Ciamis, deJurnal,- Arus transportasi di Jalur Nasional Ciamis–Cirebon terhenti total setelah Jembatan Cikaleho di Dusun Namas, Desa Buniseuri, Kecamatan Cipaku, ambruk dihantam banjir bandang pada Senin pagi.
Jembatan strategis yang selama ini menjadi urat nadi mobilitas barang dan penumpang antar kabupaten tersebut tidak lagi dapat dilalui setelah fondasinya terkikis derasnya aliran Sungai Cikaleho sejak hujan ekstrem mengguyur kawasan Ciamis pada Minggu (23/11/2025) malam.
Kejadian tersebut tidak hanya memutus akses transportasi, namun juga berpotensi mengganggu distribusi logistik, kendaraan angkutan umum, dan pergerakan ekonomi di jalur selatan–timur Jawa Barat.
Pemerintah Kabupaten Ciamis melalui Dinas Perhubungan (Dishub), BPBD, Polres Ciamis, dan unsur terkait langsung menerapkan langkah tanggap darurat di lapangan.
Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten Ciamis, Uga Yugaswara, S.Sos., M.Si., menegaskan bahwa penutupan total jalur adalah keputusan yang tidak dapat ditawar.
“Arus lalu lintas dari kedua arah, baik dari Ciamis menuju Cirebon maupun sebaliknya, terputus total. Penutupan jalur kami lakukan sebagai langkah preventif agar tidak terjadi korban jiwa. Semua jenis kendaraan dilarang melintas,” tegasnya.
Uga menambahkan bahwa Dishub telah mengaktifkan pos pemantauan, mempertebal jumlah petugas di titik rawan, serta mengoordinasikan sistem komunikasi lapangan untuk memastikan kelancaran rekayasa lalu lintas.
Dikatakan Uga sebagai jalur utama yang menghubungkan wilayah selatan–timur Jawa Barat, penutupan Jembatan Cikaleho menuntut rekayasa lalu lintas berskala besar.
“Dishub Ciamis menerapkan empat skema jalur alternatif, masing-masing disesuaikan dengan arus kendaraan dan karakteristik geografis,” tuturnya.
Adapun skema jalur alternatif yang diterapkan sebagai berikut:
1. Arus dari Perkotaan Ciamis → Kawali–Cirebon
Simpang Tugaran Buniseuri → Kadupandak Tonggoh (Desa Muktisari) → Blok Pasir Angin (Dusun Landeuh, Pusakasari) → keluar di Pasar Buniseuri.
2. Arus dari Kawali → Ciamis
Pasar Buniseuri → Pasirangin (Dusun Landeuh) → Muktisari → keluar di SPMA Ciamis.
3. Arus Selatan (Banjar–Pangandaran) → Utara (Kawali–Cirebon)
Melalui jalur Cisaga → Rancah → Hayawang/Kawali.
4. Arus Utara (Cirebon–Kuningan) → Kota Ciamis
Simpang Winduraja → Panjalu → Panumbangan.
“Dishub juga memasang RPPJ Portable (Rambu Petunjuk Pendahulu Jurusan) di titik-titik kritis agar pengendara mendapatkan informasi sebelum memasuki jalur pengalihan,” ungkap Uga
Dijelaskan Uga Jembatan Cikaleho merupakan salah satu infrastruktur penghubung penting yang sering dilalui kendaraan logistik dan angkutan barang,, bus antarkota dan angkutan umum reguler, endaraan wisatawan menuju kawasan Panjalu–Panumbangan, serta menjadi jalan pergerakan harian masyarakat Ciamis–Kuningan.
“Dengan ambruknya jembatan ini, sejumlah aktivitas masyarakat terpaksa terhambat, termasuk pasokan sembako, distribusi industri kecil, jalur pendidikan, hingga akses kesehatan,” katanya.
Uga menyebut perlu adanya penanganan darurat sesegera mungkin untuk menjaga stabilitas mobilitas masyarakat.
Sebagai tindak lanjut, Pemerintah Kabupaten Ciamis bersama BPBD, Dinas PUPR, dan unsur teknis lainnya sedang memproses pemasangan jembatan bailey sebagai solusi sementara.
“Kami terus berkoordinasi. Jembatan bailey akan diprioritaskan agar mobilitas masyarakat dan logistik bisa kembali normal dalam waktu terdekat,” ujar Uga
Selain itu, kajian teknis terkait rekonstruksi permanen Jembatan Cikaleho juga mulai disusun agar perbaikan tidak melebihi batas waktu yang ditetapkan.
Lebih lanjut Uga mengimbau masyarakat agar bersabar dan bekerja sama selama masa penanganan darurat.
Dengan mematuhi rambu-rambu sementara, mengikuti instruksi petugas di lapangan, hindari memaksa melintas di daerah penutupan, menganjurkan supaya menggunakan jalur alternatif yang ditetapkan serta agar masyarakat mengurangi mobilitas ke daerah terdampak jika tidak mendesak.
“Keselamatan masyarakat adalah prioritas kami. Mohon kerja sama seluruh pengguna jalan untuk menghindari risiko kecelakaan, terutama di tengah cuaca ekstrem,” pungkasnya (Nay Sunarti)













