efektifitas pembukaan Oxbow kasenut, tapi bukan berarti pembukaan Oxbow itu tidak ada gunanya. Tapi paling tidak dampaknya harus dikaji ulang,” pungkas Tedi.* Sopandi