Jumat, 25 Oktober 2024
BerandadeNewsMenggapai Keluarga Samawa, Bagaimana Caranya?

Menggapai Keluarga Samawa, Bagaimana Caranya?

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

اِنَّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِىاللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِىَلَهُ، أَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَنَبِىَّ بَعْدَهُ، اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى الِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَالَهُ.
أَمَّا بَعْدُ فَيَا عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَاِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ : يَااَيُّهَا الَّذِيْنَ امَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَّاقَدَّ مَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوْا اللهَ اِنَّ اللهَ خَبِيْرٌ بِمَا تَعْمَلُوْنَ (الحسر: 18)

Hadirin Rohimakumulloh.
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kita dapat hadir dalam keadaan sehat wal’afiat. Sholawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada Rasulullah SAW, yang telah membawa kita dari zaman jahiliyah menuju zaman yang Islamiyyah.

Hadirin Rohimakumulloh
Keluarga adalah bagian terkecil dari masyarakat. Dalam keluarga hidup individu-individu yang memiliki ikatan darah. Sebuah keluarga akan menjadi harmonis jika antara anggota keluarganya saling mendukung, menolong dan menghormati.

Kondisi masa depan bangsa pun ditentukan bagaimana lingkungan keluarga mendidik para generasi. Begitu pentingnya peran keluarga dalam masyarakat dan bangsa ini.

Keluarga secara ideal memiliki 8 fungsi. Namun kondisi ini kini tidak banyak lagi ditemukan dalam masyarakat.

Pertama, Fungsi Reproduksi.

Keluarga melalui pernikahan memiliki tujuan untuk melestarikan keturunan. Tapi fungsi ini tidak sepenuhnya terlaksana. Pasalnya selain karena takdir Allah, pola hidup yang tidak sehat juga memicu tidak terpenuhinya fungsi reproduksi. Di lain pihak, banyak keluarga-keluarga yang membatasi jumlah anak karena takut biaya yang mahal, dan malu jika memiliki banyak anak. Selain itu kebanyakan wanita karir cenderung tidak ingin punya anak dengan alasan ingin mencari karir, kepuasan kehidupan dunia. Ketika kita mencermati ternyata justru fungsi ini dipenuhi oleh para remaja hasil dari pergaulan bebas.

Tanpa pernikahan, hanya berkedok cinta atau suka sama suka. Dari sini individu yang beriman dan bertakwa sangat diperlukan untuk membangun keluarga. Agar fungsi reproduksi tidak terhenti, dan generasi yang dilahirkan pun adalah generasi terbaik.

Kedua, Fungsi Ekonomi.

Kemandirian keluarga terbentuk dengan adanya pemenuhan kebutuhan ekonomi. Keluarga yang mandiri dapat memenuhi semua kebutuhan hidupnya. Tidak jarang kesulitan dihadapi oleh kepala keluarga dalam mewujutkan fungsi ini. Pengangguran semakin menggunung di kalangan suami. Laki-laki sulit mencari pekerjaan atau terancam di PHK karena suatu hal. Padahal merekalah yang seharusnya menopang nafkah kebutuhan keluarga. Di sisi lain, harga-harga kebutuhan pokok terus meroket sehingga nafkah kerap tak mencukupi untuk seluruh anggota keluarga. Tak heran bila masih banyak yang berada di bawah garis kemiskinan. Jelas, ini sangat mengganggu terwujudnya keluarga bahagia dan sejahtera.

Ketiga, Fungsi Edukasi.

Keluarga seharusnya adalah tempat pertama dan utama dalam membina anak untuk menjadi insan yang beriman dan bertakwa. Ibu sebagai istri dan pengatur rumah tangga memiliki peranan yang penting dalam membina anak. Ayah memiliki tanggung jawab untuk mengarahkan istri dan anaknya ke jalan yang diridloi Allah. Apalah daya jika fungsi ini juga tidak berjalan sempurna. Seorang ibu lebih disibukkan dengan bekerja diluar, kalaupun di rumah mereka justru lebih mementingkan food, fasion, funny. Fungsi edukasi ini diserahkan sepenuhnya pada sekolah.

Keempat, Fungsi Sosial.

Keluarga mencerminkan status sosial, bahkan kadang prestise keluarga itu. Anggota keluarga yang punya pendidikan, menunjukkan sebuah keluarga intelektual.

Anggota keluarga yang saleh dan salehah, menunjukkan keluarga baik-baik. Rumah yang nyaman, rapi dan bersih, mencerminkan taraf hidup keluarga. Namun, sekarang banyak dijumpai keluarga yang cuek dengan masing-masing anggota keluarganya, apakah anggotanya berperilaku baik atau buruk. Ketika anak berperilaku tak terpuji, nama baik orang tua hancur. Seperti anak terlibat narkoba, hamil di luar nikah atau melakukan tindak kriminalitas.

Kelima, Fungsi Protektif.

Melindungi anggota keluarga dari ancaman fisik, ekonomis dan psikososial adalah tanggungjawab keluarga. Ayah mengayomi istri dan anak, tidak sekedar melindungi dari bahaya fisik, tapi juga bahaya kelaparan misalnya. Karena itu, secara ideal, anak tidak boleh diterlantarkan. Membiarkan anaknya gizi buruk atau pergi ke luar negeri menjadi TKI/TKW hingga melalaikan tugasnya sebagai orangtua. Memang, semua terjadi karena kondisi buruk di dalam negeri yang memaksa mereka mengadu nasib.

Keenam, Fungsi Rekreatif.

