Dejurnal.com, Garut – Sejak tahun 2019, Kabupaten Garut sudah memproklamirkan sebagai daerah yang bebas malaria, sehingga malaria tidak lagi menjadi KLB di Kabupaten Garut.
Hal itu disampaikan Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Garut, Nurdin Yana, paaca menerima Ketua Komisi Penilaian Eliminasi Malaria Nasional, dr. Ferdinan J. Laihad dalam rangka Assesment Bebas Penyakit Malaria di Kabupaten Garut yang dilaksanakan di Ruang Rapat Wakil Bupati Garut, Jalan Pembangunan, Kecamatan Tarogong Kidul, Kabupaten Garut, Selasa (11/4/2023)
Nurdin menyampaikan, pihaknya sudah mengalokasikan anggaran terkait penanganan ataupun pencegahan penyakit malaria di Kabupaten Garut. Selain itu, ia juga meminta setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) untuk dapat bersama-sama melakukan recovery di segmentasinya masing-masing.
“Eliminasi malaria ini merupakan program dari Kementerian Kesehatan RI agar setiap kota/kabupaten salah satunya di Provinsi Jawa Barat dapat terhindar dari penyakit malaria, sehingga hari ini tim (penilai) turun dalam rangka barusan kita berdiskusi ber-FGD, terkait bagaimana effort yang dilakukan oleh teman-teman Dinkes sebagai leading sector dan kebijakan Pemerintah Kabupaten Garut dalam rangka melakukan eliminasi malaria seperti itu,” terangnya.
Di tempat yang sama, Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Garut, Asep Surachman, mengungkapkan, sejak tahun 2019, Kabupaten Garut sudah dinyatakan bebas malaria, bahkan sampai saat ini pihaknya tidak menemukan kasus lokal. Adapun 9 kasus yang ditemukan 9 di Kabupaten Garut tahun lalu, imbuh Asep, adalah kasus yang sifatnya dari luar atau impor.
“Kasus kemarin tahun 2022 itu ada 9 ya dan itu semua berasal dari luar pulau bukan dari Garut, jadi untuk Garut sendiri walaupun di daerah selatan ada 7 kecamatan yang risiko malaria, tetapi kita aman karena kita secara periodik secara rutin dicek apakah nyamuknya masih ada atau tidak,” katanya.
Asep menuturkan, meski pihaknya memiliki program Juru Malaria Desa (JMD), pihaknya merasa cukup kesulitan untuk menjangkau lapangan, di mana pihaknya harus mengajak masyarakat lokal seperti karang taruna ataupun masyarakat lainnya untuk melakukan pencegahan penyakit malaria.
“Kalau ada upaya pencegahannya apa ya kalau tidak ada kita kejar di rumah-rumah yang berdekatan dengan lagoon ya (atau) tempat-tempat perindukan nyamuk Malaria tersebut,” lanjutnya.
Asep menerangkan, meminta agar masyarakat memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan apabila menderita gejala malaria seperti demam dan menggigil, apalagi menjelang larus mudik ebaran ini.
“Nah, yang merantau ini kan bukan saja dari Jakarta dari Bandung tapi bisa jadi luar pulau, dan ini oleh-olehnya selain bawa oleh-oleh materi juga penyakit, nah ini kita lakukan upaya pencegahannya,” tandasnya.***Watono