Dejurnal.com, Bandung – Anggota DPRD Kabupaten Bandung H.Tedi Supriadi, S.Pd.I., M.Si menyebutkan, kaitan dengan tugas pokok dan fungsi (tupoksi) Komisi D, yang salah satunya membidangi kesehatan kemarin, Kamis (11/9/2025) turun ke lapangan meninjau sejumlah Puskesmas.
Puskesmas Dayeuhkolot menjadi prioritas perhatiaan Tedi Supriadi dalam kunjungan menampung aspirasi tersebut. Kemudian Puskesmas Kopo di Kp Situmulya Desa/ Kecamatan Kutawaringin dan sejumlah Puskesmas lainnya, seperti Puskesmas Rahayu di Jalan Taman Kopo Desa Mekarrahayu Kecamatan Margaasih.
Puskesmas Dayeuhkolot, menjadi prioritas perhatian karena terletak di lokasi yang sering terkena banjir. “Banjirnya sampai setinggi dada orang dewasa. Ini perlu disikapi,” kata anggota DPRD yang berangkat dari Kepala Desa Cangkuang Wetan Kecamatan Dayeuhkolot ini.
Rencana relokasi buka solusi, karena kata Tedi relokasi seolah meninggalkan medan masyarakat yang sedang banjir. ” Karena tidak serta merta Puskesmas pindah warga juga pindah,” katanya.
Solusi yang paling baik menurut Tedi, yaitu optimalisasi Puskesmas dengan cara dibangun bertingkat. “Sekarang juga ada bangunan ditingkat, tapi bangunan yang satu dengan bangunan yang lain tidak terkonek. Keberadaan bangunan itu pun belum melayani. Idealnya di bawah itu seperti dibuat untuk basemant parkir dan lain-lain, pelayanan di lantai dua bahkan lantai tiga sesuai kebutuhan,” terangnya.
Ironisnya, kata Tedi, Puskesmas Dayeuhkolot itu eksistensinya berada di jalur jalan provinsi, banjirnya juga merupakan luapan Sungai Citarum.
Sehingga ada Iintas kewenangan. Menurut Tedi, jalur jalan kewenangan provinsi, jalur Citarum kewenangan pusat.
“Jadi ini memerlukan kolaborasi antara pemerintah Kabupaten Bandung, provinsi bahkan pusat. Bagaimana ini menyikapinya, karena ini mungkin tipikal satu-satunya puskesmas yang ada di Kabupaten Bandung yang memang memerlukan perhatian lebih dari puskesmas- puskesmas lain,” katanya.
Di Puskesmas Dayeuhkolot ini juga Tedi menemukan permasalahan yang perlu ditanyakan ke Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BKPSDM), karena di sana bidan yang pernah sudah pensiun.
“Seharusnya BKPSDM bisa memprediksi bahwa itu akan pensiun dan disiapkan penggantinya. Sekarang pelayanan kebidanan di Puskesmas Dayeuhkolot itu tidak maksimal,” katanya.
Selain itu, belum ada pengganti perawat yang pindah ke Puskesmas lain. ” Ini perlu disikapi pula oleh Pemkab Bandung kaitan dengan antisipasi penempatan tenaga medis di Puskesmas Dayeuhkolot, jangan sampai bidan tidak ada, perawat kurang dan lain sebagainya,” katanya.
Tedi juga menerima masukan mengenai pegawai yang belum diangkat P3K, atau paruh waktu di Puskesmas Dayeuhkolot padahal masa kerjanya sudah 10 -15 tahun.
“Kalau tidak salah terdaftar ada dua orang. Ini harus diperhatikan. Kasian sudah mengabdi selama 10- 15 tahun, kalaupun kualifikasinya memang tidak memadai dan lain sebagainya saya pikir bisa langsung ditanyakan kepada Kepala Puskesmas,” kata Tedi.
Kemudian Puskesmas Kopo di Desa/Kecamatan Kutawaringin cakupan pelayanannya Tedi menendang cukup berat dan luas karena membawahi 6 desa. Di antaranya di ujung sebelah Selatan Desa Cilame, dan Desa Buni Nagara.
“Saran saya dulu waktu kunjungan pertama, alhamdulillah sekarang sudah ada realisasi dengan didirikannya Pustu (Puskesmas pembantu) di Desa Cilame, yang sekarang sedang proses pembangunan. Lahannya disediakan oleh pemerintah desa kurang lebih 140 M2. Pembangunannya oleh pihak ketiga dengan sumber anggaran konon dari Dinkes,” kata anggota DPRD dari Fraksi PAN ini di kediamannya bilangan Desa Cangkuang Wetan Kecamatan Dayeuhkolot, Jumat (12/9/2025).
Karena perbukitan itu, menurut Tedi medannya sangat menantang sehingga perlu suport penambahan ambulan atau mobil operasional.
“Karena eksisting saat ini mobil ambulan ada satu dan sudah tua. Dengan medan yang berat mobil ambulan tersebut kurang memadai.
Termasuk kendaraan roda dua bermotor sudah tua.
” Ini dalam upaya mendekatkan pelayanan terhadap masyarakat. Contoh ada program puskesmas keliling itu sangat dibutuhkan. Nah, kami mengusulkan pemerintah memperhatikan alat transportasinya,” katanya.
Sedangkan Puskesmas Kopo di Kecamatan Kutawaringin, yang dekat dengan Stadion Si Jalak Harupat, dengan keberadaan transportasi hanya 1 jadi rebutan dalam melayani masyarakat.
“Ideal kendaraan operasional ada 3, jika satu harus stanby di Jalak Harupat, walaupun itu temporer kegiatannya, yang 1 jadi puskesmas keliling dan yang satunya lagi kalau ada tangkap darurat,” ujar Tedi Supriadi.
Tedi juga memantau puskesmas Rahayu di Jalan Taman Kopo Indah Kecamatan Margaasih. Menurutnya pelayanan sudah baik. Namun, masalahnya fasilitas lahan legal formalnya belum. Tedi mengaku sudah mengusulkan untuk diurus karena fasum dari perumahan Taman Kopo Indah sudah diserah terimakan kepada Pemda.
Tadinya, terang Tedi Kepala Puskesmas tersebut memandang ini sebuah kendala, datang ke Dinkes, oleh Dinkes diarahkan lagi ke pengembang. “Seharusnya kalau sudah diserahterimakan ke Pemda bukan mengarahkan lagi ke pengembang, itu tidak proporsional. Seharusnya langsung ke pemerintah daerah. Tapi sekarang sudah ditangani oleh Disperkimtan, mudah -mudahan selesai,” kata Tedi.
Tedi juga mendapat aspirasi, keinginan dari pihak Puskesmas Rahayu menambah akselerasi dan optimalisasi pelayanan bagi masyarakat dengan membangun dua lantai. Lantai bawah untuk program, dan lantai atas ruang untuk KB, imunisasi, dan labolatorium, karena lahan tanahnya sudah ada seluas 4x 10 M2.
“Ini sudah dimasukan ke Musrenbang 2023 tapi sampai saat ini belum terealisasi. Mudah-mudahan bisa diapresiasi oleh pemerintah daerah,” pungkas Tedi Supriadi. ***Sopandi