Dejurnal.com, Garut — Dalam suasana penuh haru dan khidmat, sebanyak 26 orang mantan anggota Negara Islam Indonesia (NII) secara resmi menyatakan kembali ke pangkuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Prosesi sakral ini berlangsung di lapangan Cibitung, Desa Kertamukti, Kecamatan Cikelet, Kabupaten Garut, bertepatan dengan momentum peringatan Hari Sumpah Pemuda tahun 2025, Selasa(28/10/2025).
Acara bertajuk “Tabligh Akbar Kebangsaan: Bersatu Dalam Keragaman dan Beragam Dalam Kesatuan” ini menjadi simbol nyata kebangkitan semangat nasionalisme, persatuan, dan ukhuwah Islamiyah di tengah masyarakat. Kegiatan tersebut terselenggara atas kolaborasi Aliansi Masyarakat Garut Anti Radikalisme Dan Intoleransi (Almagari), Majelis Ulama Indonesia (MUI) Wilayah Selatan, serta MWC Nahdlatul Ulama (NU) Wilayah Selatan, yang berkomitmen menguatkan nilai-nilai kebangsaan dan keagamaan di daerah Garut Selatan.
Dalam acara tersebut, ke-26 eks anggota NII menandatangani ikrar kesetiaan kepada NKRI di hadapan tokoh agama, masyarakat, serta perwakilan aparat keamanan, termasuk personil Densus 88 Antiteror yang memandu membacakan puluhan orang eks NII tersebut berikrar setia. Kehadiran Densus 88 bukan semata sebagai bentuk pengamanan, melainkan juga dukungan terhadap upaya deradikalisasi dan pembinaan kembali bagi warga yang telah memilih jalan kembali ke kehidupan berbangsa dan bernegara secara konstitusional.
Dengan penuh rasa penyesalan dan harapan baru, para eks NII mengucapkan sumpah setia untuk menjunjung tinggi nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945, serta berkomitmen aktif dalam kehidupan sosial masyarakat. Momen tersebut disambut dengan tepuk tangan dan tangis haru dari masyarakat yang hadir, menandakan penerimaan dan semangat rekonsiliasi.
Ketua Umum ALMAGARI K.H. Aceng Abdul Mujib, M.Ag., dalam sambutannya menyampaikan pesan mendalam tentang pentingnya menjaga persatuan dan menjauhkan diri dari paham radikalisme yang menyesatkan. Dalam ceramahnya, beliau menegaskan bahwa cinta tanah air adalah bagian dari iman, dan kembali ke jalan kebenaran adalah langkah yang mulia di sisi Allah SWT.
“Bangsa ini berdiri di atas darah para syuhada dan doa para ulama. Maka menjadi tugas kita untuk menjaga persatuan dan keutuhan negeri ini,” tutur K.H. Aceng Abdul Mujib dengan suara lantang yang disambut takbir jamaah.
Acara ini turut dihadiri oleh sejumlah tokoh penting, antara lain Anggota DPRD Provinsi Jawa Barat H. Aceng Malki, Ketua DPRD Kabupaten Garut Aris Munandar, S.Pd, ASDA I Bambang Hafidz, serta Ketua BAZNAS Kabupaten Garut, Abdullah Effendi, S.Pd.I., M.E. Kehadiran mereka menjadi bentuk dukungan moral dan politik terhadap upaya penguatan nilai kebangsaan serta deradikalisasi di wilayah Garut Selatan.
Dalam sambutannya, ASDA 1 Bambang Hafidz menyampaikan apresiasi atas langkah keberanian para eks NII yang telah kembali kepada NKRI.

“Ini bukan sekadar acara seremonial, tapi momentum besar untuk membangun kembali semangat kebangsaan di tengah masyarakat. Mari kita sambut saudara-saudara kita ini dengan tangan terbuka,” ujarnya.
Sementara itu, Ketua BAZNAS Garut, Abdullah Effendi, menambahkan bahwa pihaknya siap mendukung pemberdayaan ekonomi dan sosial bagi para eks NII, agar mereka dapat hidup mandiri dan berkontribusi positif bagi masyarakat sekitar.
Momentum Tabligh Akbar yang digelar bertepatan dengan Hari Sumpah Pemuda ini menjadi simbol kuat persatuan lintas generasi. Tema “Bersatu Dalam Keragaman dan Beragam Dalam Kesatuan” bukan sekadar slogan, tetapi wujud nyata dari semangat kebangsaan yang hidup di tengah masyarakat Garut Selatan.
Acara ditutup dengan doa bersama untuk keselamatan bangsa dan kemakmuran negeri, disertai penyerahan bendera Merah Putih kepada perwakilan eks NII sebagai simbol diterimanya mereka kembali sebagai warga negara yang sah dan setia.
Kegiatan ini menjadi bukti bahwa sinergi antara tokoh agama, pemerintah daerah, aparat keamanan, dan masyarakat sipil mampu menghadirkan solusi damai bagi persoalan ideologi dan paham keagamaan yang menyimpang.
Garut Selatan hari itu menjadi saksi bagaimana tabir perpecahan bisa runtuh oleh kekuatan ukhuwah dan cinta tanah air.
Dengan langkah pasti, 26 mantan anggota NII kini melangkah dalam barisan merah putih bukan lagi dalam perpecahan, melainkan dalam satu tekad bersama
“Setia Kepada NKRI, Berbakti untuk Negeri.” ***Willy












