Dejurnal.com, Garut – Kepala Bidang Kebersihan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Garut, Opik meminta maaf kepada masyarakat Kabupaten Garut atas kondisi persampahan yang ada.
Hal itu disampaikan Kabid Kebersihan Opik saat ditemui dejurnal.com untuk diminta tanggapan terkait persampahan di Kabupaten Garut yang dikhawatirkan Kota Intan menjadi Kota Sampah.
“Kita sudah dan terus mengupayakan secara maksimal, makanya jujur saya kebanyakan di lapangan jarang dikantor,” ujar Opik saat ditemui di Karangpawitan.
Menurutnya, kalau dibanding dengan kondisi yang ada memang kita akui banyak sisi lemah tapi kami bekerja, walau dengan adanya keterbatasan SDM dan armada, apalagi kondisi saat ini BBM naik (solar) yang mungkin kedepannya kita terpaksa harus pakai BBM Solar non subsidi.
“Salah satu bukti keseriuan kita dalam penangan sampah di Kabupaten Garut maka kita Pemda Garut telah melakukan MOU Dengan Pemprov Jabar membuang sampah ke TPA Legok Nangka Nagreg yang kapasitasnya 150 Ton,” terangnya.
Lanjut Opik, untuk Legok Nangka nantinya akan dipasok Unit Wilayah 2 (Utara ada 13 Kecamatan) , sementara TPA Pasir Bajing untuk Unit Wilayah 1 (Tengah 15 Kecamatan), TPA Unit Wilayah 3 Nantinya 7 Kecamatan serta TPA Unit 4 7 Kecamatan, dan kita nantinya akan membuat SPA satu SPA ini akan mengendalikan 3 Kecamatan.
“Ini jelas akan membutuhkan biaya atau anggaran besar untuk Infrastruktut juga bangunan, armada dan SDM, dan itupun untuk TPA Legok Nangka ini masih ada kendala karena sampah yang diterima disana hanya sampah yang kering dan mudah di bakar, sisanya sampah basah seperti sampah rumah tangga dan pasar dikembalikan ke Pemda Garut, ini kan harus dipikirkan juga solusinya gimana apalagi kita selain memiliki Anggaran terbatas juga Armada dan SDM, dimana saat ini ada peraturan bahwa BBM Solar harus pakai Non Subsidi,” terangnya.
Ketika ditanya soal Retibusi dan keterlambatan pelayanan pengakutan sampah sehingga masih banyak sampah yang menumpuk, bau tak sedap sampai adanya kerjasama Pemda melalui SKPD PUPR – DLHK Kabupaten Garut dengan Pihak Ketiga terkait Pengolahan Sampah Plastik sebagai bahan untuk campuran, menurut Kabid Kebersihan DLHK Garut, saat ini capaian retibusi sampah belum maksimal, pendapatan retribusi yang paling besar dari pasar.
“Terkait masih ada sampah masih menumpuk dan bau tak sedap di bebarapa titik lokasi yah dalam kesempatan ini saya selaku Kepala Bidang Kebersihan mohon maaf kepada seluruh masyarakat, karena satu hal pelayanan kami kurang memuaskan selain kondisi hujan juga dilapangan ada kendala alat berat dari 6 unit di TPA Pasir Bajing yang bisa Oprasional 4 Unit dan 2 Unit Rusak Perlu ada perbaikan, armada terbatas,” katanya.
Sementara untuk kerjasama dengan pihak ketiga dalam penangan sampah plastik, menurut Opik saat ini masih perlu ada sebuah kajian terlebih dahulu, apalagi ini butuh jumlah tidak sedikit sampah.
“Yah minta 20 ton Perhari dan ini kan harus ada pemilahan dulu, makanya ini masih dalam pembahasan, dalam hal ini saya tidak mau gegabah, harus matang tidak asal tanda tangan MOU. Sekali lagi saya atas nama Kepala Bidang Kebersihan saya minta maaf jika pelayanan kami kurang memuaskan masyarakat Garut,” pungkasya.
Sayangnya, ketika didesak terkait hasil pendapatan retibusi sampah, Kabid Kebersihan belum menjawab secara gamblang sehingga sulit untuk menganalisa apakah pendapatan retribusi yang kurang maksimal sehingga penanganan sampah belum optimal, atau hal lain?
Ancaman penanganan sampah yang belum optimal di Kabupaten Garut tentunya bisa jadi aancaman serius dan tidak cukup dengan kata maaf dari seorang Kabid.***Yohaness