Semisal dalam hidup, kita harus sabar benar dalam menjalani proses dan memahami bahwa hasil terbaik tidak datang secara instan maupun bim salabim serta semudah memutarbalikkan telapak tangan melainkan harus ada luka serta kepedihan yang dirasa.
Filosofi ini juga mengajarkan keseimbangan antara memberi dan menerima. Kawung tidak bisa terus-menerus disadap tanpa jeda, ada masa di mana pohon dibiarkan beristirahat agar tetap lestari dan semangat kembali memberi manfaat bagi si empunya. Begitu pula manusia, kita perlu memahami kapan harus bekerja keras dan kapan harus berhenti sejenak untuk menjaga keseimbangan hidup.
Dengan memahami makna “ngeureut neundeun” dalam nyadap kawung, kita diajak untuk lebih bijaksana dalam menjalani kehidupan, untuk itu perlu berani melepaskan untuk mendapatkan yang lebih baik, bersabar dalam proses, serta menjaga keseimbangan antara usaha dan keikhlasan di setiap tindakannya.
Pohon Kawung merupakan tumbuhan yang memiliki nilai spiritual dan manfaat yang belum di optimalkan penggunaan serta pengolahannya. Di Bawa Barat dikenal dengan pohon aren (Kawungga pinnata Merr) merupakan salah satu keluarga palma (Palm) yang sangat sarat mengandung manfaat, filosofi, serta tumbuhan serbaguna bagi mereka yang mau berteman bersamanya. pohon tersebut dapat tumbuh pada ketinggian 0-1 500 meter di atas permukaan laut.
Mari menanam Kawung sebagai bentuk kesadaran dalam menjaga alam, belajar pada alam serta Kawung bahwa jangan dulu mati sebelum memberi arti bagi lingkungannya, tanpa di pelihara dengan baik pohon Kawung tetap tegap, berdiri menjulang menjaga ekosistem alam ini.(*)
*) Penulis Sekjen Masyarakat Kawung Indonesia (MKI), berdomisili di Kabupaten Garut