Jumat, 4 Oktober 2024
BerandadeNewsKiat Meraih Bahagia, Bagaimana Caranya?

Kiat Meraih Bahagia, Bagaimana Caranya?

Kalau Anda ingin bahagia, diberi nikmat yang banyak? Kuncinya adalah bersyukur! Allah SWT berfirman dalam al-Qur’anulkarim;

“Lain syakartum la ajiidannakum = Jika kamu sekalian bersyukur, maka Kami (Allah) akan memberikan nikmat yang lebih banyak kepadamu.
(QS.Ibrahim : 7)

Hakekat syukur adalah memuji (orang) yang memberikan kebaikan dengan mengingat kebaikannya. Syukurnya hamba kepada Allah SWT adalah memuji kepadaNya dengan mengingat kebaikanNya, sedangkan syukurnya Allah SWT kepada hamba berarti Allah memuji kepadanya dengan mengingat kebaikannya. Perbuatan baik hamba adalah taat kepada Allah, sedangkan perbuatan baik Allah adalah memberikan kenikmatan dan pertolongan.

Hakekat syukur bagi hamba adalah ucapan lisan dan pengakuan hati terhadap kenikmatan yang telah diberikan Allah.

Ibn Qudamah, penulis kitab Ar-Risalatul Qusyairiyah fi ‘Ilmit Tashawwuf, membagi syukur dalam tiga bagian:

Pertama,syukur dengan lisan. Yakni mengakui kenikmatan yang telah diberikan oleh Allah SWT dengan sikap merendahkan diri.

Kedua,syukur dengan badan, yakni bersikap selalu taat (mengabdi) kepada Allah SWT.

Ketiga, syukur dengan hati. Yakni senantiasa selalu mengagungkanNya.

Dijelaskan,bahwa syukur dengan lisan adalah syukurnya orang yang berilmu. Ini dapat direalisasikan dalam bentuk perbuatan.

Syukur dengan hati adalah syukurnya orang yang ahli ma’rifat (mengenal Allah dengan mata batin). Ini dapat direalisasikan dengan semua hal ihwal secara konsisten.

Ulama mengatakan, syukur mengandung arti menggunakan pemberian Allah dengan sebaik-baiknya. Kita(manusia) dikaruniai tubuh yang sempurna dengan anggota badan yang lengkap (mata,telinga, hidung,mulut,tangan,kaki, dan yang lainnya). Maka kita patut mensyukurinya. Menurut satu pendapat, yang dimaksud syukurnya kedua mata adalah menutupi cacatnya teman yang pernah kita lihat, sedangkan yang dimaksud syukurnya kedua telinga adalah menutupi cacatnya teman yang pernah kita dengar.

Sudah menjadi sunnatullah didalam kehidupannya manusia akan diuji dengan ujian yang baik dan ujian yang buruk. Allah SWT berfirman; “Kami akan menguji kalian dengan keburukan dan kebaikan,” (QS. Al-Anbiya : 35)

Ujian yang buruk, ada yang ringan ada pula yang berat,seperti: tertusuk duri, susah tidur, galau/gelisah, kehilangan,kecurian,kematian, percekcokan,dukacita, kesulitan hidup,dsb. Betapa banyaknya nikmat yang diberikan Allah sebagaimana juga banyaknya cobaan dan ujian Allah yang buruk.

Dengan adanya cobaan Allah yang buruk dan yang baik (yang tidak menyenangkan dan yang menyenangkan) akan memperlihatkan bagaimana perilaku seorang mukmin (orang yang mengaku beriman) yang diuji itu, apakah dalam menghadapi ujian tersebut dihadapinya sesuai dengan tuntunan Allah atau bertentangan?

Seorang mukmin manakala menghadapi ibtila atau ujian Allah yang buruk, seraya ia senantiasa mengucapkan kalimah istirja; inna lillaahi wa inna ilaihi raaji’uun (Semua dari Allah dan kembali kepadaNya). Iapun akan tetap bersyukur yang dimanifestasikan dalam bentuk ; tahan menderita, tabah, sabar, berusaha mencari jalan keluar, tawakal berserah diri. Iapun senantiasa berdo’a dengan do’a karab (do’a kemalangan), adalah do’a yang selalu dipanjatkan oleh Nabi Yunus AS tatkala berada didalam perut ikan hiu (ikan Nun) yang menelannya, do’a tersebut adalah sbb: “laa ilaaha illaa anta subhaanaka innii kuntu minadz dzaalimiin (Tiada Tuhan melainkan Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya hamba ini termasuk golongan orang yang menganiyaya diri sendiri).” (QS Al Anbiya : 87).

Semoga Allah menjadikan kita hamba yang pandai bersyukur (abdan syakuura). Baarakallaahu lii walakum.***

(Lili Guntur)
Cp. 0812 2003 5207

Anda bisa mengakses berita di Google News

Baca Juga

JANGAN LEWATKAN

TERPOPULER

TERKINI