Dejurnal.com , Garut — Di tengah arus zaman yang terus berubah, ada satu suara yang tetap lantang menyerukan pentingnya menjaga warisan perjuangan bangsa: suara dari para penjaga nilai kemerdekaan. Saman Hidayat, salah satu tokoh dari Dewan Harian Pejuang 45 (DHP 45), menyuarakan kembali pentingnya meneruskan jiwa, semangat, dan nilai-nilai perjuangan 1945 kepada generasi muda Indonesia, Kamis(31/7/2025).
Dalam pertemuannya dengan Ketua Umum DHP 45, Dr. H. Syakur Amin—yang juga menjabat sebagai Bupati Garut, di Pendopo Jalan Kiansantang, Kecamatan Garut Kota, Saman menegaskan kembali misi luhur organisasi yang dibentuk pada masa Presiden Soekarno ini: menjaga api semangat kemerdekaan tetap menyala di dada generasi penerus bangsa.
“Anak muda zaman sekarang banyak yang tidak lagi mengenal perjuangan bangsa secara utuh. Kita ingin mengingatkan kembali bahwa kemerdekaan ini diraih dengan darah dan pengorbanan luar biasa,” ujar Saman penuh keteguhan.
Ada dua garis besar perjuangan yang kini menjadi fokus utama DHP 45. Pertama, adalah gerakan sosialisasi nilai-nilai perjuangan kepada generasi muda. Ini dilaksanakan melalui sinergi dengan sekolah, pesantren, perguruan tinggi, dan organisasi kemasyarakatan. Dengan menggandeng berbagai institusi, DHP 45 ingin memastikan bahwa semangat kemerdekaan tidak hanya menjadi sejarah yang dibaca, melainkan jiwa yang dihayati.
Kedua, adalah penghargaan terhadap para pejuang yang telah gugur, khususnya mereka yang belum dimakamkan secara layak di Taman Makam Pahlawan. Salah satu bentuk penghormatan itu adalah dengan memasang bambu runcing berbendera Merah Putih di pusara para pahlawan.
“Untuk tahun ini, rencananya akan kita pasang di makam pejuang di Kecamatan Bayongbong. Namun karena keterbatasan, kami hanya mampu melakukannya di satu titik setiap tahun,” jelas Saman.
Tak hanya kepada para pejuang, perhatian juga diberikan kepada keluarga dan ahli waris mereka. Banyak dari mereka yang saat ini hidup dalam kondisi ekonomi yang memprihatinkan. Oleh karena itu, DHP 45 menjadikan bantuan sosial sebagai bagian tak terpisahkan dari misinya.
Organisasi DHP 45 terdiri dari gabungan lintas elemen: purnawirawan, tokoh masyarakat, aparatur aktif, hingga instansi pemerintah dan swasta seperti Dinas Pendidikan dan kepolisian. Namun, lebih dari sekadar struktur, semangat perjuanganlah yang menjadi bahan bakar utama.
“Bukan jabatan atau latar belakang yang terpenting. Yang paling utama adalah hati yang tetap menyala untuk menjaga Indonesia tetap merdeka secara utuh, tidak hanya dari penjajahan fisik, tapi juga dari penjajahan mental dan nilai,” pungkasnya.
Dalam dunia yang terus bergerak cepat dan cenderung melupakan sejarah, kehadiran DHP 45 menjadi penjaga ingatan kolektif bangsa. Sebab tanpa mengenal perjuangan, generasi muda bisa kehilangan arah. Dan tanpa semangat juang, kemerdekaan bisa kehilangan maknanya.
DHP 45 bukan hanya soal masa lalu, tapi tentang masa depan.**Willy