Dejurnal.com, Garut — Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kabupaten Garut, Agus Ismail menegaskan bahwa penentuan titik lokasi dan wilayah penerima manfaat dari pembangunan proyek Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) harus tetap berpedoman pada kesepakatan bersama dengan masyarakat.
“Terkait SPAM, banyak yang bertanya apakah titik pelaksanaan bisa dipindah ke kampung lain atau tidak. Prinsipnya, semua bergantung pada kesepakatan masyarakat. Kalau ada musyawarah dan disepakati bersama, maka perubahan bisa saja dilakukan. Tapi tentu harus tetap sesuai aturan dan rencana teknis yang berlaku,” jelas Agus Ismail saat ditemui dejurnal.com pada pelantikan Pengurus Kabupaten (Pengkab) PBVSI Garut yang berlangsung di Gedung Pendopo Kabupaten Garut, Jumat (24/10/2025).
Ia menambahkan, keterlibatan masyarakat dalam setiap tahap pembangunan infrastruktur menjadi hal yang sangat penting. Menurutnya, pendekatan partisipatif tidak hanya memperkuat rasa memiliki, tetapi juga memastikan keberlanjutan program.
“Selama masyarakat menyepakati bersama dan lokasi masih dalam satu wilayah administrasi, seperti satu desa atau satu kecamatan, maka keputusan akhir ada di tangan masyarakat. Dinas PUPR hanya memastikan bahwa semua berjalan sesuai prosedur dan komitmen bersama tetap dijaga,” ujarnya.
Lebih lanjut, Agus Ismail menjelaskan bahwa pembangunan SPAM merupakan upaya pemerintah daerah dalam menjamin ketersediaan air bersih yang layak dan merata bagi seluruh masyarakat Garut. Namun, keberhasilan program tersebut sangat bergantung pada kolaborasi antara pemerintah dan warga penerima manfaat.
Baca juga : Warga Sukamulya Keluhkan Pengelolaan SPAM : Belum Tepat Sasaran
“SPAM bukan hanya soal infrastruktur, tapi soal kebutuhan dasar masyarakat. Jadi partisipasi dan komitmen warga sangat menentukan keberhasilan program ini. Kita ingin pembangunan berjalan efektif, tepat sasaran, dan benar-benar memberikan manfaat,” tegasnya.
Sebelumnya diberitakan, Proyek SPAM Tahun 2024 di Desa Sukamulya, Kecamatan Pakenjeng, Kabupaten Garut, sejatinya bertitik lokasi di Kampung Cihideung RT 01/RW 01 yang notabene warganya memerlukan akses air minum, namun entah bagaimana ceritanya beralih dibangun di Kampung Nendeut RT 05/RW 01.
Ironisnya lagi, SPAM yang seharusnya menjadi solusi untuk memenuhi kebutuhan air minum, malah dikeluhkan menyimpang dari tujuan awal. Pasalnya, SPAM tersebut diduga dimanfaatkan untuk kepentingan mengairi sawah ketimbang jadi suplai air minum bagi warga.
“Awalnya kami diberi informasi bahwa air bersih ini akan disalurkan untuk kebutuhan rumah tangga warga Cihideung. Tapi kenyataannya, pipa dan sumber airnya justru sebagian dialihkan ke daerah yang bukan sasaran program. Sekarang kami malah tetap kesulitan air bersih,” ujar tokoh warga setempat.***Willy