Keluarga merupakan pusat rekreasi untuk anggota keluarganya. Rumah sebagai sumber kebahagiaan. Setiap anggota keluarga berperan mewujudkan tawa, canda dan kegembiraan. Seorang ayah tidak membawa masalah kerja ke rumah, ibu yang selalu tersenyum, anak-anak yang selalu gembira. Namun, banyak masalah yang terjadi di keluarga saat ini, mulai dari pertengkaran ayah-ibu kerap terdengar, bahkan di hadapan anak-anak hingga berujung pada broken home. Sehingga anak tidak betah di rumah, adalah pertanda keluarga tidak harmonis sehingga mencari hiburan dan kesenangan di luar rumah.

Ketujuh, Fungsi Afektif.

Keluarga sebagai tempat bersemainya kasih sayang, empati dan kepedulian. Meski hal ini fitrah, namun banyak keluarga yang sudah mengabaikannya. Banyak keluarga yang terasa formal disetiap interaksinya. Ayah setelah lelah seharian bekerja, hanya menjadikan rumah sebagai tempat tidur saja. Anak-anak yang telah menjadi remaja dan menemukan dunianya, menjadikan rumah sekadar tempat singgah. Hanya sebatas minta uang saku jika ingat ayah dan ibu.

Kedelapan, Fungsi Relijius.

Keluarga adalah tempat pertama anak mengenal nilai keagamaan. Anak-anak dididik agama sejak dini, ayah menjadi imam dan ibu mengenalkan anak-anak pada generasi sahabat. Ayah dan ibu menjadi penyampai ajaran Islam, anak-anak menjadi sasaran pertamanya. Namun, banyak keluarga yang tak lagi menjadikan agama sebagai pondasi dalam interaksi, melainkan nilai-nilai liberal. Seperti keluarga yang mengabaikan aspek spirutual, membebaskan anaknya memilih sendiri agamanya, atau menyekolahkan anak ke sekolah beda agama.

Hal semacam ini tidak sejalan dengan fungsi relijius.
Allah mempertegas fungsi keluarga dalam mendidik anak dalam Surah al-Tahrim ayat 6:

Hai orangorang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikatmalaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”.

Ayat di atas dapat dipahami bahwa posisi keluarga mempunyai tanggung jawab yang sangat besar bagi perkembangan anak sehingga anak akan selamat dari jilatan api neraka. Maka dasar utama yang diletakkan adalah dasar-dasar tingkah laku dan budi pekerti (akhlak) anak didik.
Dalam kenyataan sehari-hari tidak jarang kita temui pihak orang tua (lingkungan keluarga) yang gagal atau kurang berhasil dalam membina, mengarahkan serta mendidik anak-anaknya sebagai anak yang baik dan berakhlak shaleh. Islam sangat memperhatikan hak anak. Pertama hak anak untuk memperoleh orang tua yang shaleh. Jauh-jauh al-Qur’an sudah mengultimatum dalam Surah al-Baqarah ayat 221 bahwa jangan menikah dengan wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walaupun dia menarik hati.

Dan jangan kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mukmin) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik dari orang musyrik walaupun menarik hati.

Jika kedelapan fungsi di atas bisa terlaksana, niscaya keluarga yang sakinah mawaddah warahmah akan tercapai. Namun,harapan itu tinggal angan-angan semata. Selain pemeran utama dalam keluarga (ayah, ibu dan anak-anak) yang tidak menjalankan fungsinya dengan baik, ada pihak lain yang ikut berperan. Kontrol negara dinilai sangat penting untuk mendukung keharmonisan keluarga. Islam mengatur tugas negara, di antaranya yaitu,

  1. Negara berfungsi mengatur urusan rakyat dengan aturan syariat Islam demi kepentingan dan maslahat rakyat;
  2. Negara berkuasa dan berwenang memaksa setiap warga negara untuk mematuhi hukum yang diberlakukan;
  3. Negara akan memberikan sanksi kepada siapa saja yang melanggar hukum yang berlaku agar fungsi negara dan masyarakat berjalan dengan baik;
  4. Negara bersikap adil kepada seluruh warga negara, baik Muslim maupun kafir dzimmy, laki-laki maupun perempuan.

Dengan begitu ketika negara telah menjalankan empat tugasnya dengan benar, delapan fungsi keluarga pun akan tercapai dengan sempurna. Namun, negara saat ini mampu menjalankan tugasnya dengan baik. Dengan minimnya penanaman akidah dan sanksi pada masyarakat membuat masyarakat dengan semaunya sendiri memenuhi syahwatnya. Negara juga belum menyediakan lapangan kerja yang memadai bagi rakyatnya, sehingga banyak rakyat yang hidup pengangguran dan berada di bawah garis kemiskinan.

Ketika orang tua terpaksa bekerja untuk memenuhi kebutuhan, hak anak untuk mendapatkan kasih sayang, pendidikan dalam keluarga, kebahagiaan di rumah pun tidak terwujud. Dan masih banyak lagi peran negara yang lain.

Dalam Islam, negara harus mampu menjalankan segala tugasnya. Inilah institusi yang mengatur urusan umat, baik dalam negeri maupun luar negeri. Ia juga akan menjaga iman masyarakat, mewujudkan lingkungan yang Islami dan memberikan sanksi yang tegas. Maka dengan penerapan Islam secara kaffah, akan terwujud keluarga kokoh.

Hadirin Rohimakumulloh
Demikianlah yang dapat saya sampaikan. Mohon maaf apabila terdapat tutur kata yang kurang berkenan. Terima kasih atas perhatianya. Semoga yang tersampaikan dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin ya robbal ‘alamin.
Wabillahi taufiq wal hidayah, Walhamdulillah hirrabbil ‘alamin

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

** Marwan Ali Hasan, Ketua Yayasan Solidaritas Bersama

Anda bisa mengakses berita di Google News

Baca Juga

JANGAN LEWATKAN

TERPOPULER

TERKINI