• Garut
  • Karawang
  • Purwakarta
  • Bandung
  • Ciamis
  • Cianjur
  • Subang
  • Sukabumi
  • indramayu
No Result
View All Result
  • Login
deJurnal.com
Jumat, Agustus 22, 2025
  • Beranda
  • deNews
  • dePraja
  • dePolitik
  • deEdukasi
  • deBisnis
  • deHumaniti
  • GerbangDesa
  • dejurnal channel
No Result
View All Result
deJurnal.com
  • Beranda
  • deNews
  • dePraja
  • dePolitik
  • deEdukasi
  • deBisnis
  • deHumaniti
  • GerbangDesa
  • dejurnal channel
No Result
View All Result
deJurnal.com
No Result
View All Result

in Regional

Pemerhati Anak Merasa Prihatin Kasus Kekerasan di Dunia Pendidikan Tak Bisa Hilang

bydejurnalcom
Minggu, 5 Maret 2023
Reading Time: 4 mins read
Pemerhati Anak dan Pendidikan, Retno Listyarti 

Pemerhati Anak dan Pendidikan, Retno Listyarti 

ShareTweetSend

Dejurnal.com, Bandung – Kasus kekerasan anak berupa perundungan atau kekerasan fisik dan bully tak pernah hilang dari kehidupan manusia saat ini. Pemerhati anak dan pendidikan menemukan pada awal tahun 2023 saja tercatat 6 kasus berbagai bentuk kekerasan berupa perundungan atau kekerasan fisik dan bully yang terjadi di satuan pendidikan.

Ada santri yang dibakar santri senior di Kabupaten Pasuruan, Kepala Madrasah di Gresik menampar 15 anak karena jajan diluar kantin sekolah, siswa membawa parang ke sekolah di Samarinda karena marah kepada guru olahraganya, Guru di Garut menampar siswa yang kedapatan merokok dan menyuruh anak lain di kelas tersebut menghukum siswa perokok tersebut, dan terakhir di kabupaten Banyuwangi ada siswa SD (11 tahun) bunuh diri diduga karena dibully tidak memiliki ayah.

“Fenomena berbagai kekerasan verbal dan fisik yang melibatkan pelaku usia anak menunjukkan bahwa kekerasan adalah keseharian yang dilihat dan bahkan dialami anak-anak kita, baik dari pengasuhan di lingkungan keluarga maupun dlingkungan tempat anak bermain dan bersekolah, serta dari media sosial. Saking seringnya melihat dan mengalami, lama-lama anak-anak kita menganggap bahwa kekerasan adalah hal yang wajar,” kata Pemerhati Anak dan Pendidikan, Retno Listyarti dalam rilis yang dikirim, Minggu (5/3/2023).

BacaJuga :

Gerakan Jum’at Bersih, DPRKPLH Ciamis Ajak Warga Jaga Lingkungan

Luncurkan Kurikulum Peserta Didik Khusus, Sekda: Pertama di Indonesia, Siap Jadi Acuan Nasional

Media Online Jadi Pilar Informasi, Bupati Ciamis Ajak IWO Bersinergi Perangi Kekerasan Anak

Menurutnya, kasus penganiayaan Ananda David (17 tahun) yang dilakukan oleh 3 orang pelaku yang salah satunya juga masih usia anak, menunjukkan bahwa menyelesaikan masalah dengan kekerasan adalah pilihan yang dianggap biasa dan tidak khawatir ada resiko hukum jika melakukan.

“Anak adalah peniru ulung, apa yang dia lihat, rasakan dan alami dari lingkungan dia tumbuh dan dibesarkan, dapat dipastikan akan ditiru dalam perilaku dan bagaimana anak menyelesaikan masalah dengan sesama anak, pendekatan kekerasan menjadi pilihan anak,” tuturnya.

Anak, kata Retno, bukan manusia dewasa yang bentuknya mini, tapi anak adalah manusia yang belum dewasa. Sehingga anak tidak mengerti resiko dan kurang berpikir panjang. Oleh karena itu, anak bisa melakukan kesalahan dalam tumbuh kembangnya menjadi dewasa.

“Oleh karena itu, kesalahan anak tidak berdiri sendiri, karena ada factor pengasuhan keluarga dan lingkungan dia dibesarkan. Pengasuhan keluarga dan disekolah lah yang seharusnya mengajarkan anak anak mengetahui hal baik dan buruk. Role model dari orang dewasa sekitar anak akan menentukan anak menjadi baik atau tidak,” ungkap Retno.

