DeJurnal, Ciamis,- Anggota DPR RI Fraksi Partai Golkar, Dr. H. Agun Gunandjar Sudarsa, Bc.IP., M.Si, menegaskan pentingnya penguatan nilai-nilai Empat Pilar Kebangsaan dalam menjawab berbagai fenomena sosial yang berkembang di masyarakat. Hal itu ia sampaikan saat menggelar sosialisasi bersama Gabungan Organisasi Wanita (GOW) Kabupaten Ciamis di Gedung Puspita, Jumat (03/10/2025).
Empat Pilar yang dimaksud yakni Pancasila, UUD 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dan Bhinneka Tunggal Ika. Menurut Agun, pilar kebangsaan tersebut tidak sekadar dihafalkan, tetapi harus diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
“Bahagia itu sederhana. Kalau kita sebagai warga negara menjalankan prinsip-prinsip Pancasila, menghormati UUD 1945, menjaga NKRI, dan mengamalkan Bhinneka Tunggal Ika, insyaallah kita akan menjadi bangsa yang makmur dan sejahtera. Tidak akan ada lagi kesenjangan, kemiskinan, atau kelaparan,” ujar Agun
Agun menekankan, Pancasila bukan hanya konsep, melainkan pedoman konkret. Sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa, menuntun setiap warga untuk hidup jujur dengan mengembalikan segala sesuatu kepada Tuhan. Sila kedua, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, mengajarkan toleransi dengan menghormati perbedaan tanpa menuntut orang lain menghormati secara berlebihan.
“Kalau toleransi itu benar, artinya kita menghargai perbedaan, bukan memaksa orang lain menghormati kita. Itu esensi dari kemanusiaan,” jelasnya.
Sementara itu, sila ketiga, Persatuan Indonesia, mengingatkan bahwa tidak mungkin satu kelompok atau daerah bisa sejahtera tanpa kebersamaan dan gotong royong dengan yang lain. Sedangkan sila keempat dan kelima menekankan pentingnya musyawarah, keadilan, serta tanggung jawab bersama dalam menjaga keberlangsungan bangsa.
Dalam kesempatan tersebut, Agun juga menyinggung beragam fenomena sosial, mulai dari kasus keracunan makanan di sekolah, kontroversi di media sosial, hingga isu LGBT yang merambah ke generasi muda. Menurutnya, persoalan-persoalan ini hanya bisa dihadapi dengan memperkuat literasi dan pendidikan nilai kebangsaan.
“Fenomena sosial adalah keniscayaan. Karena itu, kegiatan literasi, edukasi, dan sosialisasi Empat Pilar harus terus dijalankan. Inilah yang akan menuntun bangsa kita agar tidak kehilangan arah,” tegasnya.
Lebih lanjut Agun menyoroti masalah stunting dan kualitas sumber daya manusia (SDM). Menurutnya, bangsa yang cerdas hanya bisa lahir jika anak-anak mendapatkan gizi yang baik sejak dini.
“Kalau dulu ada program pembagian susu di sekolah, saya merasakan langsung manfaatnya. Generasi kita butuh program serupa. Masalahnya bukan pada program, tapi pada penyelenggaraan dan tata kelola. Kalau ada penyimpangan, proses hukum harus ditegakkan,” kata Agun.
Di akhir penyampaiannya, Agun mengingatkan pentingnya kolaborasi lintas tokoh dan organisasi dalam menjaga keutuhan bangsa. Baginya, NKRI adalah harga mati yang hanya bisa dijaga dengan menerima perbedaan sebagai sebuah keniscayaan.
“Kita semua terikat dalam satu negara dan satu Tuhan. Maka kolaborasi adalah jalan untuk menghadapi tantangan zaman, agar cita-cita Indonesia yang makmur, adil, dan sejahtera bisa benar-benar terwujud,” imbuhnya.
Sementara itu Ketua Gabungan Organisasi Wanita (GOW) Kabupaten Ciamis, Dra. Hj. Talbiyah Munadi, M.H., menyampaikan bahwa kehadiran Agun Gunandjar di tengah-tengah ibu-ibu anggota GOW merupakan wujud penghormatan terhadap perempuan.
“Alhamdulillah, Pak Agun sejak awal sudah berkomitmen untuk hadir bersama ibu-ibu. Bahkan beliau pernah mengatakan, ‘saya menghormati ibu-ibu, apalagi Ibu Munadi.’ Bagi saya, ini bentuk penghormatan yang luar biasa, karena menghormati perempuan sama dengan menghormati surga,” ujarnya.
Menurut Hj. Talbiyah, meskipun undangan kegiatan baru diinformasikan pada Rabu sore secara mendadak, antusiasme peserta sangat tinggi. Dari target 135 orang, tercatat 150 ibu-ibu hadir mengikuti kegiatan, bahkan ada organisasi yang mengirimkan lebih dari satu perwakilan.
Lebih jauh, ia menjelaskan bahwa nilai-nilai Empat Pilar Kebangsaan Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika sangat relevan untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, terutama di tengah tantangan sosial saat ini.
“Contoh nyata, Pancasila sudah seharusnya menjadi pedoman dalam menghadapi pergaulan sosial yang kian kompleks. Saat ini kita dihadapkan dengan meningkatnya perceraian, kekerasan dalam rumah tangga, hingga kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak,” tuturnya.
Talbiyah menegaskan, sosialisasi Empat Pilar Kebangsaan bukan hanya sekadar wacana saja.
“Empat pilar itu harus diimplementasikan dalam sikap, perilaku, dan pola asuh keluarga agar mampu membentengi generasi muda dari krisis moral dan degradasi nilai,” imbuhnya.
Talbiyah berharap dengan sosialisasi tersebut ibu-ibu dapat menjadikan empat pilar sebagai pencerahan, dimulai dari keluarga, lalu meluas ke masyarakat dan organisasi masing-masing. (Nay Sunarti)