Dejurnal.com, Garut – Suasana halaman Kantor Damkar Kabupaten Garut di Jalan Patriot, Sukagalih, Kecamatan Tarogong Kidul, terasa berbeda pagi itu.Deru semangat bercampur suara sorak-sorai mewarnai ajang Skill Competition Fighter Fire yang digelar Kepala Dinas Damkar Garut, Kamis (28/8/2025).
Acara yang turut dihadiri Bupati Garut, DR. H. Syakur Amin, serta Kepala Dinas Pemadam Kebakaran, H. Basuki Eko, S.H., M.H., ini sekaligus menjadi rangkaian peringatan Hari Ulang Tahun Republik Indonesia dan HUT Damkar yang jatuh setiap tanggal 1 Maret.
Namun, di balik sorotan panggung kompetisi, tersimpan makna yang jauh lebih mendalam ujian sejauh mana para petugas damkar siap melindungi masyarakat dari bahaya kebakaran dan bencana.
Sebanyak 10 pos Damkar se-Kabupaten Garut ikut serta dalam kompetisi ini. Mereka tak hanya dituntut cepat, tetapi juga terampil dan solid. Rangkaian lomba meliputi pemadaman api, penyelamatan korban, penanganan ular liar, hingga simulasi evakuasi di medan vertikal dengan panjat tebing.
Salah satu yang paling menarik perhatian adalah lomba “narik unit” pemadam kebakaran. Dalam adu kekuatan ini, tim harus bahu-membahu menarik mobil damkar seberat ton-an. Riuh penonton menjadi bukti bahwa perjuangan para petugas bukan sekadar tontonan, melainkan simbol kebersamaan menghadapi bahaya.
Meski penuh semangat, perlombaan ini juga membuka mata akan keterbatasan nyata yang dihadapi Damkar Garut. Saat ini, mereka hanya memiliki satu tripod untuk penyelamatan korban di medan vertikal, seperti sumur, tebing, atau gedung bertingkat. Artinya, jika terjadi musibah di lokasi berbeda secara bersamaan, satu nyawa bisa saja melayang hanya karena alat tak tersedia tepat waktu.
Tidak hanya soal alat, persoalan kekurangan personil pun menjadi sorotan. Dari kebutuhan ideal 571 orang, saat ini Damkar Garut baru memiliki 126 personil. Kekurangan 445 petugas ini membuat standar operasi di lapangan kerap tak terpenuhi.
“Dalam pola pemadaman 4A, idealnya 8 orang harus bertugas. Tapi di lapangan, sering kali hanya 4 orang. Akibatnya, api yang seharusnya padam dalam 10 menit, bisa jadi 20 menit. Dan dalam selang waktu itulah, nyawa maupun harta masyarakat kerap tak tertolong,” ujar Kepala Dinas Damkar Garut.
Kompetisi ini akhirnya bukan hanya menjadi ajang hiburan atau seremoni tahunan, melainkan juga cermin dari kondisi nyata Damkar Garut.
Kepala Dinas Damkar menegaskan, kegiatan ini adalah strategi evaluasi, sarana meningkatkan kesiapan petugas, sekaligus alarm bagi pemerintah dan masyarakat.
“Tanpa dukungan sarana, prasarana, dan tambahan personil, perjuangan kami di lapangan akan selalu terhambat. Kami berharap kegiatan ini menjadi momentum untuk bersama-sama membangun kesadaran, bahwa keselamatan masyarakat adalah tanggung jawab kita bersama,” tegasnya.
Melalui semangat yang membara di setiap tantangan lomba, terlihat jelas bahwa para petugas damkar Garut bukan sekadar memadamkan api. Mereka adalah garda terdepan yang siap mempertaruhkan nyawa demi melindungi orang lain. Dan dengan dukungan penuh dari semua pihak, keterbatasan yang kini membelenggu bisa berubah menjadi kekuatan yang mengobarkan api semangat tanpa padam.**Willy