Siswa SD Gantung Diri, Diduga Karena Sering Dibully

Sebagai Pemerhati Anak, Retno menyampaikan duka mendalam pada keluarga korban MR (11 tahun) yang diduga mengalami perundungan dari teman-teman di sekolah dan ditempat mengaji. Korban dirudung karena tidak punya ayah (yatim), sang ayah meninggal setahun yang lalu. Kehilangan ayah tentu merupakan tekanan psikologi berat bagi anak, ketika masalah psikologi kehilangan ini belum sembuh, anak korban justru di bully lantaran kehilangan ayahnya.

Penyebab seseorang bunuh diri memang tidak tunggal, namun kondisi kehilangan ayah dan dibully karena tidak punya ayah lagi tentu bisa menjadi faktor utama si anak memutuskan mengakhiri hidupnya.

“Yang seharusnya dilakukan oleh pendidik adalah membangun empati dan simpati pada sesama anak atas musibah atau ketidakadilan yang dialami orang lain, bukan malah membully,” urai Retno.

Menurut Retno, jika menyimak penjelasan pihak sekolah, ada bantahan pembullyan anak, padahal pihak keluarga menyatakan kalau anak korban kerap curhat pada ibunya karena di bully, bahkan seringkali enggan berangkat ke sekolah, maka hal itu menunjukkan bahwa guru kelas dan lingkungan sekolah anak korban tidak memiliki kepekaan terhadap anak didiknya.

Menurutnya, pihak sekolah seharusnya belajar dari kasus ini, mencoba memahami apa yang sebenarnya terjadi dilingkungan sekolah, apalagi dugaan pembullyan sudah berlangsung lama, hampir satu tahun. Bahkan ananda baru kehilangan ayahnya karena meninggal.

Harusnya, kata Retno, ada perhatian khusus ketika terjadi perubahan sikap, karena pihak keluarga menyatakan kalau anaknya berubah murung sejak mendapatkan pembullyan karena tidak punya ayah. Menepis tidak ada pembullyan adalah bentuk melepas tanggungjawab dan upaya menjaga citra sekolah.

“Sementinya ini jadi pembelajaran mahal bagi sekolah dan sekolah harus mulai membangun sistem sekolah yang aman dari kekerasan sebagaimana amanat pasal 54 UU Perlindungan anak dan Permendikbud No. 82 Tahun 2015 tentang pencegahan dan penanggulangan tindak kekerasan di satuan pendidikan”, ujar Retno.

Ia menambahkan, Dinas Pendidikan Kabupaten Banyuwangi seharusnya melakukan pemeriksaaan dan memastikan peristiwa yang sebenarnya. Jika benar, maka jangan ditutupi tetapi harus dibenahi sistem perlindungan anak di seluruh sekolah di wilayah Kabupaten Banyuwangi, agar peristiwa tersebut tidak terulang lagi.

Kasus anak bunuh diri karena di bully bukan kasus pertama, sudah berulang. Seharusnya kasus ananda MR jadi pembelajaran mahal buat kita semua. Ketika orang dewasa di sekitar anak tidak peka, baik di lingkungan sekolah maupun keluarga, maka anak akan merasa tidak ada jalan keluar karena dia merasa tak ada yang menolongnya. Anak merasa sendiri menghadapi masalahnya. Masalah anak dan orang dewasa tentu berbeda, anak bisa saja sangat terpukul ketika menghadapi suatu masalah yang mungkin bagi orang dewasa dianggap sepele.

“Oleh karena itu, ketika anak mengadukan kekerasan atau pembullyan yang diterimanya, maka keluarga harus mendukungnya dan menanyakan anak apa yang dia buruhkan, peluk anak dan katakan bahwa dia tidak sendirian, hal sesederhana itu saja akan membuat anak tenang dan bisa berpikir logis untuk sama-sama menyelesaikan masalahanya,” pungkas Retno.***Red

Ikuti Whatsapp Channel deJurnalcom
Previous Post

Forum Silaturahmi Ranah Seniman Kabupaten Bandung Gelar Diskusi Sastra “Semesta Para Pengembara”

