Dejurnal, Ciamis – Menjelang perayaan Qing Ming atau Cheng Beng, puluhan warga, keturunan Tionghoa maupun masyarakat setempat, bersama aparat desa dan pemerintah bergotong royong membersihkan area pemakaman warga Tionghoa di Desa Mekarjaya, Ciamis. Minggu pagi (16/03/2025).
Kegiatan bersih-bersih tersebut merupakan persiapan sembahyang Ceng Beng yang dilaksanakan sekitar dua bulan setelah Hari Raya Imlek dan dilakukan selama sepuluh hari atau hingga sebelum tanggal 5 April setiap tahunnya.
Ceng Beng ataupun Qing Ming sendiri mempunyai arti yaitu “bersih” dan “cerah” merupakan hari untuk mengingat kembali para leluhur dan membersihkan makam leluhur. Hari Ceng Beng juga untuk memperingati datangnya musim semi dan cuaca yang sudah menghangat.
Kawasan pemakaman Tionghoa yang berada di desa Mekarjaya tersebut mempunyai luas sekitar 31 hektare yang dapat menampung lebih dari 500 makam.
Banyaknya keturunan Tionghoa yang merantau ke luar daerah, membuat kurangnya perawatan sehingga banyak makam yang tertutup oleh rumput liar.
Minimnya jumlah petugas kebersihan, yang hanya ada lima orang, membuat pembersihan area makam yang begitu luas tidak terjangkau sepenuhnya.
Ketua Majelis Konghucu Indonesia (MAKIN), Andi Senjaya, mengatakan dalam tradisi Tionghoa, pembersihan makam menjelang Qing Ming bukan sekadar kegiatan rutin, tetapi bentuk bakti dan penghormatan kepada leluhur.
“Anak-cucu yang datang berziarah akan membersihkan makam, menata batu nisan, serta melakukan ritual doa dan persembahan kepada para leluhur mereka,” ujarnya.
Andi menyampaikan tujuan dari kegiatan bersih-bersih guna menciptakan kenyamanan bagi keluarga yang hendak berziarah.
“Kami juga ingin menghilangkan stigma masyarakat bahwa pemakaman Tionghoa atau yang kerap disebut Bong Cina adalah tempat yang angker akibat tumbuhnya semak dan rumput liar,” terangnya.
Baca juga :
Banjir di Cijantung : Kapolres Ciamis Turun Langsung Atur Lalu Lintas, Warga Beri Apresiasi
Herdiat Berkirim Pesan Haru Kepada Warga Ciamis Jelang Pelantikan
Untuk memperlancar pembersihan, Andi menggandeng pemerintah desa serta melibatkan sekitar 30 orang. Setiap pekerja diberikan upah sebesar Rp100 ribu per hari sebagai bentuk apresiasi atas kontribusi mereka. Kegiatan ini berlangsung selama tiga hari, dari pukul 08.00 hingga 16.00 WIB, dan didanai melalui sumbangan dari para ahli waris.
“Karena jumlah petugas kebersihan sangat terbatas, kami berinisiatif untuk mengajak warga dan pemerintah desa agar turut serta dalam kegiatan bersih-bersih ini. Kami juga memberikan apresiasi dalam bentuk upah, sehingga warga yang terlibat merasa dihargai dan termotivasi,” ujar Andi.
Selain itu, pemerintah desa setempat juga turut membantu dengan menyediakan fasilitas parkir gratis bagi keluarga yang datang berziarah saat Qing Ming. Hal ini diharapkan dapat memberikan kenyamanan lebih bagi para peziarah yang datang dari berbagai daerah.
Kegiatan tersebut dihadiri langsung oleh Kepala Bidang Ideologi, Wawasan Kebangsaan, dan Ketahanan Ekonomi, Sosial, Budaya, Agama dari Badan Kesbangpol, Wiji Subekti, Ia mengapresiasi inisiatif MAKIN yang menyatukan seluruh masyarakat dari keturunan Tionghoa dan warga sekitar muslim dan non muslim untuk membersihkan dan menjaga area pemakaman.
“Ini adalah contoh nyata bagaimana gotong royong dapat mempererat hubungan sosial antara masyarakat Tionghoa dan warga setempat. Selain menjaga kebersihan, kegiatan ini juga menjadi bentuk pemberdayaan bagi masyarakat lokal,” ujar Wiji.
Wiji berharap dengan kegiatan tersebut, selain menciptakan lingkungan yang bersih dan nyaman bagi para peziarah, pemakaman ini juga dapat menjadi bagian dari wisata religi yang menarik bagi masyarakat luas.
“Saya harap kegiatan penuh inspirasi ini dapat terus berlanjut dan semakin baik dalam pelaksanaannya.Dan menjadi agenda tahunan warga sekitar dan para masyarakat Tionghoa,” pungkasnya.***