Dejurnal.com, Bandung – Bulan Oktober ini mulai memasuki musim hujan, namun intensitasnya belum tinggi. Badan penanggulangan Bencana (BPD) Kabupaten Bandung masih menerima laporan di beberapa kecamatan ada yang masih membutuhkan air bersih.
“BPBD masih menerima laporan di beberapa kecamatan ada yang masih membutuhkan air bersih,” kata Kabid Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Kabupaten Bandung, Hendra Hidayat, usai menjadi narasumber acara Ngawangkong Bari Ngopi di Taman Literasi Komplek Pemda Kabupaten Bandung, Jum’at (23/10/2020).
Dijelaskan Hendra, puncak musim hujan akan terjadi antara bulan Desember-Januari. Menghadapi musim hujan tahun ini, BPBD Kabupaten Bandung konsentrasi pada antisipasi bencana banjir bandang dan tanah longsor, terutama di titik rawan.
Di wilayah Kabupaten Bandung, kata Hendra ada beberapa titik potensi banjir, longsor, angin puting beliung. “Kita juga saat ini konsentrasi pada banjir bandang dan longsor. Di antaranya kita mitigasi wilayah mana saja yang rawan banjir bandang, mengingat cuaca ekstrem pada musim hujan tahun ini. Sebagaimana peringatan BMKG, peningkatan hujan musim ini antara 20% sampai 40%,” bebernya.
Dijelaskan Hendra, sejumlah wilayah di Kabupaten Bandung selain sebagai wilayah langganan banjir, ada juga daerah rawan banjir bandang dan longsor, seperti Pangalengan, Pasirjambu, Ciwidey, Majalaya, Cikancung, dan lainnya. Bahkan, ada daerah rawan baru di Bandung Utara yang masuk daerah sesar atau patahan Lembang, seperti Cilengkrang dan Cimenyan.
“Daerah rawan baru potensi bencana ada di wilayah Cimenyan dan Cilengkrang, karena daerah itu berada di sesar Lembang. Antisipasinya, kita sudah melakukan penilaian risiko dan sudah dilakukan sosialisasi tentang kerawanan bencana di Bandung Utara. Sehingga progres BPBD memasuki musim hujan saat ini, melakukan sosialisasi terhadap potensi bencana yang ada di wilayah masing masing,” terangnya.
Dalam upaya mengantisipasi risiko bencana, tambah Hendra, BPBD juga telah melakukan koordinasi dengan Forum Penanggulangan Risiko Bencana (FPBR) yang sudah dibentuk hingga ke sejumlah desa.
“Kita memang keterbatasan tenaga, tapi alhamdulillah ada 324 komunitas di Kabupaten Bandung yang sudah siap. Di Majalaya sudah didirikan pos gabungan untuk enam wilayah. Mereka juga akan membuat peta penanggulangan. Sudah siap di Majalaya, karena potensi banjir dan banjir bandangnya cukup besar. Seperti Ciparay, Rancaekek, Majalaya, dan Cikancung,” jelasnya.
Selain itu, lanjut Hendra, BPBD juga akan melakukan susur sungai bersama FPRB, terutama di daerah potensi banjir, antara lain di Sungai Citaliktik, Cisangkuy, Cikeruh, dan Citarum, susur sungai fokus bila terjadi pengendapan.
Dalam hal penanggulangan bencana melalui alat teknologi, BPBD belum maksimal mengingat perawatannya mahal. Alat sensor muka air dipasang setahun lalu di Citarum, di daerah Majalaya, juga alat sensor pergerakan tanah yang dipasang di Rawabogo Ciwidey.
“Alat sensor ini sudah dipasang setahun lalu, namun kita belum bisa melakukan pemeliharaan karena anggaran cukup besar, mencapai Rp 2,5 miliar sampai Rp 3’miliar/ unit.***Sopandi