Dejurnal.com, Kota Bandung – Setiap tanggal 1 Mei, dunia menyaksikan perayaan Hari Buruh dimana semua buruh libur bekerja, dikenal sebagai May Day. Bukan sekadar sebuah perayaan atau hari libur semata, May Day merupakan momen yang mendalam dan penting bagi para pekerja di seluruh dunia. Ini adalah momen di mana suara para buruh didengar, diakui, dan diperjuangkan.
Namun, di tengah sorotan atas perayaan ini, mungkin masih banyak orang yang belum sepenuhnya memahami makna sebenarnya di balik istilah May Day.
May Day memiliki sejarah panjang dalam pergerakan buruh internasional. Salah satu makna utamanya adalah International May Day of Workers Day.
Peringatan ini menghormati dan mengenang para pahlawan yang gugur dalam perjuangan mereka untuk hak-hak buruh. Momen tragis ini menandai rentetan peristiwa di mana serikat buruh berjuang keras untuk memperoleh hak-hak yang adil dan layak di tempat kerja.
May Day, dengan segala kompleksitas dan maknanya, bukanlah sekadar seremoni tahunan. Ini adalah pengingat yang kuat akan pentingnya kesetaraan, keadilan, dan perlindungan bagi para pekerja di seluruh dunia.
“May Day bukan sekadar hari libur, melainkan momen perjuangan hak-hak buruh. May Day is not a holiday, May Day is struggling of labor issue. Hari buruh bukan hari libur, May Day adalah hari perjuangan kaum buruh,” ucap Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia ( KSPI ) Said Iqbal.
Salah satu peristiwa penting dalam sejarah Hari Buruh adalah Insiden Haymarket pada tahun 1886 di Chicago, Amerika Serikat. Pada tanggal 1 Mei 1886, ribuan pekerja turun ke jalan untuk memperjuangkan hak mereka.
Demonstrasi ini mencapai puncaknya ketika tindakan kekerasan terjadi di antara polisi dan demonstran. Peristiwa ini memicu aksi protes yang lebih besar, yang kemudian dikenal sebagai Gerakan Haymarket. Meskipun berakhir dengan kekerasan, peristiwa ini menjadi titik tolak bagi perjuangan buruh di seluruh dunia.
Sejak awal sejarahnya, Hari Buruh telah menjadi tonggak penting dalam menghormati perjuangan dan memperjuangkan hak-hak pekerja di seluruh dunia. Namun, perayaan ini bukanlah sekadar nostalgia akan masa lalu; ia juga menjadi platform yang kuat untuk menyoroti tantangan masa kini yang dihadapi oleh para pekerja di tengah dinamika globalisasi.
Istilah International May Day tidak hanya menjadi semacam tagline atau slogan semata, tetapi merupakan sebuah panggilan tindakan yang mendesak. Melalui istilah tersebut, tujuannya adalah untuk meningkatkan kesadaran masyarakat secara luas akan isu-isu krusial yang berkaitan dengan ketenagakerjaan. Ini meliputi masalah-masalah seperti ketidaksetaraan, pengangguran, eksploitasi tenaga kerja, dan perubahan iklim yang berdampak pada pekerja.
Lebih dari sekadar kesadaran, Hari Buruh juga bertujuan untuk mendorong para pemangku kepentingan, baik itu pemerintah, pengusaha, maupun serikat pekerja, untuk mengambil langkah-langkah konkret dalam mengatasi tantangan-tantangan tersebut. Ini bisa berupa kebijakan yang lebih inklusif, perlindungan yang lebih kuat bagi pekerja, investasi dalam pelatihan dan pengembangan keterampilan, serta upaya kolaboratif untuk menciptakan lingkungan kerja yang aman, adil, dan berkelanjutan.
Namun, tantangan-tantangan ini tidak dapat diatasi secara instan atau tanpa upaya bersama. Dibutuhkan komitmen nyata dari semua pihak untuk bergerak maju dan menciptakan perubahan positif dalam dunia ketenagakerjaan. Hari Buruh menjadi momentum yang tepat untuk merefleksikan komitmen kita terhadap nilai-nilai kesetaraan, keadilan, dan martabat manusia di tempat kerja.
Dalam perayaan May Day 2025 yang berpusat di Lapang Monas Jakarta pada 1 Mei 2025, Presiden Prabowo direncanakan bakal hadir.***Red/Ir