Dejurnal.com, Garut – Dinas Kesehatan Kabupaten Garut sebelumnya telah mengumumkan hasil Rapid Diagnostic Test (RDT) massal untuk memutus rantai penyebaran virus Covid-19 di Kabupaten Garut.
Kegiatan Rapid Test yang dilaksanakan selama masa PSBB di kabupaten Garut. Diantaranya di halaman Setda Garut, Depan BJB jalan A. Yani dan Labkesda Dinkes Garut Jalan Pajajaran Garut Kota, serta terus berlanjut di lokasi Pasar Ciawitali dan Ramayana Mall Garut.
Sebagaimana disampaikan Kepala Dinas Kesehatan dr. Maskut Farid, kegiatan Rapid Test di halaman Setda Garut, selain Pegawai Pemda Garut, juga termasuk beberapa awak media ikut Rapid Test juga bisa diikuti oleh masyarakat Garut yang ingin memeriksakan kondisi kesehatan tubuhnya.
“Dari hasil rapid test yang dilakukan di halaman setda, ditemukan 7 reaktif, terdiri dari 6 orang dari ASN dan juga seorang wartawan, lalu akan dibawa untuk melakukan test selanjutnya dengan metode medis Swab (PCR) sambil melakukan isolasi di Rumah Sakit Medina Jalan Wanaraja, Kabupaten Garut,” tuturnya.
dr. Maskut menegaskan, orang yang reaktif itu belum tentu positif, jadi tidak usah cemas dulu kalau memang hasil rapid-nya itu reaktif. Apakah betul-betul positif covid-19 atau tidak harus menjalani test lanjutan yakni swab test, bagi semua yang sudah menjalankan rapid test dengan hasil negatif disarankan tetap pakai masker, jaga jarak, sering cuci tangan pakai sabun, dan terus memotivasi masyarakat untuk melakukan hal yang sama.
Sementara salah satu dari 6 Staff SKPD dan 1 Media, dinyatakan dirinya reaktif berdasarkan hasil Rapid Test di lapang sekda, informasi tersebut sangatlah terpukul, bahkan anak istri tidak mau mendekat. Dan harus mengikuti saran dari Dinas swab rest di RS yang di duga milik Keluarga Bupati Garut. Namun setelah melakukan pemeriksaan hasilnya negati tidak reaktif jelas ini sangat merugikan dan bisa dimasukan ke dalam pencemaran nama baik dan pembohongan publik.
“Saya merasa sangat dirugikan sekali atas kondisi ini, apalagi saya ketika di cek dilapang sekda dinyatakan hasil Rapid Test hasil reaktif Sehingga harus ke RS Medina Wanaraja hasilnya tidak reaktif dan itu kesalahan alat dalam mendeteksi, nah kenapa kalau alat jelek masih dipakai, apalagi sudah naik dalam pemberitaan, maka ini bisa dikategorikan kebohongan publik, atau memang hanya penghamburan uang saja ” Pungkasnya.***Yohaness.