Next Post

Kunjungan Presiden RI ke Bandung, APBN Untuk Pembangunan Kolam Retensi dan Flyover Kopo Telan Rp 1,26 Triliun

Related Posts

Legislator F PDI P Angie Natesha Temui Konstituen dari Kecamatan Dayeuhkolot dan Margahayu
Legislator

Legislator F PDI P Angie Natesha Temui Konstituen dari Kecamatan Dayeuhkolot dan Margahayu

Jumat, 22 Agustus 2025
Tunjangan Anggota DPR RI Besar, Kata Legislator F PKS H. Dadang Suryana,S.Ip Wajar
Legislator

Tunjangan Anggota DPR RI Besar, Kata Legislator F PKS H. Dadang Suryana,S.Ip Wajar

Jumat, 22 Agustus 2025
Menghidupkan Kembali Api Perjuangan : Pemkab Garut Ziarah ke Makam Idi Somad, Baznas Salurkan Santunan
deHumaniti

Menghidupkan Kembali Api Perjuangan : Pemkab Garut Ziarah ke Makam Idi Somad, Baznas Salurkan Santunan

Jumat, 22 Agustus 2025
Gerakan Jum’at Bersih, DPRKPLH Ciamis Ajak Warga Jaga Lingkungan
deNews

Gerakan Jum’at Bersih, DPRKPLH Ciamis Ajak Warga Jaga Lingkungan

Jumat, 22 Agustus 2025
Luncurkan Kurikulum Peserta Didik Khusus, Sekda: Pertama di Indonesia, Siap Jadi Acuan Nasional
deNews

Luncurkan Kurikulum Peserta Didik Khusus, Sekda: Pertama di Indonesia, Siap Jadi Acuan Nasional

Jumat, 22 Agustus 2025
Media Online Jadi Pilar Informasi, Bupati Ciamis Ajak IWO Bersinergi Perangi Kekerasan Anak
deNews

Media Online Jadi Pilar Informasi, Bupati Ciamis Ajak IWO Bersinergi Perangi Kekerasan Anak

Jumat, 22 Agustus 2025

ADVERTISEMENT

DeepReport

Peternakan Ayam Manggis Tepis Tudingan Perusahaan Tak Salurkan CSR

Senin, 4 November 2019

Dana CSR Perusahaan Kandang Ayam Manggis Kepada Warga Jamali Belum Signifikan?

Minggu, 3 November 2019

KabarDaerah

PSBB Garut Diberlakukan Bagi 14 Kecamatan, Ini Daftarnya

Senin, 4 Mei 2020

Gugat Cerai Bupati Purwakarta Masuk Sidang Kelima

Rabu, 16 November 2022

Ciamis Gelar Gerakan Pangan Murah di Sadananya

Selasa, 20 Mei 2025

FPPG Tuding Potongan Massal Zakat TPG 2,5% Tanpa Persetujuan Muzaki, Sekda Garut : Saya Akan Tanya Kadisdik

Kamis, 29 April 2021
Foto : ist/ STNK dari warga Sukaregang yang kehilangan BPKB

Berita Kehilangan BPKB Roda Dua Irfan Warga Sukaregang

Senin, 13 Januari 2025

Warga Kampung Talanca Kecewa Nilai Kerohiman Atas Penggusuran Hanya Sebesar Rp 3 Juta

Sabtu, 21 Juni 2025

Kanal

  • Budaya
  • BumDesa
  • deBisnis
  • deEdukasi
  • deHumaniti
  • deNews
  • dePolitik
  • dePraja
  • deSport
  • deWisata
  • GerbangDesa
  • Hukum dan Kriminal
  • Kalam
  • Legislator
  • Nasional
  • OpiniKita
  • Parlementaria
  • Regional
deJurnal.com

PT. MEDIA PANTURA GROUP
Jalan Raya Rawadalem Blok Bunga Rangga
Balongan - Indramayu
Email : redaksi.dejurnal@gmail.com

Dapur Redaksi :
Jl. Mekar Biru II No. 56 Cileunyi - Bandung

  • dePrint
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • Pasang Iklan
  • Karir

© 2025 deJURNAL.com. Allright Reserved.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • deNews
  • dePraja
  • dePolitik
  • deEdukasi
  • deBisnis
  • deHumaniti
  • GerbangDesa
  • dejurnal channel

© 2025 dejurnal.com. All Right Reserved

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Tidak diperkenankan copy paste