BerandadePrajaParlementariaTidak Perlu Rapat, Dedi Mulyadi Selesaikan Konflik Penutupan Curug Tilu Purwakarta

Tidak Perlu Rapat, Dedi Mulyadi Selesaikan Konflik Penutupan Curug Tilu Purwakarta

Dejurnal.com, Purwakarta – Anggota DPR RI Dedi Mulyadi mendapat pengaduan mengenai adanya penutupan akses jalan menuju Curug Tilu di Desa Ciririp, Kecamatan Sukasari, Kabupaten Purwakarta.

Dedi yang datang ke lokasi mendapat informasi jika yang ditutup bukanlah akses jalan ke curug melainkan hanya membentengi areal kebun bambu milik Sultan Ciririp.

“Memang ini tanahnya punya Sultan Ciririp, tapi kalau aksesnya ditutup (tembok) enggak bisa lewat ke curug,” ujar Dedi Mulyadi.

Jalan umum untuk warga, kata Dedi, tidak ada penutupan. “Yang ditutup itu hanya akses menuju kebun bambu milik Sultan Ciririp. Jadi tidak ada penutupan jalan, yang ada penutupan kebun. Kebetulan di kebun itu ada curugnya,” ujarnya.

Melihat kejanggalan tersebut Dedi menilai ada yang salah dalam pola komunikasi. Sebab berita dan informasi menyebar penutupan dilakukan karena persoalan Pilkades yang baru saja berlangsung.

Untuk menyelesaikan konflik, Dedi kemudian menemui Sultan Ciririp di sebuah warung kopi. Tak lama datang Kades Ciririp Agus Permana Putra yang turut terseret dalam konflik tersebut.

Di tempat tersebut terungkap jika permasalahan bermula dari kekalahan Sultan Ciririp di Pilkades. Sang mantan tak terima karena pihak desa turut campur mengurusi lokasi ‘sengketa’ tanpa permisi padanya. Sehingga terjadilah penutupan jalan yang sebenarnya masih milik Sultan Ciririp.

“Jadi ini kan tinggal di komunikasikan. Tidak perlu rapat dipanggil pihak sana, pihak sini, itu lama dan tidak akan selesai. Kalau seperti ini mah harus turun langsung ngobrol hati ke hati,” ucap Dedi.

Dari hasil obrolan kedua belah pihak dengan disaksikan langsung Kabid Pariwisata Disporabud Purwakarta Acep Yulimulya disepakati tembok dibongkar sebagai akses masuk ke kawasan wisata Curug Tilu.

Nantinya curug akan dikelola oleh Sultan Ciririp dengan catatan harus menjaga kebersihan, kenyamanan dan penataan. Sementara Pemkab Purwakarta akan membantu membenahi dan mendorong pariwisata agar tumbuh ekonomi yang semakin maju.

“Jadi urusan begini tidak perlu formal dipertemukan, dirapatkan, tidak akan selesai. Banyak aspek yang sebenarnya bisa diselesaikan dengan ngobrol dan ngopi. Ini yang selalu saya kritik. Di DPR tidak semuanya bisa diselesaikan dengan rapat, ada hal yang bisa dilakukan dengan ngobrol. Orang itu punya hati maka perlu pendekatan dari hati ke hati,” ucap Dedi.

Ke depan, kata Dedi, pihak desa tinggal membantu regulasi dan mengawasi pengelolaan pariwisata tanpa perlu sibuk mengurusi tiket. Sebab banyak kasus pengelolaan tempat wisata akan tumbuh baik di tangah swasta atau pribadi di banding oleh pemerintah.

“Nanti saya akan bantu mendatangkan ahli bambu untuk melakukan penataan. Nanti jalannya dibesarkan, warungnya ditata, kemudian bikin homestay. Kalau sudah meningkat levelnya Sultan Ciririp tinggal bayar pajak ke negara,” ucapnya.

Setelah ada kesepakatan tersebut semua pihak yang ada di warung kopi beranjak menuju Curug Tilu. Dengan disaksikan Kang Dedi Mulyadi tembok putih yang semula menutup akses ke curug dibongkar sehingga bisa dilewati kembali.

“Saatnya hidup rukun membangun desa. Tak ada kalimat menang dan kalah. Hanya ada kalimat yang mendapat amanah memimpin desa dan ada yang mendapat amanah memimpin usaha. Kalau keduanya bersama, maka rakyat sejahtera,” pungkas Kang Dedi.***budi

Anda bisa mengakses berita di Google News

Baca Juga

JANGAN LEWATKAN

TERPOPULER

TERKINI