Oleh : Irfan Kasyaf Noerfiqhy *)
Berikut adab bersosial dengan orang kafir :
– Dalam mengucapkan salam, Muslim tidak boleh mendahului orang kafir Rasulullah ﷺ bersabda:
لاَ تَبْدَءُوا الْيَهُودَ وَلاَ النَّصَارَى بِالسَّلاَمِ
Jangan kalian mengawali mengucapkan salam kepada Yahudi dan NaNasani (Kristen) (HR. Muslim)
– Jika orang kafir mendahului kita dalam mengucapkan salam, maka jawab sebagaimana Rasulullah ﷺ bersabda :
إذا سَلَّمَ علَيْكُم أهْلُ الكِتابِ فَقُولوا: وعلَيْكُم
“Jika ahlul Kitab mengucapkan salam kepada kalian maka ucapkanlah: wa’alaikum” (HR. Bukhari dan Muslim).
– Jangan berisyarat salam seperti isyarat orang kafir, Rasulullah ﷺ bersabda:
ليس مِنَّا مَنْ تَشَبَّهَ بِغَيْرِنَا، لَا تَشَبَّهُوا بِالْيَهُودِ، وَلَا بِالنَّصَارَى ؛ فَإِنَّ تَسْلِيمَ الْيَهُودِ الْإِشَارَةُ بِالْأَصَابِعِ، وَتَسْلِيمَ النَّصَارَى الْإِشَارَةُ بِالْأَكُفِّ
Bukanlah bagian dari kami, siapa yang menyerupai kaum lain (selain islam), janganlah kalian menyerupai yahudi dan nasrani, karena cara salam yahudi adalah dengan memberi isyarat dengan jari-jari saja (tanpa mengucapkan salam), dan gaya salamnya orang nasrani yang hanya mengisyaratkan dengan tangan saja (tanpa mengucapkan salam). (HR. Tirmidzi)
Meniru isyarat mereka saja haram, apalagi mengucapkan salam ditambah dengan ucapan salam agama mereka!!
– Jangan Tasyabuh (ikut-ikutan) seperti ciri khas orang kafir, Rasulullah ﷺ bersabda:
مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ
Dari Ibnu Umar ra, Rasulullah Saw bersabda: “Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk dalam golongan mereka.” (HR Abu Dawud)
– Jangan ikut campur dengan ritual agama kafir, Alloh Azza wa Jalla berfirman:
قُلْ يٰٓاَيُّهَا الْكٰفِرُوْنَۙ – ١ لَآ اَعْبُدُ مَا تَعْبُدُوْنَۙ – ٢ وَلَآ اَنْتُمْ عٰبِدُوْنَ مَآ اَعْبُدُۚ – ٣ وَلَآ اَنَا۠ عَابِدٌ مَّا عَبَدْتُّمْۙ – ٤ وَلَآ اَنْتُمْ عٰبِدُوْنَ مَآ اَعْبُدُۗ – ٥ لَكُمْ دِيْنُكُمْ وَلِيَ دِيْنِ ࣖ – ٦
Katakanlah (Muhammad), “Wahai orang-orang kafir! 1. aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah 2. dan kamu bukan penyembah apa yang aku sembah 3. dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah 4. dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah apa yang aku sembah 5. Untukmu agamamu, dan untukku agamaku 6.
Toleransi jadi malah jadi Tololransi
Nabi Isa bukanlah Yesus, maka tak perlu dituliskan dikalender nama Yesus menjadi Isa Al-masih.
Karena Nabi Isa tidak disalib (QS.An-Nisa: 157), Nabi Isa bukan tuhan (QS. al-Maidah: 72-73), Nabi Isa bukan anak tuhan (QS. Maryam: 88-93, al-Ikhlas: 3).
Maka ucapan selamat … Secara tidak sadar kita mengucapkan “selamat atas lahirnya tuhan”, seakan mengakui adanya tuhan selain Alloh, adanya tuhan yang dilahirkan!!
Kita masih bisa hidup rukun meski beda agama (QS. al-Mumtahanah: 8), dengan cara yang lain dalam hal muamalah, tapi tidak untuk urusan aqidah dan ibadah.
Semoga kita makin cinta dengan Agama Islam, siap membela agama Islam, siap berkorban apapun untuk agama Islam. Sebagaimana Nabi Muhammad dan para Sahabat berkorban segalanya untuk agama Islam.
لَتَتَّبِعُنَّ سَنَنَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ شِبْرًا بِشِبْرٍ وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ حَتَّى لَوْ دَخَلُوا فِي جُحْرِ ضَبٍّ لَاتَّبَعْتُمُوهُمْ قُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ آلْيَهُودَ وَالنَّصَارَى قَالَ فَمَنْ
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sungguh, kalian benar-benar akan mengikuti kebiasaan orang-orang sebelum kalian sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta, sehingga sekiranya mereka masuk ke dalam lubang biawak sekalipun kalian pasti akan mengikuti mereka.” Kami bertanya; “Wahai Rasulullah, apakah mereka itu kaum Yahudi dan Nasrani?” Beliau menjawab: “Siapa lagi kalau bukan mereka?” (HR Musim – Shahih)
Sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta mereka menuju kekafiran. Bahkan ketika mereka digiring ke lubang biawak (kekafiran sebenarnya) pun, mereka akan mengikutinya.
Bung!, Rasulullah pun bertetangga dengan orang kafir, tapi beliau tidak mentolerir sedikitpun untuk menyerupai orang kafir. Sampai-sampai urusan janggut dan semir rambutpun harus menyelisihi kebiasaan kafir. Apatah lagi urusan ibadah bahkan akidah, sangat dihindari penyerupaan dengan kafir.
Bung! Toleransi, berarti MEMBIARKAN bukannya MEMBENARKAN.
Toleransi, memberi mereka KESEMPATAN bukannya malah IKUT-IKUTAN.
*) Penulis Sekretaris Yayasan ATTAMAM Cipanas Garut