Dejurnal.com, Garut – Isu dugaan radikalisme di Kabupaten Garut sepertinya belum surut, wacana atau obrolan bukan saja menjadi perbincangan tokoh yang dianggap panutan namun sudah merebak ke warung kopi, bahkan untuk antisipasinya, sudah terbentuk Aliansi Masyarakat Garut Anti Radikalisme (Almagari).
Pendiri NII Crisis Center Ken Setiawan sendiri menyebutkan bahwa persoalan radikalisme di Garut lebih berbahaya daripada kota lainnya, wacana tentang pendirian NII sudah menjadi hal biasa di berbagai kalangan masyarakat Garut.
“Termasuk ketika kami berkunjung Garut , kami mendapati HARIS di beberapa tempat,” ungkap Ken.
Untuk diketahui, HARIS merupakan sebutan untuk Penjaga Keamanan ataupun Panglima Perang, selain bertugas menghadiri dan menjaga pengajian, giat mengikuti salah satunya olah-raga tradisional.
“Tugas yang utama mereka adalah menjaga Para Petinggi Baiat – NII ketika ada kegiatan atau kalau para petingginya di anggap terancam atau kalau ada sesuatu hal yang dianggap bahaya,” terangnya.
Keberadaan Haris ini, diakui oleh salah satu tokoh agama yang juga sebagai tokoh masyarakat.
“Pernah suatu waktu mendatangi rumah Kepala Desa untuk membicarakan persoalan Baiat – NII di lingkungannya tetapi sepulang dari rumah kepala desa tersebut, dicegat para “haris” sambil berkata “Ulah sok ngutak- ngatik jeung ngilu campur urusan NII bisi urang turun tangan (jangan mempersoalkan dan ikut campur urusan NII nanti saya turun tangan, red),” tutur tokoh yang enggan disebutkan namanya ini di Kantor Seketariat Almagari beberapa waktu lalu.
Hal senada disampaikan salah seorang mantan anggota Islam Baiat – NII dari Garut Selatan, dirinya pernah mendapatkan pelatihan militer di sebuah Pegunungan di wilayah tempat tinggalnya.
Menanggapi hal ini, Ketua Umum Aliansi Masyarakat Garut Anti Radikalisme dan Intoleransi (Almagari) KH. A. Abdul Mujib menegaskan, kalau keberadaan kelompok radikalisme ini dibiarkan terus menerus, akan terjadi bentrokan fisik di masyarakat terutama akar rumput.
Kejadian bentrok tersebut, sambung kyai yang akrab dipanggil Ceng Mujib pernah terjadi di Mesjid Al Jabar – Cisewu Garut beberapa waktu lalu yang melibatkan ribuan orang.
“Kalau tidak ada kesigapan aparat Keamanan waktu itu, akan terjadi banyak korban jiwa,” ungkapnya yang dihubungi via seluler, Senin (13/3/2023).
Ceng Mujib menandaskan dalam kondisi dan situasi seperti ini, negara harus segera hadir.
“Negara tidak boleh kalah oleh kelompok yang merongrong negara dan juga keutuhan bangsa,” pungkasnya.***Red