Dejurnal.com, Garut – Ketua Umum Aliansi Masyarakat Anti Radikalisme dan Intoleransi (ALMAGARI) KH. Aceng Abdul Mujib merespon positif terkait adanya aksi yang menyikapi 100 Hari Kepemimpinan Syakur – Putri sebagai tanda bahwa masyarakat Kabupaten Garut tidak diam terhadap perjalanan roda pemerintah Kabupaten Garut.
“Saya melihat ini merupakan sebuah dinamika yang dapat memberikan efek positif terhadap kepemimpinan Syakur-Putri,” ujar tokoh yang akrab dipanggil Ceng Mujib.
Untuk itu, lanjut Ceng Mujib, diharapkan para pemangku Kebijakan, tokoh Masyarakat, ormas Keagamaan, LSM dan berbagai elemen lainya, mari kita bahu-membahu ikut berpartisipasi dalam pembangunan dan mencari solusi atas perbagai persoalan di Kabupaten Garut,” tandasnya.
Ceng Mujib berpendapat bahwa berbagai permasalahan yang dihadapi dalam kepemimpinan Syakur-Putri sebagian merupakan bagian dari PR (Pekerjaan Rumah, red) kepemimpinan terdahulu, mulai dari kabupaten yang mendapat predikat miskin ekstrem sampai permasalahan radikalisme dan intoleransi yang tentunya harus diselesaikan oleh Syakur-Putri.
“Persoalan ini tentunya tidak menjadi beban Bupati dan Wakil Bupati semata, namun tentunya juga kita sebagai masyarakat memiliki andil untuk ikut serta menuntaskan persoalan yang ada, minimal dengan memberikan masukan dan juga kontrol sosial sebagai pengingat kepada pemerintah,” katanya.
Sementara itu, khusus terkait masalah radikalisme dan intoleransi di Kabupaten Garut, Divisi Pengaduan dan Pelaporan Almagari, Dian Hanavia mengatakan bahwa radikalisme dan intoleransi di Kabupaten Garut bisa disebut sudah termasuk akut.
“Salah satu contohnya ketika kami tim ALMAGARI melakukan investigasi ke lapangan, menemukan ada satu daerah di Garut ketika perayaan 17 Agustus tidak pernah mengibarkan Bendera Merah-Putih termasuk di kantor desa.
“Inilah tentunya menjadi satu bukti betapa kompleknya persoalan radikalisme dan intolerasi di Kabupaten Garut,” pungkasnya.***Red