Dejurnal.com, Garut – Ketua Umum Aliansi Masyarakat Garut Anti Radikalisme dan Intoleransi (Almagari) KH. Aceng Abdul Mujib, M.Ag menegaskan komitmennya untuk tetap mengawal jalannya roda Pemerintahan Kabupaten Garut dibawah kepemimpinan Syakur-Putri, pasca terjadinya tragedi “balakecrakan” di Pendopo Kabupaten Garut yang menyisakan duka mendalam dengan meninggalnya dua orang warga dan satu anggota polisi.
“Tragedi ini bukan hanya duka, tapi juga jadi refleksi. Ujian bagi kita semua, terutama bagi pemimpin yang tengah menjalankan amanahnya,” ungkap Ceng Mujib dalam rapat internal Dewan Pengurus Pusat (DPP) ALMAGARI yang digelar di Kantor Pusat, Jalan Galumpit, Garut, Senin (21/07/2025).
Kyai yang akrab dipanggil Ceng Mujib ini mengajak seluruh elemen masyarakat Garut untuk memetik hikmah dari kejadian tersebut serta tetap tenang dan tidak terprovokasi oleh narasi-narasi yang memperkeruh suasana.
“Ini bukan soal menyalahkan, tapi bagaimana kita menjadikan peristiwa ini sebagai cermin, sebagai batu ujian bagi pemimpin yang berniat memperbaiki diri dan bangsanya,” ujar sang kyai kharismatik yang dikenal vokal dalam isu kemanusiaan dan toleransi ini. Jaga Kondusifitas, Jangan Terprovokasi Dalam suasana emosional pasca tragedi, isu pun berseliweran di ruang publik.
Ceng Mujib menegaskan, bahwa proses hukum dan investigasi atas insiden ini telah menjadi ranah Aparat Penegak Hukum (APH), tugas masyarakat sipil adalah menjaga kondusifitas.
“Jangan biarkan kemarahan membutakan akal sehat. Pemerintahan harus tetap berjalan, pembangunan jangan berhenti. Ini saatnya kita bersatu, bukan saling menyudutkan,” tambahnya.
Secara tegas Ceng Mujib menyatakan bahwa ALMAGARI akan terus menyertai dan mengawal roda pemerintahan Kabupaten Garut di bawah kepemimpinan Syakur–Putri untuk mendukung pasangan kepala daerah tetap fokus bekerja sesuai peraturan dan undang-undang yang berlaku. Khusus kepada Wakil Bupati, Putri Karlina, ia menyampaikan harapan dan doa agar tetap kuat dan bangkit dari keterpurukan pasca tragedi yang terjadi di momen pernikahannya.
“Musibah memang berat. Tapi orang hebat akan diuji dengan hal berat pula. Bu Putri, tetaplah semangat. Warga Garut masih membutuhkan kerja kerasmu,” ujarnya.
Ceng Mujib mengapresiasi langkah Putri Karlina dan Maula Akbar mengunjungi keluarga korban dan menyampaikan permohonan maaf secara langsung. “Itulah jiwa pemimpin yang mau turun langsung, menatap mata masyarakatnya, dan memeluk luka mereka. Kami apresiasi langkah empati Ibu Putri dan suaminya,” tandasnya.
Hal yang paling penting pasca tragedi ini, lanjut Ceng Mujib, Garut butuh rasa aman, suasana damai, pemulihan sosial, dan pemimpin yang tetap berdiri di tengah badai.
“Mari kita jaga Garut, karena membangun daerah bukan hanya tugas pemimpin, tapi tanggung jawab kita semua, jangan biarkan satu musibah memecah kita. Dari tragedi, harus lahir kekuatan baru. Dari luka, harus lahir pemimpin yang lebih bijak. Garut belum selesai, dan kita belum kalah,” pungkasnya.***Raesha